PWMU.CO– Cara sambut lailatul qadar disampaikan Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Bogor Raya (Umbara), Dr H Naufal Ramadhan MSi dalam kajian Matahari Pagi Ramadhan IRo Society secara zoom, Kamis (6/4/2023).
Ustadz Naufal menjelaskan, berpuasa ini memanajemen diri mengendalikan pikiran, ucapan, dan tindakan yang menyimpang supaya luru sesuai syariah Allah.
Puasa adalah ibadah khusus yang tidak mudah dilakukan, karena harus menahan makan dan minum, hal-hal yang membatalkan dan merusak pahala puasa, maka perlu dilatih.
Disebutkan, ada hadits: barang siapa shaum Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala, maka Allah akan mengampuni dosa di masa lalu. (HR Bukhari)
Bulan Ramadhan ini, sambung dia, sangat berkaitan dengan lailatul qadar yang semua muslim berharap mendapatkannya.
Dia menjelaskan, secara etimologi lailatul qadar adalah malam ketetapan. Secara terminologis lailatul qadar bermakna malam yang agung atau malam yang mulia.
”Dalam al-Quran digambarkan malam yang lebih baik dari seribu bulan,” kata Sekretaris PDM Kabupaten Bogor ini.
Lalu bagaimana cara sambut lailatul qadar? Ustadz Naufal membacakan sebuah hadits sebagai doa menyambut lailatul qadar. Rasulullah saw berdoa
اللهم انك عفو تحب العفو فا عف عني
Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai maaf, maka maafkanlah aku. (HR Tirmidzi)
Dia mengatakan, kapan terjadi lailatul qadar? ”Ini rahasia Allah. Ketidakpastian waktunya justru mengandung hikmah, membuat manusia terus beribadah setiap malam dengan harapan mendapat kemuliaan malam itu,” jelasnya.
Dia bertanya, siapkah kita menyambut lailatul qadr. Poinnya bukan sibuk mempertanyakan kapan terjadinya, tetapi sibuk memperbanyak amal dan meningkatkan kualitas ibadah. Seperti membaca Quran, berinfak, iktikaf, doa, taubat, shalat.
Penulis Hilman Sueb Editor Sugeng Purwanto