Sulap Sepak Bola Indonesia; Oleh Dhimam Abror Djuraid
PWMU.CO – Para pesulap top dari seluruh dunia berkumpul mengikuti lomba internasional. David Coperfield memukau juri dan hadirin karena berhasil menyulap Menara Eifel hilang dari Paris. Pesulap dari China tidak mau kalah. Dia berhasil menyulap Tembok China raib dari pandangan mata.
Giliran pesulap Indonesia tampil di panggung. Dia membawa setumpuk berkas kertas di atas meja. Sejurus kemudian, bim salabim, abracadabra …setumpuk berkas itu hilang lenyap tanpa bekas. Juri diam, penonton melongo.
Tidak ada yang istimewa dari sulapan itu. Juri bertanya kepada pesulap Indonesia apa yang istimewa dari atrasksinya. Sambil cengengas pesulap Indonesia menjawab bahwa setumpuk kertas itu adalah berkas kasus-kasus korupsi, termasuk kasus uang janggal Rp 300 triliun. Kontan juri bertepuk tangan dan hadirin melakukan standing ovation, bertepuk tangan sambil berdiri. Pesulap Indonesia dinobatkan sebagai juara dunia mengalahkan David Coperfield.
Anda masih ingat iklan rokok itu? Itulah Indonesia. Negeri yang penuh sulap. Kasus aliran janggal uang Rp 300 triliun yang semula diungkap oleh Ketua PPATK (Pusat Pelaporan dan Transaksi Keuangan) Ivan Yustiavandana, mendadak raib dan dinyatakan sudah selesai.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku tidak tahu ada aliran janggal sebesar itu di kementeriannya. Menko Polhukam Mahfud MD–yang semula mengungkap aliran dana mencurigakan itu–sudah mengklarifikasi bahwa uang itu bukan uang korupsi, tapi uang cucian alias money laundering. Mahfud dan Sri Mulyani sudah ketemu, berfoto bersama dengan pose salam komando, tertawa-tawa, dan masalah selesai. Case closed!
Sulap Pengadilan Kanjuruhan
Masih ada cerita sulap yang tidak kalah hebat. Pengadilan Negeri Surabaya mengadili kasus tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 suporter Aremania dan melukai ratusan lainnya. Kasus ini mendunia dan menjadi salah kasus kerusuhan sepak bola dengan korban paling besar di dunia.
Dalam sidang keputusan (16/3) hakim memvonis bebas dua anggota polisi, yang didakwa memerintahkan penembakan gas air mata, yang menyebabkan kekacauan di dalam stadion yang berakhir dengan kematian 135 suporter.
Tragedi ini menjadi perhatian suporter sepak bola di seluruh dunia. Dalam berbagai pertandingan di kompetisi sepak bola di Eropa suporter membentangkan spanduk besar dengan narasi ‘’Kanjuruhan is Murder’’, Kanjuruhan adalah Pembunuhan. Puluhan ribu suporter Arema melakukan unjuk rasa tanpa lelah menuntut kasus ini diusut tuntas.
Keputusan pengadilan menjadi antiklimaks. Dua anggota polisi itu divonis bebas. Sebelumnya, panitia pelaksana dan petugas keamanan divonis ringan 1,6 bulan dan 1 tahun. Keputusan ini bukan sekadar tidak memenuhi asas rasa keadilan, tapi kental dengan unsur sulap hukum.
Pertimbangan majelis hakim mirip tukang sulap. Dua polisi itu tidak bersalah, karena sebenarnya mereka tidak menyemprotkan gas air mata ke arah penonton. Tetapi karena ada embusan angin kencang maka gas air mata itu terbawa angin dan mengarah kepada penonton.
Hakim menyalahkan angin ketimbang petugas polisi. Mungkin analoginya sama dengan orang menyemprotkan obat nyamuk dalam kamar, tidak disemprotkan langsung ke arah nyamuk, tapi nyamuk mati akibat obat semprot yang terbawa aliran udara. Nyamuk bersalah karena tidak meninggalkan kamar.
Supaya sulapannya lebih sempurna mungkin nanti majelis hakim akan mengadili angin sebagai terdakwa. Tidak ada yang mustahil di negeri sulap ini. Seorang purnawirawan polisi menabrak mahasiswa sampai mati. Alih-alih pak polisi yang menjadi tersangka malah mahasiswa yang sudah mati jadi tersangka. Kalau mayat saja bisa jadi tersangka maka angin pun bisa menjadi tersangka.
Sulap Timnas Israel
Dunia sepak bola Indonesia masih akan dipenuhi atraksi sulap. Salah satunya adalah akan menyulap timnas Israel supaya bisa datang ke Indonesia mengikuti Piala Dunia U-20 Juni nanti. Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan besar itu, dan Israel menjadi satu di antara 24 negara yang lolos ke putaran final di Indonesia.
Ketua PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) Erick Thohir–yang rangkap jabatan sebagai Menteri BUMN—sudah menjamin bahwa timnas Israel akan diperbolehkan datang dan bermain di Indonesia. Pernyataan ini mirip sulap yang mengagetkan. Indonesia tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel, bagaimana caranya warga Israel bisa masuk ke Indonesia?
Indonesia dengan tegas mendukung kemerdekaan Palestina yang sudah dijajah oleh Israel sejak 1948. Mungkin Erick Thohir lupa baca sejarah dan lupa baca UUD 1945 yang tegas menyatakan bahwa penjajahan dan penindasan di seluruh dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan. Pembukaan UUD 1945 itu yang menjadi landasan utama Indonesia untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Kalau Erick Thohir mengizinkan timnas Israel bermain di Indonesia dia melanggar UUD 1945.
Erick Thohir beralasan bahwa sepak bola tidak ada hubungannya dengan politik. Ini adalah pernyataan sulap karena menghilangkan fakta yang ada di depan mata, bahwa sepak bola dan olahraga secara keseluruhan selalu berhubungan dengan politik.
Erickh Thohir lupa terhadap kasus Rusia yang dicekal ikut turnamen sepak bola Piala Dunia di Qatar tahun lalu gegara menginvasi Ukraina. Padahal Erick Thohir dan konco-konconya menonton ke Qatar dan videonya viral ketika dia kongkow-kongkow di hotel. Harusnya Erick ingat bahwa pencekalan Rusia adalah contoh hubungan sepak bola dan politik.
Organisasi sepak bola dunia FIFA melarang Rusia mengikuti rangkaian Piala Dunia karena menginvasi Ukraina. Perang Rusia vs Ukraina belum setahun ketika itu, tapi FIFA sudah tegas mencekal Rusia. Sementara Israel sudah menjajah dan menduduki Palestina sejak 1948, tapi FIFA tidak menjatuhkan sanksi. Indonesia juga pura-pura menutup mata dengan menerima kedatangan timnas Israel.
Sanksi terhadap Rusia sangatlah keras. Final Liga Champions 2022 yang semula diadakan di Moskow dialihkan ke Paris. Balapan mobil Formula 1 yang semula dijawalkan di Moskow dibatalkan. Sejumlah even olahraga internasional di Rusia juga dibatalkan. Rusia benar-benar dikucilkan dari pergaulan komunitas olahraga dunia gegara menginvasi Ukraina.
Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Kehadiran timnas Israel ke Indonesia akan menjadi sinyal bahwa Indonesia permisif terhadap penjajahan dan pembunuhan yang dilakukan secara sistematis oleh Israel terhadap warga Palestina selama puluhan tahun.
Organisasi Islam besar seperti Muhammadiyah dan MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan beberapa ormas Islam lain sudah tegas menolak kehadiran timnas Israel. Tidak ada alasan yang masuk akal bagi Indonesia untuk menerima kedatangan timnas Israel, kecuali kalau Indonesia mau bermain sulap level internasional lagi. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni