Orang Puasa Itu semakin Sehat dan Lincah, liputan kontributor PWMU.CO Lamongan Hilman Sueb
PWMU.CO – Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat Lamongan, Jawa Timur mengadakan pengajian bertema Ramadan dan Dakwah, Jumat (10/3/2023), Pengajian yang mengundang Dr Piet Haidar SAg MA ini ditempatkan di Desa Patihan.
Mewakili PCM Babat, Zaenuri MPd, mengatakan PRM Patihan ini PCM Babat yang kedua, karena amal usahanya paling banyak, dan satu-satunya PRM di PCM Babat mempunyai mobil.
“PRM Patihan selalu ikut menjadi penggembira Muktamar ke-48 di Solo, Musywil Muhammadiyah di Ponorogo, Muswil Aisyiyah di Surabaya, dan Musyda Muhammadiyah Lamongan di Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla),” katanya.
Semakin Lincah
Dalam materinya, Piet Hizbullah Khaidir menerangkan arti Ramadhan adalah membakar. Secara fisik berarti menghilangkan lemak atau asam urat.
“Orang yang berpuasa akan menjadikan seseorang sehat dan tampak lincah, karena penyebab sakit itu dibakar.”
Dia bercerita, pada Perang Badar Ali bin Abi Thalib perang melawan orang kafir. Baru dua gerakan orang kafir itu roboh. Mengapa secepat ini? Karena, ketika duel Ali bin Thalib dalam keadaan puasa.
“Dia tidak takut mati, sedangkan orang kafir mempunyai kebiasaannya makan barang haram, dan berani perang karena ingin mendapatkan imbalan. Lagi pula ia takut mati,” terangnya.
Ramadan, lanjutnya, juga membakar yang sifatnya batin. Dia merangkan di dalam jiwa itu ada tiga nafsu. Pertama nafsu amarah, nafsu yang cenderung untuk berbuat jahat atau jelek.
Kedua nafsu, lauwamah nafsu yang terbelenggu. Misalnya makan makanan halal, tetapi berlebih-lebihan, sehingga akhirnya cara makan itu menjadi haram.
Dia merujuk Surat al-A’raf, Dan makan dan minumlah kamu, dan jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah, tidak mencintai orang-orang berlebihan.
Ketiga nafsu muthmainnah. Nafsu ini cenderung berlomba dalam kebaikan. Orang yang memiliki ini gemar berbuat baik. Ada satu nafsu lagi, imbunya, yakni nafsu musawwalah yakni nafsu yang selalu mendapatkan burhan dari Allaah Subhaanahu wa Ta’ala, yang telah teruji dalam keadaan baik ataupun buruk, tetap taat kepada-Nya.
Mengakhiri ceramahnya, dia menjelaskan dakwah rabani. Dakwah ini dilaksanakan dengan hati, hanya berharap ridha Allah Subhaanahu wa Ta’ala, dan tujuannya hanya untuk-Nya.
“Sistem, kader dakwah, dan tujuannya semuanya rabbani, hanya diniatkan karena Allah Subhaanahu wa Ta’ala,” tandasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.