Muhammadiyah Lamongan Pascamusyda: Tantangan Era Digital dan Oleh Mohamad Su’ud, Anggota PDM Lamongan 2022-2027.
PWMU.CO – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan telah sukses melaksanakan musyawarah tertinggi di tingkat daerah. Pernak-pernik dan dinamika rotasi kepemimpinan telah redah. Saatnya berfokus untuk menjalankan amanah yang dihasilkan oleh Musyawarah Daerah (Musyda).
Sebanyak 13 Anggota PDM Lamongan 2022-2023 dipilih secara demokratis dalam arena Musyda yang digelar pada 4-5 Maret 2023 di Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla), harus kita hormati dan junjung tinggi. Semua kembali taat pada keputusan organisasi.
Pada kesempatan ini penulis berusaha memberikan refleksi tantangan dan peluang yang akan dihadapi Muhammadiyah Lamongan untuk lima tahun ke depan, khususnya mengimbangi era digitalisasi.
Mengejar Ketertinggalan Bidang IT
Percepatan teknologi sebuah keniscayaan. Siapa yang gagap teknologi maka dia akan menjadi bagian dari masalah itu sendiri.
Perkembangan teknologi dan digitalisasi tidak bisa kita hindari. Ini merupakan konsekuensi dari kemajuan dunia. Apalagi Muhammadiyah sudah mengikrarkan diri menjadi gerakan berkemajuan. Sangat logis jika Persyarikatan ini senafas dengan dinamika yang ada.
Muhammadiyah di aspek ini masih terlihat lemah dan belum tersistem dengan baik. Lihatlah anak balita sudah memegang Android. Dunia sudah ada dalam genggaman setiap manusia tanpa terkecuali.
Bagaimana Muhammadiyah menangkap peluang ini?
Mari kita cermati lebih dulu kebijakan program dalam lima tahun ke depan sesuai Tanfidz Muktamar Ke-48 Muhammadiyah 2022 di Solo, “Muhammadiyah unggul berkemajuan yang difokuskan pada tujuan terciptanya transformasi sistem gerakan yang maju, profesional, dan modern serta mengakar kuat basis gerakan di era globalisasi dan revolusi teknologi informasi.”
Pesan ini perlu ditangkap oleh pimpinan terpilih selanjutnya diterjemahkan dalam tindakan nyata melalui langkah-langkah berikut: menyiapkan sumber daya insani (SDI) di bidang ini untuk selanjutnya mengelola bidang IT/digital secara serius, melakukan penyadaran kepada anggota-pimpinan, menyiapakn instrumen dan sarana prasarana yang dibutuhkan, dan melakukan networking dengan pihak terkait.
Mujahid Digital
Mari kita renungkan dengan cermat program prioritas yang dicanangkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah hasil Muktamar Solo: “Terciptanya transformasi sistem gerakan yang maju, profesional, dan modern di era globalisasi dan revolusi teknologi informasi.” Sebuah harapan dan obsesi yang sangat besar.
Yang perlu kita sadarkan kepada para aktivis, pimpinan dan anggota Persyarikatan, bahwa setiap individu perperan sebagai mujahid digital. Bukan menyerahkan sepenuhnya kepada pimpinan terpilih.
Mujahid dakwah Persyarikatan (MDP) adalah influencer yang berfungsi menyebar berita dan informasi Muhammadiyah kepada publik. Selain keuntungan tersiarnya nama besar gerakan, mem-publish kebaikan juga termasuk amal jariah dan sedekah.
Jangan segan dan malu mempromosikan kegiatan Muhammadiyah ke khalayak. Karena ada sebagian besar masyarakat membutuhkannya. Apalagi Lamongan menjadi miniatur Muhammadiyah di Jawa Timur dan nasional. “Angkat web Muhammadiyah ke atas pencarian Google dengan sedekah jari,” demikian pesan Pemimpin Redaksi PWMU.CO, Mohammad Nurfatoni sering menyampaikan hal itu. Sebab, menurutnya, saat ini Muhammadiyah ‘tenggelam’ di dasar Google.
Gerakan ini hendaknya dimulai dari pimpinan, baik di tingkat struktural maupun amal usaha. Tanpa contoh, ikhtiar ini tidak maksimal mencapai hasil. Yang menjadi kepala sekolah menggerakkan karyawan dan siswa. Yang mejadi direktur rumah sakit, memobilisasi seluruh karyawan. Yang menjadi ketua takmir bisa mengajak jamaah untuk gemar like, commet dan share, dan seterusnya.
Perlu kesadaran kolektif bahwa menjadi mujahid dakwah adalah bagian dari jihad modern di era digital. Sambil duduk, berbaring, berdiri bahkan berkendaraan kita mampu mefungsikan diri sebagai mujahid dakwah. Tidak berat. Yang berat itu tekad dan kemauan. Nasrun minallah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni