PWMU.CO– Outlook Zakat Indonesia 2023 menjadi bahasan khotbah Idul Fitri di lapangan Perguruan Ruhama Labschool of Uhamka Tangerang, Jumat (21/4/2023).
Khotbah Idul Fitri disampaikan KH Din Wahid PhD, Wakil Rektor IV UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Imam shalat Id Ustadz Hakam Almas Arrobih, alumnus santri MBS Ki Bagus Hadikusumo Bogor.
Suasana gerimis tak menyuturtkan jamaah berdatangan shalat Idul Fitri 1444H di lapangan ini. Bahkan jumlahnya membeludak. Penyelenggara shalat Idul Fitri ini kerja sama Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Legoso dan Pondok Cabe Ilir Tangerang.
Dalam khutbahnya, Din Wahid menyerukan pentingnya meningkatan kepedulian sosial di tengah masyarakat.
”Ramadhan telah mengajarkan kita merasakan haus dan lapar di siang hari. Bukan karena kita kekurangan makanan dan minuman, tetapi karena kita disyariatkan untuk tidak makan dan minum dalam waktu tertentu,” katanya.
Pengalaman ini, kata dia, menanamkan dalam diri kita, rasa empati kepada orang-orang yang tidak mampu. Jika kita hanya menahan rasa lapar dan dahaga dalam beberapa jam saja, kemudian kita bisa memenuhi kebutuhan utama tersebut setelah berkumandangnya adzan Maghrib.
”Bagaimana dengan saudara-saudara kita yang selama ini terbiasa bergelimang dengan rasa lapar dan haus sepanjang tahun yang disebabkan karena kurangnya sumber-sumber ekonomi? Belum lagi, jika kita kaitkan dengan kebutuhan lain, sandang dan papan,” katanya.
Selama Ramadhan, kata dia, kita menyaksikan berbagai upaya dan aksi umat Islam memberikan sedekah, infak dan zakat.
Gerakan iftar menjamur di masjid-masjid selama bulan puasa. Santunan buat anak yatim dan masyarakat yang kurang mampu dikoordinasikan oleh berbagai individu, kelompok dan organisasi.
”Ini sejalan dengan firman Allah dalam surat al-Maun. Yang telah sangat jelas mengaitkan antara ibadah mahdah yang menandakan kesalehan individual dengan kesalehan sosial,” katanya.
Negara Dermawan
Din Wahid yang sebelumnya menjabat sebagai Atase Pendidikan Republik Indonesia di Den Hag Belanda menguraikan, patut bersyukur dalam 5 tahun terakhir, sejak tahun 2018 – 2022, berdasarkan riset World Giving Index yang dilakukan oleh Charities Aid Foundation, di tahun 2022, Indonesia dinobatkan kembali menjadi negara yang paling dermawan se-dunia dengan index 68.
Angka ini mengalahkan negara-negara kaya seperti, Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru, yang angkanya jauh di bawah Indonesia, yakni di angka 59, 54 dan 51 secara berturut-turut.
Menurut analisa beberapa ahli filantropi, kebiasaan berderma orang Indonesia ini dipengaruhi oleh ajaran agama dan tradisi lokal. Di samping ajaran agama seperti perintah mengeluarkan zakat, infak dan sedekah, dan nilai-nilai lokal Indonesia seperti gotong royong .
”Tingginya kebiasaan berderma ini sejalan dengan perhitungan potensi zakat, infak, sedekah, dan wakaf yang dihitung oleh Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) mencapai Rp 327 triliun per tahun.
Potensi zakat ini dihimpun dari zakat penghasilan, pertanian, perkebunan, peternakan dan sektor lainnya. Dari potensi tersebut, dana zakat yang terkumpul pada tahun 2021 mencapai Rp 14,1 triliun. ”Pengumpulan zakat pada tahun 2021 belum mencapai 5% dari potensi zakat yang bisa kumpulkan secara maksimal,” tutur Din lebih lanjut.
Outlook Zakat
Dia memaparkan, berdasarkan buku Outlook Zakat Indonesia 2023 yang diterbitkan oleh Baznas, proyeksi pengumpulan zakat pada tahun 2023, berkisar antara Rp 31,2 triliun jika menggunakan asumsi pesimistis. Hingga Rp 33,8 triliun dengan menggunakan asumsi optimistis. Artinya, dengan asumsi optimisme saja, proyeksi pengumpulan pada tahun 2023, baru mencapai 10% dari potensi.
Dengan dana zakat yang dikumpulkan, pengelola zakat bisa memaksimalkan penggunaan dana tersebut untuk berbagai kepentingan umat, seperti menanggulangi kemiskinan, meningkatkan kualitas pendidikan umat, meningkatkan layanan kesehatan, dan lain-lain.
Kita bisa membayangkan, jika potensi zakat yang ada bisa dikumpulkan secara maksimal, puluhan gedung sekolah dan madrasah bisa kita bangun setiap tahunnya, ribuan guru-guru di madrasah dan pesantren bisa kita berikan gaji secara layak, puluhan rumah sakit yang bisa dirikan”.
Penulis Qosdus Sabil Editor Sugeng Purwanto