Pelajar Milenial Punya 3 Tantangan dan 5 Peran; Liputan Ain Nurwindasari
PWMU.CO – Pelajar dinilai memiliki peran penting dalam mengembangkan dakwah amar makruf nahi mungkar. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Bidang Organisasi Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Gresik, Muhammad Al-Lail Qadri.
Dia menyampaikan pada kegiatan Pesantren Kilat Darul Arqam (PKDA) IPM SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik (Spemdalas), di Masjid Taqwa Spemdalas, Senin (27/3/2023).
Mengawali materinya, Qadri menjelaskan definisi pelajar. “Pelajar itu apa sih? Pelajar merupakan sinonim siswa atau murid. Pelajar diartikan sebagai orang yang menginginkan ilmu,” terangnya.
Qadri lantas menjelaskan bahwa saat ini pelajar menghadapi berbagai tantangan di sekitar. “Ikatan pelajar Muhammadiyah menjadi sebuah wadah bagi pelajar untuk menjawab tantangan yang ada,” ucapnya.
Di antara tantangan yang dihadapi oleh para pelajar ialah, “Masih maraknya tingkat kekerasan fisik, pelecehan seksual dan seks bebas di kalangan pemuda dan pelajar,” ucapnya.
Ia melanjutkan, “Banyaknya kasus pelajar di Kabupaten Gresik ini. Pelajar harus melihat kondisi kita sekarang, bahwa sekarang ini masih banyak kekerasan fisik, misalnya perkelahian.”
Tantangan selanjutnya yang dihadapi oleh pelajar menurut Qadri ialah adanya kecenderungan sikap ketidakjujuran yang makin membudaya.
“Di sini kalau ujian masih pada suka nyontek nggak?” tanyanya kepada peserta.
Adapun tantangan ketiga, menurut Qadri ialah berkembangnya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru, dan pemimpin.
“Ketika guru memberi tugas, lalu kita mem-bully, dengan seenaknya kita membicarakan guru di belakangnya,” tuturnya.
Oleh karena itu Qadri menekankan pentingnya dakwah amar makruf nahi mungkar, sebagaimana terdapat di dalam Ali Imran ayat 104.
Qadri lantas menanyakan adakah siswa yang sudah hafal ayat tersebut. Salah satu siswa bernama Kevin Putra Fahardika, kelas VIIE pun maju dan membacakan ayat tersebut dengan lancar.
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Dan hendaklah ada segolongan orang di antara kalian yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah keburukan. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
“Nah, kalau kita mau beruntung, kalau mau sukses maka ajaklah orang kepada kebaikan dan cegahlah keburukan,” jelas Qadri.
Qadri mengatakan bahwa ketika umat Islam, pelajar khususnya, tidak bekerja sama untuk mengajak kebaikan, maka berdakwah akan sulit untuk dilakukan.
Peran Pelajar
Menurut Qadri, pelajar memiliki peran dalam melakukan amar makruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran).
“Pertama, mempergunakan waktu dengan produktif. Mengadakan kajian-kajian, waktunya shalat kita shalat, waktunya belajar kita belajar, waktu pelajaran kita masuk dan belajar, waktu mengerjakan tugas di rumah kita kerjakan,” terangnya.
Hal itu jika dilakukan, lanjut Qadri, bisa menjadi cara untuk menghindari keburukan-keburukan.
“Kedua, sosialisasi edukasi pelajar. Misalnya mempromosikan sekolah ini. misal ada kegiatan di SMP Muhammadiyah 12 GKB, kita yang promosikan,” ucapnya.
Menurut Qadri, hal itu bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi dan media sosial yang ada.
“IPM harus menjadi contoh, berprestasi, menjaga akhlak kepada guru. IPM sebagai wakil siswa yang mewakili seluruh siswa yang ada di sekolah,” ucapnya.
Adapun peran pelajar yang ketiga, menurut Qadri ialah ikut perkumpulan pelajar yang produktif.
“Pasti banyak kegiatan pelajar yang bisa diikuti, misalnya IPM, ekstrakulikuler,” terangnya.
Keempat, kritis terhadap perkembangan zaman, yaitu sadar terhadap perkembangan zaman.
“Kita boleh ikut zaman tapi jangan sampai diperbudak oleh zaman. Ikuti perkembangan zaman dengan sebaik mungkin dan gunakan sebaik mungkin,” tuturnya.
Terakhir, Qadri memberikan pesan melalui sebuah quotes yang ia tuliskan di layar power point-nya.
“Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar akan menjadi pemilik masa depan, Mario Teguh,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni