Wisudawan Terbaik UMG: Jangan Takut Jatuh karena Itulah Jalan untuk Bangkit; Liputan Musyrifah
PWMU.CO – “Bangkitlah teman-teman, kejar terus cita-cita kalian, hadapi apapun masalah di depan, fokus pada tujuan apa yang akan kita gapai.”
Itulah cuplikan pidato Rahma Hayya Puspita SM MM, wisudawan terbaik Program Pascasarjana Program Studi Magister Managemen Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) Tahun Akademik Ganjil 2022-2023.
Rahma–panggilan akrabnya– menyampaikan terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan untuk mewakili teman-temannya, menyampaikan pidato pada Sidang Senat Terbuka Wisuda Ke-42 Mahasiswa Diploma, Sarjana dan Pascasarjana UMG yang dilaksanakan di Graha Kartini Ballroom Gresik Jawa Timur, Rabu (15/3/2023).
Dia mengatakan, ini sungguh suatu kehormatan bisa berdiri di sini di hadapan para cendekiawan jajaran pimpinan. “Para teladan, para guru, orang tua, dan teman-teman wisudawan semunya,” ucapnya.
“Rasa bahagia ini tak kuasa kami tahan setelah sekian lama menempuh pendidikan di UMG ini dengan penuh kenangan,” ungkapnya.
Menurutnya para wisudawan patut berbangga dengan segala capaian, seberapa jauh mereka berjuang. “Dan seberapa jauh kita semua melangkah tanpa melupakan nikmat segala prosesnya,” tuturnya.
Gadis kelahiran 2 Juli 1998 ini menjelaskan para wisudawan berangkat dari berbagai perbedaan, keadaan, kekuatan niat dan tujuan. “Sehingga akhirnya kita dipertemukan pada hari ini untuk menerima kabar baik yang dinanti,” jelasnya.
Menurut Rahma, wisuda ini sebagai penanda akhir dan awal menuju sebuah perjalanan yang sesungguhnya. “Momen yang akan menjadi kenangan masa lalu dan impian besar,” kata dia.
Kemudian dia mengutip pesan Robert Schuller bahwa masalah itu bukanlah tanda berhenti tetapi masalah adalah petunjuk jalan.
Dari ungkapan itu, lanjutnya, maka saat kita punya masalah atau kendala apa pun maka jangan berhenti lakukan sesuatu, carilah solusi. “Teruslah bangkit jadikan masalah sebagai petunjuk untuk menapaki masa depan, terus berproses dan jangan berhenti berdoa,” pesannya.
Jangan Takut Jatuh
Putri pertama pasangan Tripomo (almarhum) dan Cicik Rohmawati ini kemudian menceritakan kisahnya ketika dua tahun lalu ia ditinggal oleh ayahnya untuk selama-lamanya menghadap Allah.
Wafatnya ayah, tambahnya, adalah pengalaman yang mengguncang jiwanya dan keluarga, terutama ibunya. “Bukan hal yang mudah untuk bisa menerima kenyataan waktu itu, hingga terasa ibu mengalami keadaan yang sejatuh-jatuhnya,” kisahnya.
“Tak lama ibu harus merangkak kembali hingga bangkit demi saya dan adik-adik saya,” tuturnya dengan nada bergetar.
Dengan dorongan semangat, support dan doa ibu saya, tambahnya, akhirnya dia bisa melanjutkan jenjang pendidikan S2 dan bisa menyelesaikan dalam waktu 1,5 tahun. “Padahal sebelumnya saya tidak pernah berpikir untuk melanjutkan pendidikan,” ungkap peraih IPK tertinggi 3,86 pada program Pascasarjana Prodi Magister Manajemen.
“Semua berkat perjuangan ibu saya sebagai garda terdepan, support sistem untuk keluarga walau tanpa didampingi seorang suami,” tutur gadis 24 tahun ini.
Dari pengalaman ini, imbuhnya, bisa diambil pelajaran jangan sekali-kali teman-teman takut jatuh, karena saat kita jatuh itulah jalan untuk bangkit.
Rahma meyakinkan kepada teman-temannya, bahwa Allah selalu bersama mereka. “Tetaplah berdoa, semoga Allah selalu memberi kemudahan dalam setiap langkah kita,” tuturnya.
Di momen penting ini, tambahnya, saya mewakili teman-teman wisudawan mengucapkan terima kasih kepada guru-guru kami, bapak ibu dosen. “Atas segala ilmu, bimbingan dan pengalaman yang sangat berharga sehingga sampai di titik ini,” tambah gadis kelahiran Gresik ini.
“Mohon maaf juga kami aturkan atas segala kesalahan dan kekhilafan yang mungkin kami lakukan selama kami belajar di UMG,” ucapnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni