Ameba Pemakan Otak, Awas Kasus Baru Dunia Kesehatan! Liputan Isratul Sukma, Kontributor PWMU.CO Bangkalan
PWMU.CO – Dalam beberapa hari ini dunia kesehatan dikejutkan oleh kasus kematian seorang pria di Florida, Amerika Serikat, yang meninggal dunia karena terinfeksi ‘ameba pemakan otak’, akibat kebiasaannya mencuci hidungnya dengan air.
Bagaimana seluk beluk penyakit infeksi ini? Kenapa disebut sebagai ‘ameba pemakan otak’? Seberapa jauh bahayanya? Berikut ini hasil wawancara PWMU.CO dengan Prof Maksum Radji, Guru Besar Purnabakti Fakultas Farmasi UI dan Guru Besar Prodi Farmasi Fikes Universitas Esa Unggul Jakarta.
Prof Maksum juga dikenal sebagai Pembina Pondok Pesantren Babussalam Socah, Bangkalan, Jawa Timur. Wawancara secara daring dilakukan pada Jumat (10/3/2023).
Amuba Pemakan Otak
Menurut Prof Maksum, istilah ini memang terkesan menyeramkan. Kasus meninggalkan seorang di Florida tersebut, sebetulnya setelah terinfeksi oleh ameba yaitu makhluk yang hanya memiliki satu sel. Tetapi bentuknya dapat berubah-ubah, dan dapat hidup sebagai parasit pada tubuh hewan dan manusia.
Dilansir dari laman https://www.webmd.com/brain/brain-eating-amoeba mikroorganisme yang disebut dengan ‘amuba pemakan otak’ adalah organisme bersel tunggal yang ditemukan pada tahun 1965, dengan nama resminya Naegleria fowleri.
Jenis parasit yang habitatnya hidup di air tawar yang hangat atau di sungai. Apabila berpindah ke tubuh manusia melalui konsumsi air yang tidak diolah secara higienis, maka amuba ini akan dapat menginfeksi manusia, melalui air yang terkontaminasi.
Ketika ia masuk ke dalam tubuh manusia, ia dapat menyebabkan infeksi yang mematikan karena akan masuk ke otak dan dapat menghancurkan sel-sel jaringan otak dengan ‘memakannya’. Karena mikroorganisme ini mampu menghancurkan jaringan otak, maka dijuluki sebagai ‘ameba pemakan otak’. Secara medis penyakit ini disebut dengan PrimaryAmebic Meningoencephalitis (PAM) atau Meningoensefalitis Ameba Primer.
Bagaimana Amuba Ini ke Otak?
Naegleria fowleri ini umumnya hidup di air tawar hangat seperti danau, sungai, dan mata air panas, serta di dalam tanah. Ketika air yang mengandung amuba ini memasuki hidung, mikroorganisme sel tunggal tersebut dapat masuk ke dalam otak dan menyebabkan infeksi pada otak yang fatal, sehingga menyebabkan kematian.
Pada suatu studi ditemukan bahwa ‘ameba pemakan otak’ ini terikat pada suatu senyawa kimia yang digunakan sel saraf untuk berkomunikasi satu sama lain. Begitu berada di hidung, amuba berjalan melalui saraf penciuman (saraf yang terhubung dengan indra penciuman) ke dalam lobus frontal otak manusia.
Pada saat amuba masuk ke dalam otak manusia, amuba ini menggunakan otak sebagai sumber nutrisinya untuk berkembang, sehingga menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak.
Sebagaimana dilansir dari laman https://www.cbsnews.com/news/brain-eating-amoeba-florida-sinus-rinse-tap-water-charlotte-county/ tanggal 2 Maret 2023 yang lalu, Departemen Kesehatan Florida menyebutkan bahwa kematian yang terjadi pada warga Florida AS tersebut terjadi kemungkinan akibat pencucian sinus hidung menggunakan air ledeng yang terkontaminasi. Walaupun demikian, infeksi ini jarang terjadi.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), di Amerika Serikat tercatat sebanyak 157 kasus PAM antara tahun 1962 hingga tahun 2022. Namun, PAM yang disebabkan oleh ‘amuba pemakan otak’ ini merupakan penyakit infeksi yang fatal. Lebih dari 97 persen orang yang terinfeksi amuba ini meninggal dunia. Penyakit ini berkembang sangat cepat dan biasanya menyebabkan kematian rata-rata dalam waktu lima hari setelah mulai timbulnya gejala.
Air yang Masuk Hidung Jadi Transmisi
Amuba ini penyebarannya melalui water borne atau menular melalui air. Infeksi dapat terjadi ketika air yang terkontaminasi masuk ke tubuh melalui hidung. Ameba ini banyak ditemukan di danau air tawar, kolam, kanal, sungai, lumpur, dan lubang-lubang batu.
Infeksi Naegleria fowleri ini dapat terjadi saat air yang mengandung amuba masuk ke hidung, seperti saat seseorang pergi berenang atau meletakkan kepalanya di bawah air di danau, sungai, atau mata air panas.
Transmisi amuba ini dapat pula terjadi melalui air kolam renang yang tidak dirawat dengan baik, tempat bermain air atau taman selancar yang tidak terpelihara dengan baik, dan juga ketika mereka menggunakan air keran yang terkontaminasi untuk membilas sinus hidungnya. Dengan demikian amuba ini menyebabkan infeksi pada otak, dan menghancurkan jaringan otak dan biasanya berakibat fatal.
Adapun masa inkubasi yang dibutuhkan antara 2 hingga 15 hari sampai munculnya gejala penyakit. Kematian biasanya terjadi 3 sampai 7 hari setelah gejala muncul. Rata-rata waktu kematian adalah 5,3 hari sejak timbulnya gejala. Hanya sedikit pasien saja di seluruh dunia yang dilaporkan selamat dari infeksi ini.
Sedangkan gejala PAM biasanya tidak spesifik dan mirip dengan meningitis atau radang selaput otak yang disebabkan oleh virus atau bakteri. Gejalanya meliputi sakit kepala berat, demam, leher kaku, kehilangan selera makan, muntah, keadaan mental yang berubah, kejang dan koma.
Cara Diagnosis
Infeksi ‘ameba pemakan otak’ sulit didiagnosis. Untuk identifikasi penyebab PAM, harus menggunakan tes laboratorium khusus untuk mencari sampel amuba dalam cairan serebrospinal, biopsi, atau spesimen jaringan lainnya.
Diagnosis ‘amuba pemakan otak’ dilakukan antara lain melalui wawancara, pemeriksaan cairan sebrebrospinal, dan beberapa tes pencitraan yaitu CT-scan, atau MRI. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan dengan cara pengambilan sampel cairan serebrospinal kemudian diperiksa di bawah mikroskop guna mendeteksi ada tidaknya ‘amuba pemakan otak’.
Hingga saat ini juga belum tersedia tes cepat untuk identifikasi infeksi ‘ameba pemakan otak’. Karena kasus PAM ini jarang dan sulit dideteksi, 75 persen diagnosisnya biasanya dibuat setelah pasien yang menderita penyakit ini meninggal dunia.
Cara Mencegah Infeksi
Infeksi Naegleria fowleri sangat jarang, tetapi upaya pencegahannya sangat penting uintuk dilakukan, mengingat tingginya angka kematian akibat infeksi amuba ini.
Melansir laman https://www.healthline.com/health/brain-eating-amoeba#prevention Cara mencegah ‘ameba pemakan otak’ yang bisa dilakukan antara lain dengan cara:
Pertama, hindari berenang di danau atau sungai air tawar terutama ketika cuaca sedang hangat. Kedua, tutup hidung atau gunakan penjepit hidung saat melompat atau menyelam ke perairan segar yang hangat.
Ketiga, hindari mengaduk atau menggali sedimen di air tawar yang dangkal, karena amuba kemungkinan hidup di sedimen tersebut. Keempat, pastikan berenang di kolam renang yang bersih dan higienis.
Kelima, saat membasuh atau mencuci hidung, pastikan menggunakan air bersih, bukan air keran, dan gunakan air yang telah dimasak selama lima menit dan kemudian didinginkan, atau menggunakan air steril. Pilihan lainnya adalah menggunakan air ledeng yang telah disaring melalui filter air yang dirancang untuk menghilangkan mikroorganisme patogen.
Di samping itu hindari air masuk ke dalam hidung saat mandi, jangan biarkan anak-anak bermain tanpa pengawasan dengan alat penyiram atau selang air, dan hindari seluncuran atau aktivitas lain di mana air dapat masuk ke hidung, serta desinfeksi kolam renang secara memadai sebelum dan sesudah digunakan.
Infeksi Naegleria fowleri dapat menyebabkan kondisi yang parah dan fatal yang disebut Meningoensefalitis Ameba Primer. Infeksi ini terjadi ketika ameba masuk melalui hidung dan menyebar ke otak.
Infeksi Naegleria fowleri sangat jarang. Namun, jika seseorang gemar berenang di air tawar saat cuaca hangat, perlu memperhatikan upaya pencegahan guna mengurangi risiko infeksi.(*)
Editor Mohammad Nurfatoni