Diterima Kuliah di 2 Kampus Luar Negeri, Siswa Smamio Ini Pilih University of Toronto; Liputan Novania Wulandari
PWMU.CO – Sikap optimistis M. Fadel Thoriq Darmawan, siswa kelas XII-IIS Smamio berbuah manis. Harapannya untuk menjadi seorang duta besar, kini semakin terbuka.
Hal itu seiring dengan kepastiannya diterima di dua kampus luar negeri, dalam integrated program dengan Beasiswa Indonesia Maju (BIM) Angkatan 2 di University of Toronto St. George, University of Toronto Scarborough, dan The University of British Columbia.
Ia diterima di tiga kampus tersebut di program Social Studies and Humanities dan Arts Program. Hal ini memberikan angin sejuk dan kabar bahagia kepada seluruh warga SMA Muhammadiyah 10 GKB (Smamio), Gresik, Jawa Timur.
Dilansir dari website BIM Pusat Prestasi Nasional Kemdikbud, BIM adalah program beasiswa yang diberikan kepada peserta didik atau lulusan yang berprestasi pada bidang akademik dan non-akademik.
BIM terdiri dari program beasiswa bergelar (degree) dan beasiswa nongelar (nondegree). Program beasiswa bergelar jenjang S1 dan S2 dilaksanakan oleh Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan, sedangkan program beasiswa non-gelar, yaitu Program Persiapan S1 Luar Negeri, dilaksanakan oleh Pusat Prestasi Nasional.
Ditemui PWMU.CO, Kamis (30/3/2023) Fadel, berencana akan mengambil University of Toronto, St. George dengan program Social Studies and Humanities.
Fadel mengaku sangat senang mendengar kabar diterimanya dia di kampus yang dia impikan. Saat ditanya cita-cita, dia memaparkan alasannya mengapa dia berani mencoba untuk mendaftar di kampus luar negeri.
“Saya ingin berkontribusi pada Indonesia berupa talenta dan minat saya, maka dari itu cita cita saya sangat berhubungan pada bidang international affairs khususnya pada kedutaan di luar negeri bagi masyarakat Indonesia dan hukum,” terangnya.
Dia juga mengaku perjalanan yang dilaluinya tidaklah mudah. “Banyak minat dan bakat yang saya tekuni selama saya belajar di sekolah, baik dari story telling, menyanyi, olimpiade sains, dan lain-lain. Tujuan utama saya adalah mencari jati diri dan kesenangan yang dapat mendukung masa depan akademik saya, dan bidang yang terkenang adalah Bahasa Inggris,” imbuh alumnus SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik ini.
Debat Mengantarkannya ke Kampus LN
Sejak SMP hingga SMA, Fadel samgat suka dengan debat. Meskipun Fadel harus lebih banyak beradaptasi karena debat dalam bahasa Inggris namun di sini dia merasa nyaman.
Fadel melanjutkan, perjuangan adaptasi untuk memahami bahasa Inggris juga cukup sulit, dia pun masih merasa belum sempurna baik dalam pengucapan maupun penulisan, tetapi saya semangat untuk ikut kompetisi dengan siswa-siswa lain di luar Gresik.
“Untungnya orang tua, sekolah, guru, teman-teman dan orang terdekat saya mendorong keinginan saya untuk mencoba untuk menyetarakan diri dengan siswa lain, utamanya pada siswa sekolah internasional,” ungkapnya.
Dia melakukan pembelajaran tiap malamnya hingga pukul 21.00 WIB dan melakukan latihan debat 2 hingga 4 kali per pekan.
“Awalnya kami masih melakukan debat dengan Zoom, tetapi seiring dengan dekatnya perlombaan nasional yang diadakan oleh Pusat Prestasi Nasional kami mencoba untuk latihan secara langsung. Kerja keras kami terbalaskan dengan penghargaan medali perak pada ajang LDBI (Lomba Debat Bahasa Indonesia) di tahun 2021,” terang Fadel.
Tak hanya itu, di tahun selanjutnya dia juga telah memenangkan beberapa perlombaan debat baik itu bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris yang diadakan oleh beberapa instansi.
“Kecocokan dalam bidang debat ini yang mendorong saya untuk bekerja dan belajar lebih dalam suatu hal karena saya merasa cocok dengan hal tersebut. Untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri, saya harus lebih fokus terhadap passion saya, baik itu yang akademik maupun non akademik. Sehingga ketika kesempatan besar muncul untuk mendaftar pada kampus luar negeri datang, saya dapat menggunakan passion tersebut untuk meyakinkan kampus bahwa saya memiliki potensi emas yang akan menjadi aset penting,” papar cowok berkacamata ini.
Proses Pendaftaran Kampus LN
Berbekal semangat yang menggebu, Fadel secara mandiri mencari informasi beasiswa yang memfasilitasi dirinya untuk masuk ke kampus luar negeri.
Meski berat, Ia mengaku tidak mau cepat menyerah. Dari beberapa informasi yang didapat, muncullah informasi Beasiswa Indonesia Maju (BIM) dari Puspresnas tersebut.
“Selain harus mengikuti dan memenangnkan konpetisi yang diselenggarakan Puspresnas, saya juga harus ikut serta dalam seluruh program dan menyiapkan administrasi mulai dari rekomendasi guru, dukungan orang tua, profil sekolah, dan yang paling penting fasih dalam bahasa Inggris,” jelasnya.
Ia bersyukur dengan segala usaha dan penantian panjang yang telah ia lakukan, akhirnya membuahkan hasil yang indah dan maksimal. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni