PWMU.CO– Ngaji Tauhid 1000 Jamaah berlangsung di Masjid an-Nur Sidoarjo, Ahad (12/3/2023). Pembicara Faturrahman Kamal Lc MSi dan Drs H Nadjih Ihsan,
Nadjih Ihsan, pembina Majelis Taklim Tauhid, memberikan kata pengantar. Dari 90 anggota taklim dengan madzhab berbeda telah bersilaturahmi sejak 4 Mei 2016.
”Ini adalah pertemuan ke-61. Kewajiban manusia kepada Allah, makrifatullah, makrifatul nabi, dan makrifatul dinul Islam bil adillah. Maksudnya, kita mengenal Allah, mengenal rasulnya, dan diinul Islam pakai dalil, menegakkan akidah yang betul,” katanya.
Ustadz Nadjih menyampaikan, tauhid yang murni membebaskan kesyirikan, memuliakan manusia, tauhid membebaskan belenggu ketidakadilan dan kesewenangan.
Lantas dia mengutip surat Ali Imran ayat 26-27. Qulillahumma malikalmulki tu’tilmulka mantasya. ”Ini dalil tentang orang berkuasa atas kehendak Allah swt. Tentu jika dia adil, jujur, dan bijak maka kebijakannya selalu berpijak pada Allah swt. Allah akan mengangkat derajat umatNya yang taat,” tuturnya.
Tauhid, sambung dia, juga membawa sikap kritis terhadap ketimpangan, ketidakjujuran, dan ketidakadilan. Diberikan contoh seperti halnya dalam sebuah keluarga. Anak akan mengkritisi orang tua yang tidak sesuai dengan syar’i, dan orang tua harus bisa menerimanya.
”Kesalahan harus diluruskan. Itu yang diajarkan Rasulullah, agar masyarakat dinamis. Ngaji Tauhid itu lurus akidah, dunia akhirat berkah. Islam terang dan sangat jelas. Semoga dengan mengikuti kajian tauhid dan semua umat berpijak pada tauhid yang benar, insyaallah kita dapat berkumpul di surga Allah bersama anak-cucu,” tandas Nadjih Ihsan.
Peradaban Tauhid
Penceramah Faturrahman Kamal menyampaikan, majelis ini disatukan oleh kalimat tauhid, simbol kesatuan yang menjadi pertaruhan kita di hadapan Allah swt.
”Jadi masuk surga jangan sendiri, ayo masuk bersama dengan keluarga dan kerabat. Walau masing-masing hadir di pengadilan Allah sendiri,” ujarnya.
Dia berharap ketika kematian semua bersaksi dan menyaksikan Tuhan yang disembah adalah Tuhan Nabi Ibrahim, Ismail dan Ishaq, menyembah Tuhan yang satu, tidak beranak dan tidak diperanakkan. .
”Siapa yang saat mati, dijemput oleh maut lalu menjawab la Ilaha illlallah waasyhadu anna muhammadul rasulullah. Itu tauhid ilahiyah,” katanya.
Dia menjelaskan, peradaban umat yang mulia, yang dijamin di akhirat adalah mengasaskan kehidupan ini pada ketauhidan yang diajarkan Rasulullah.
Lawan ketauhidan adalah kesyirikan. Ini peradaban jahiliyah yang menjauhi jalan yang diajarkan Nabi. Peradaban tanpa ruh tauhid adalah kehidupan jahiliyah. ”Jahil adalah bodoh, jahiliyah, kebodohan yang sangat buruk. Sebelum diutus Rasulullah, ada kesalahan pemahaman terhadap Allah. Jauh dari hidup para Nabi dan Rasul. Padahal mudah kalau mau belajar,” tuturnya. ”Qul huwa Allahu ahad Allahu shamad lam yalid walam yulad, walam yakulahu kufuwan ahad.”
Penulis Dian R. Agustina Editor Sugeng Purwanto