Khutbah di Desa Tumpuk: Lawan Gravitasi Bumi, Dekati Langit; Liputan Rizka Ayu Fitrianingsih
PWMU.CO – Pimpinan Ranting Muhammadiyah Desa Tumpuk, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek menggelar shalat Idul Fitri 1 Syawal 1444 di Lapangan SD Negeri Tumpuk, Jum’at (21/04/2023).
Shalat dimulai pada pukul 07.00 WIB ini diikuti oleh lebih dari 1000-an orang yang terdiri dari warga Muhammadiyah dan simpatisan. Bertindak sebagai imam dan khatib adalah Dinar Masrunnaim dai muda asal Trenggalek lulusan Pondok Pesantren Modern Arrisalah Ponorogo Program Internasional.
Dalam khutbahnya dia menyampaikan tema “Renungan Hidup Makna Puasa Ramadhan”. Berikut petikannya:
Hari 1 Syawal 1444, telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai hari suka-cita bagi kita, bagi kaum muslimin seluruhnya. Kita baru saja menempuh proses penyadaran kembali akan arti pentingnya hidup kerohanian yang selama ini terbelenggu oleh tuntutan hidup fisikal, material, fenomenal yang profan.
Suatu proses penyadaran akan pentingnya arti langit dan rendahnya kehidupan bumi dengan segala implikasinya. Oleh karena itu di dalam sunnatullah telah digariskan bahwa, manusia harus tinggal sementara di bumi.
Maka tak terhindarkan hukum gravitasi bumi menarik tubuh fisik manusia demikian kuatnya. Bahkan kemudian roh yang ditiupkan ke dalam tubuh kasar manusia tak kalah kuatnya ikut-ikutan tertarik ke dalam lumpur debunya. Sehingga roh lupa akan asal usulnya sendiri yang habatat min al-mahall al-arta—yang memancar dari singgasana langit yang tertinggi. Min qibalillah min ruhih. Dari sisi Allah ta’alla dari ruh-Nya.
Melawan Gravitasi Bumi
Puasa sebagai kewajiban bagi seluruh umat beriman, kalian dan sebelum kalian dimaksudkan agar roh kalian, agar mental kalian melawan gravitasi bumi dan beranjak sedikit demi sedikit mendekati langit, kemudian menerobosnya dalam konsentrasi meditasi khusyuk ketakwaan mengarahkan mata rohani ke Dzat Yang Mahabesar ke Dzat yang bumi dan langit tak berdaya dalam genggaman-Nya.
Di hari suka-cita, Idul Fitri ini, rasa-rasanya kita telah mendapatkan rahmat dari Allah Ta’alla, mendapatkan ampunan-Nya dan dibebaskan dari api neraka. Seakan-akan kaki rohani kita telah sampai ke pintu gerbang singgasana langit tertinggi, ke surga yang dijanjikan kebahagiaan yang tak terkirakan.
Namun tiba-tiba terdengar seruan yang sangat keras ke telinga rohani kita, “Apakah kalian kira kalian akan masuk surga, padahal kalian belum ditimpa seperti orang-orang dahulu yang ditimpa akan kepedihan, penderitaan bahkan keguncangan, sampai-sampai Rasul SAW dan orang-orang yang beriman yang menyertainya berseru kapan akan datang pertolongan Allah”. Lalu dijawab bahwa, “Sesungguhnya, pertolongan Allah itu sudah dekat.” (al-Baqarah 214).
Jihad di jalan Allah adalah suatu wilayah yang sangat luas. Salah satu misi dalam jihad Islam adalah mampu mengatasi terjadinya krisis nilai keadaban yang semakin terasa nyaris disemua lini kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia ini.
Penguatan terhadap nilai-nilai keadaban yang berupa keadilan, amanah, kejujuran, sopan santun, keberpihakan kepada yang lemah dan yang dilemahkan adalah beberapa contoh wilayah jihad yang nyata-nyata harus diperjuangkan.
Nilai-Nilai Keadaban
Puasa Ramadhan dengan segala rangkaian ibadah di dalamnya, telah mengajarkan kepada kita tentang proses penguatan terhadap nilai-nilai keadaban. Nilai-nilai ini dibangun di atas prinsip: keimanan, menahan diri, serta kehati-hatian dalam seluruh perilaku dan tindakan.
Pembiasaan menahan diri dari yang dibolehkan, agar lebih dapat menahan diri dari yang diharamkan, dari bertindak zalim, korup, tidak jujur, tidak sopan, tidak amanah, mengabaikan pihak yang lemah dan dilemahkan dan lain-lainnya.
Semua tindakan seperti itu jelas akan meruntuhkan martabat manusia, martabat bangsa, bahkan akan meluluhlantakkan peradaban itu sendiri. Namun dengan prinsip iman, menahan diri dan kehati-hatian yang merupakan esensi bangunan puasa yang sesungguh-sungguhnya telah menguatkan nilai-nilai keadaban umat, keadaban bangsa.
Dan memang seharusnya seperti itu. Puasa ini telah mengasuh dan menyucikan jiwa, meninggikannya di atas dimensi ketubuhan, dimensi kematerialan manusia. Buah dari hasilnya antara lain, tidak akan melakukan korupsi! Bukankah tindakan korup pasti menegasikan iman, pasti nantinya secara perlahan-lahan dapat merusak kesucian jiwa, pasti mezalimi, pasti merusak, maka tegaskanlah diri dengan prinsip dan keteguhan keimanan dalam hati agar tetap terjaga kesuciannya dengan baik dalam lindungan-Nya.
“Dan janganlah kalian makan harta di antara kalian dengan jalan yang batil. Dan (janganlah) kalian menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kalian dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kalian mengetahui.” (al-Baqarah:188)
Jangan Hanya Berputar di Orang Kaya
Puasa juga mengajarkan kepada kita, untuk dapat merasakan lapar dan dahaga, yang biasa dirasakan oleh mereka yang tak berpunya. Menghadirkan empati, setidak-tidaknya simpati kepada the have not sehingga bermurah hati menyantuni dan turut mengentas derita mereka.
Agar harta tidak sepenuhnya berada di genggaman para the have! Agar keadaban kemanusiaan menjadi bagian penting terikan napas kehidupan bangsa! Dahulukan mereka yang lemah, mereka yang dilemahkan! Keberpihakan kepada mereka, berbuah keberpihakan kepada Allah dan untuk bangsa ini ke depannya.
Allah menolong hamba-Nya, jika hamba-Nya pun dapat menolong sesama! Jika bangsa ini mendahulukan dan berpihak kepada mereka yang lemah dan yang dilemahkan, tentulah Allah akan menolong bangsa ini dengan mudah bagi-Nya!
Puasa juga mendidik kita untuk memiliki kelembutan hati, buah dari penyucian jiwa selama ditempa di bulan Ramadhan ini. Jadikanlah sebagai kekuatan untuk dapat memperkokoh nilai-nilai keadaban, membangun kebersamaan, membina hubungan dengan sesama, dengan seluruh anak bangsa!
Jangan saling mezalimi satu sama lain, jangan saling menggunting dalam lipatan! Bangsa ini akan menjadi tinggi kedudukannya jika seluruh potensi dapat digunakan untuk membangun masa depan yang gemilang, yang berkeadaban! Semoga Allah dapat senantiasa menolong kita dan menolong bangsa ini dikemudian hari. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni