Cerita PDM Situbondo Mendirikan SPBU Tunas Harapan, Liputan Kontributor PWMU.CO Kabupaten Situbondo Pandu Anom Nayaka
PWMU.CO – Cerita PDM Situbondo mendirkan SPBU Tunas Harapan disampaikan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Situbondo Drs H Syamsuri MPd.
Dia menceritakan hal itu di pembukaan Musyawarah Daerah (Musyda) Ke-10 Muhammadiyah dan Aisyiyah di SMA Muhammadiyah (SMAM) 1 Panji, Situbondo, Ahad (12/3/2023).
Sebelum bercerita soal SPBU itu, Syamsuri menyampaikan ucapan selamat kepada Bupati Situbondo atas diraihnya Piala Adipura 2022 oleh Kabupaten Situbondo. “Mudah-mudahan ini juga termasuk andil dan dukungan dari seluruh warga muhammmadiyah,” ucapnya.
Kepada bupati, Syamsuri juga menceritakan tentang logo Musyda. Angka satu adalah menara masjid. Angka nol adalah merak yang merupakan kekayaan dan kebanggaan masyarakat Situbondo.
“Bapak Bupati yang merintis bagaimana menjadikan destinasi tingkat nasional untuk Kabupaten Situbondo. Mudah-mudahan berhasil,” doanya.
Jihad Ekonomi
Dalam bagian pidatonya, Syamsuri mengemukakan tentang pentingnya Muhammadiyah Situbondo memperkuat kekuatan ekonomi, sebagaimana dikatakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah bahwa sudah waktunya bangsa ini menggeliat ekonominya di mata dunia.
“Untuk itu gerakan yang akan datang adalah jihad ekonomi. Kami mencoba apa yang bisa dibuat untuk ekonomi. Karena Situbondo adalah PDM terkecil,” ujarnya. Menurutnya ada tiga PDM terkecil di Jawa Timur. Yang terkecil adalah PDM Situbondo, kedua PDM Bondowoso, dan ketiga PDM Pacitan.
“Tapi PDM Pacitan sudah luar biasa dikarenakan memiliki perguruan tinggi, kita ketinggalan. Untuk itu kami berpikir bagaimana kita akan mulai. Ternyata, lanjutnya dia, para pendahulu kami—atau pimpinan sebelum kami—telah merintis bagaimana perekonomian di Kabupaten Situbondo tumbuh,” ungkapnya.
Maka dari PDM Situbondo merintis pendirian SPBU Tunas Harapan di daereah Panarukan. Menurut Syamsuri perjuangan mendirikannya luar biasa gigih sekaligus berat. Pasalnya biaya pendirian SPBU tersebut sekitar Rp 11 miliar.
Akhirnya dijual ‘saham’ untuk mendirikan SPBU itu. “Dicoba dengan semangat, ayo masyarakat Situbondo yang mampu-mampu dan banyak uangnya untuk bersaham kepada kami,” kata Syamsuri.
Ternyata setelah dipaksa, tercapai maksimal Rp 1 miliar. Jadi kurang Rp 10 miliar. PDM Situbondo pun mengadu kepada Pimpinan Wilayah Muahammadiyah (PWM) Jawa Timur. Tapi PWM memberikan sebuah solusi dengan menunjuk Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Jember. Akhirnya kekurangan Rp 10 miliar itu ditutup oleh Unmuh Jember sebagai pemegang saham mayoritas.
Perkembangan SPBU Tunas Harapan
Syamsuri menceritakan perkembangan SPBU setelah berdiri. Pada tahun pertama nilai per saham sebesar Rp 13 ribu, setelah memasuki tahun kedua sudah Rp 30 ribu per lembar.
Kemudian untuk lebih meningkatkan nilai ekonominya, PDM Situbondo berkoordinasi dengan PDM Lumajang sebagai salah satu PDM di Jawa Timur yang memiliki SPBU.
Salah satu rekomendasinya—setelah berkonsultasi dengan Pertamina—SPBU Tunas Harapan harus menjual bio Solar. “Bahwa layak SPBU Tunas Harapan itu memberikan layanan penjualan bio solar. Insyaallah jika bisa terlaksana bisa mendongkrak nilai saham per lembarnya, antara Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu.
“Itu yang dialami oleh Kabupaten Lumajang. Sampai sekarang rebutan siapa yang ingin membeli untuk itu, dana yang dibutuhkan untuk bio solar ini Rp 1 miliar,” jelsanya.
“Monggo warga Muhammadiyah Situbondo jika ingin memiliki saham dan andil di dalamnya. Di samping menambah perekonomian kita ke depan juga membantu gerakan dakwah Muhammadiyah. Jangan sampai para mubaligh kita sedih dan sengsara apalagi ada jadwal yang cukup jauh kendaraannya hanya sepeda ontel,” harap dia.
Syamsuri berharap dengan adanya SPBU ini ingin para mubaligh bisa turun dengan keadaan sejahtera dan menjadi fresh pengetahuan ilmunya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni