PWMU.CO – Idul Fitri, Momentum Menjaga Kelestarian Takwa; Naskah Khutbah; Oleh M. Nur Ali Zulfikar SPdI, MPd. Ketua Korda Fokal IMM Lamongan; Dosen Luar Biasa Universitas Muhammadiyah Lamongan
اI اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الِلّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ
اللهُ أكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Ma’asyiral muslimīn Rahimakumullāh.
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Jamah yang dimuliakan Allah
Selama satu bulan Ramadhan, Allah SWT mendorong umat Muslim untuk memperbanyak ibadah. Ada yang senantiasa bertadarus al-Qur’an, rajin shalat Tarawih, berbagi sedekah takjil, rajin shalat jamaah, dan ibadah-ibadah lainnya. Di penghujung Ramadhan, kita bersiap untuk melepas kepergian bulan mulia ini sekaligus bersiap menyambut kedatangan hari raya Idul Fitri.
Saat Idul Fitri inilah umat Muslim bersukaria. Memakai baju baru, menyiapkan aneka kue lebaran untuk menyambut tamu, berkumpul dengan sanak saudara, dan sejumlah momen bahagia lainnya. Anjuran untuk memperlihatkan ekspresi bahagia saat hari kemenangan ini dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
Setelah Ramadhan pergi, sudah seharusnya untuk terus menjaga ibadah-ibadah dan amalan amalan baik yang telah dilakukan, guna untuk mencapai predikat sebagai muttaqin. Adapun tanda-tanda orang yang bertakwa paling tidak memiliki tiga karakter yang terus dilakukan secara istikamah, baik ketika ramadhan maupun tidak.
Pertama, aelalu menjaga keselamatan akidah, tidak syirik atau menduakan Allah dengan siapapun dan dalam kondisi apapun. ‘abdun ya’bud wa rabbun yu’bad (hanya ada hamba menyembah dan tuhan disembah). Orang yang kuat akidahnya tidak akan mudah tergoda oleh berbagai macam godaan duniawi, seperti godaan harta, wanita dan jabatan. Bahkan ketiga hal itu menjadi sarana untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Dalam rangka memantapkan aqidah, seorang hamba harus mengimani segala bentuk ayat-ayat Allah yang ada di jagat raya, sehingga ketika melihat ayat-ayat semesta, keimanan dan ketakwaannya bertambah kuat.
ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّن رُّسُلِهِۦۚ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ
“Rasul (Muhammad) beriman pada apa (al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali”. (al Baqarah 185).
Kedua, terus menjaga hubungan baik antara hamba dengan Tuhan (Allah) sepanjang waktu, daiman abada.Pada level ini hamba terus berusaha melaksanakan berbagai macam ibadah dan amalan, agar terus bisa berhubungan dan sambung dengan sang pencipta, Allah SWT. Seperti shalat wajib lima waktu, sholat sunnah, puasa sunnah, sedekah, berdoa dalam segala aktifitas dan lain sebagainya.
Dari Abul ‘Abbas Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: ”Wahai anak kecil, sungguh aku akan mengajarimu beberapa kalimat: ‘Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Apabila kamu meminta sesuatu mintalah kepada Allah, apabila engkau memohon pertolongan maka mintalah kepada Allah.
Ketahuilah, kalau seandainya umat manusia bersatu untuk memberikan kemanfaatan kepadamu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan mampu memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tentukan untukmu, dan kalau seandainya mereka bersatu untuk menimpakan bahaya kepadamu dengan sesuatu, niscaya tidak akan membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan akan menimpamu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR Imam Tirmidzi No. 2516) hadits ini termasuk hasan dan shahih.
Ketiga,mMendisiplinkan akhlak dan perilaku. Pada bulan Ramadhan kemarin, kita diperintahkan untuk menjaga segala bentuk prilaku agar senantiasa baik, mulai dari menahan amarah, nafsu, dermawan (rajib berbagi) dan menciptakan kondisi sosial yang diridlai Allah SWT. Segenap prilaku terpuji itu, harus tetap dilakukan meskipun sudah di luar bulan ramadhan. Mengingat prilaku terpuji itu adalah teladan dari Rosulullah Muhammad SAW, yang harus terus dilakukan setiap waktu.
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا
“Orang yang imannya paling sempurna di antara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya.” (HR Tirmidzi No. 1162 dan Ibnu Majah No. 1987).
حَقِيْقَةُ حُسْنُ الْخُلُقِ بَذْلُ المَعرُوْفِ وَكَفُّ الأَذَى وطَلاَقَةُ الوَجْهِ
“Hakikat akhlak mulia adalah mudah berbuat baik kepada orang lain, tidak mengganggu orang lain, dan wajah yang sering berseri-seri karena murah senyum.” Al-Minhaaj Syarh Sahih Muslim karya An-Nawawi 15/78
Kisah Sahabat Saad Bin Abi Waqqash sang Penghuni Surga
Level muttakin adalah seorang sahabat yang bernama, Sa’ad bin Abi Waqqash Saad bin Abi Waqqash ini menurut umumnya para penulis sejarah Islam adalah orang nomor tiga yang masuk Islam. Pada saat ia masuk Islam, ibunya masih memeluk kepercayaan lama. Ia masuk Islam tatkala berumur, 17 tahun.
Di lingkungannya Saad terkenal sebagai anak yang sangat taat pada orang tua, khususnya ibunya. Perilaku ini tetap berjalan baik sebelum memeluk agama Islam maupun sesudahnya. Sampai dia menjadi muslim dan ibunya musyrik, hubungan dia tetap berjalan seperti biasanya.
Suatu saat orang-orang kafir Mekah ingin menggunakan atau mencari titik kelemahan Saad berkaitan dengan hubungan dengan ibunya yang begitu baik. Sikap dia yang selalu menghormati ibunya yang masih musyrik dimanfaatkan oleh orang-orang kafir untuk membujuk ibunya agar menyuruh Saad meninggalkan agama Islam dan memisahkan diri dari Muhammad.
Akan tetapi, Saad selalu menolak bujukan ibunya dengan cara yang halus. Karena telah berulangkali dilakukan —tetapi Saad tetap pada pendiriannya, hingga membuat ibunya menjadi penasaran. Sebab selama ini Saad tidak pernah menolak permintaan ibunya, apalagi membantah. Namun kali ini Saad bersikeras menolak permintaan ibunya. Karena telah kehilangan cara, akhirnya si ibu mengancam kepada Saad. “Kalau kamu masih bergaul dengan Muhammad dan mengikuti ajarannya, saya akan mogok makan dan minum. Saya tidak akan berhenti sampai kamu mau menuruti kemauan saya. Sampai mati pun akan saya lakukan.”
Ibu Saad memang serius melakukan mogok makan dan minum. Pada hari pertama dan kedua perempuan ini tidak menampakkan masalah apa-apa. Akan tetapi, menjelang hari ketiga keadaan tubuh perempuan ini mulai lemah. Melihat kondisi Ibu Saad itu beberapa orang tetangga sekitar mencoba mencari dan menyusul Saad untuk memberitahukan keadaan ibunya.
Sesampainya di rumah, Saad mendekatkan wajahnya di telinga ibunya seraya membisiki, “Bu, saya harap sebaiknya ibu segera membatalkan mogok makan dan minum ini. Tubuh Ibu begini lemah.”
Mendengar bisikan Saad, ibu itu langsung menyentak, “Tidak, saya tidak akan berhenti mogok selama kamu masih tidak mau meninggalkan Muhammad dan agamanya. Saya siap untuk mati biar orang-orang kampung tahu dan mengatakan Saad membunuh ibunya secara tidak langsung.”
Mendengar keteguhan ibunya demikian, Saad dengan halus berkata kepada ibunya, “Bu, seandainya Ibu mempunyai seratus nyawa, dan seratus nyawa itu Ibu gunakan satu persatu dengan cara mogok ini. Mati, hidup lagi, mati hidup lagi sampai seratus kali. Semua itu tidak akan mempengaruhi anakmu ini untuk meninggalkan agama Islam dan mengikuti Muhammad. Percuma Ibu memaksa saya kalau hanya untuk tujuan itu kemudian Ibu meninggal. Apalagi kalau nyawa Ibu cuma satu. Sebaiknya Ibu membatalkan niat itu”.
Mendengar jawaban halus tetapi tegas itu, ibu Saad berpikir panjang. Dia menyadari rupanya Saad tidak bisa digertak. Dia telah memilih jalannya sendiri yang dianggap berada di jalan yang benar. Mungkin bersamaan dengan hidayah Allah swt. perempuan itu kemudian membatalkan niatnya dan membiarkan anaknya memilih jalan hidupnya sendiri.
Melihat kegigihan Saad yang dipandang tidak biasa itu, si ibu ini kemudian tertarik untuk mengetahui dan mengikuti apa sebenarnya ajaran Muhammad. Ia penasaran mengapa anaknya yang biasanya penurut menjadi punya sikap ‘berani membantah’, tetapi anehnya di lain pihak tetap bersikap sopan dan baik padanya.
Di sinilah satu model bagaimana seseorang bisa menyelamatkan akidahnya dalam keadaan dia harus membuat pilihan pilihan yang sangat dilematis. Di sisi lain, Saad yang demikian gigihnya mempertahankan akidah Mendapatkan pujian dari Nabi saw, Pada saat terjadi peristiwa fathu Makkah, Nabi sedang bersama-sama para sahabatnya berada di Masjidil Haram “Makkah. Tiba-tiba Nabi mengatakan begini, “Akan datang tengah-tengah kalian ahli surga”,
Para sahabat yang mendengar menjadi penasaran dan menunggu-nunggu siapa yang dikatakan Nabi sebagai ahli sorga yang akan masuk ke mesjid itu. Mereka membayangkan orang yang dimaksud Nabi pasti orang yang sangat istimewa dan memiliki kelebihan. Selang beberapa waktu kemudian ternyata yang muncul di hadapan mereka adalah Saad, Saad bun Abi Waqqash.
Mereka terheran-heran dan tidak menyangka bahwa yang dimaksud Nabi adalah Saad. Setelah beberapa sahabat bubar meninggalkan masjid, Abdullah bin Amru bin Ash bertanya kepada Saad, “Wahai saudaraku, apa yang kamu lakukan setiap harinya, ibadahmu atau kegiatanmu, sehingga engkau mendapatkan jaminan masuk surga dari Nabi.
Mendengar pertanyaan itu Saad sendiri kebingunggan. Dia tidak tahu dan malah menanyakan kepada Abdullah benarkah Nabi mengatakan seperti itu. Setelah dibenarkan oleh Abdullah.
“Sebetulnya saya tidak memiliki sesuatu yang lebih dari kalian baik dalam hal amal maupun Ibadah. Hanya saja, ini menurut perasaan, saya tidak pernah punya rasa dengki dan ingin berbuat tidak baik kepada orang lain sesama muslim”,
Jawaban Saad menunjukkan betapa tingginya perilaku etis yang mengantarkannya menyandang gelar “ahli surga”, sebuah kedudukan terhormat di mata manusia dan Allah. Sikap Saad lainnya yang menunjukkan perilaku etis terjadi pada waktu ia sedang sakit. Mendengar kabar bahwa Saad sedang sakit, Rasulullah berkunjung ke rumahnya. Kemudian Saad menyampaikan kemauan hatinya kepada Baginda Nabi. “Wahai Rasulullah, saya ini kaya sebab pada saat ini saya termasuk dari 10 orang sahabat yang mendapatkan jaminan masuk surga.
Saya sekarang sedang sakit. Keadaan kami begini padahal anak saya cuma satu, perempuan, dan sudah saya berikan segala-galanya. Oleh sebab itu, sebelum meninggal saya bermaksud mewasiatkan seluruh uang dan kekayaan saya untuk shodaqoh”. Namun, Nabi tidak setuju, “Jangan!”. Saad menimpali, “Kalau tidak setuju semuanya bagaimana separuhnya saja, wahai Rasulullah?”. Nabi tetap tidak menyetujuinya. “Kalau begitu, bagaimana sepertiganya saja ya Nabi?”. Melihat kesungguhan Saad, Nabi kemudian mengiyakan. Sepertiga sudah cukup baik untuk dipakai shodagoh. Akhirnya sepertiga dari kekayaan yang dimilikinya diwasiatkan sebagai shodaqah —jika dia sudah meninggal disaksikan oleh Nabi Saw.
Kisah Sahabat Bin Abi Waqqash tersebut telah mencakup tiga hal penting dalam menjaga kelestarian taqwa, mulai keselamatan aqidah, hubungan baik dengan Allah dan akhlak terpuji kepada sesama manusia.
Hadiah bagi Orang-orang Bertakwa
Orang-orang yang bertaqwa akan mendapatkan berbagai macam keistimewaan dan kemuliaan dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menjaga dan membersamai orang-orang yang bertakwa.
- Mendapatkan sikap furqan, yaitu sikap tegas membedakan antara yang hak dan batil, benar dan salah, halal dan haram, serta terpuji dan tercela. (al-Anfal: 29)
- Mendapatkan limpahan berkah dari langit dan bumi. (al-A’raf: 96)
- Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan. (at-Thalaq: 2)
- Mendapatkan rezeki tanpa diduga-duga. (at-Thalaq: 3
- Mendapatkan kemudahan dalam urusannya. (at-Thalaq: 4)
- Menerima penghapusan dan pengampunan dosa serta mendapatkan pahala yang besar. (at-Thalaq: 5 dan al-Anfal: 29)
Semoga kita senantiasa diberikan kemudahan untuk istikamah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala sesuatu yang telah dilarangnya. Akhirnya, mari berdo’a kepada Allah SWT agar seluruh amal ibadah kita diterima Allah, diampuni dosa dan kesalahan, serta selalu berada di jalan Allah yang lurus untuk meraih ridla dan karunia-Nya.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الاَحْيِاءِ مِنْهُمْ وَالاَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ فيَا قَاضِيَ الحَاجَاتِ
اَللهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ أَعِزَّالْإِسْلَامَا وَالْمُسلِمِين
وَجْمَعْ كَلِمَةَ الْمُسْلِمِينَ عَلَى الْحَقِّ يَا رَبَّ الْعَلَمِينَ
اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنْصَارِ
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا… وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ, رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ