Ketua PDM Situbondo Ajak Lanjutkan Semangat Ramadhan, liputan kontributor PWMU.CO Situbondo Sugiran.
PWMU.CO – Sebanyak 14 lokasi se-Kabupaten Situbondo menyelenggarakan Shalat Idul Fitri 1 Syawal 1444 H pada Jumat (21/4/2023). Salah satunya adalah di Stadion Mohammad Saleh Situbondo Jawa Timur.
Imam sekaligus khatib di lokasi ini adalah Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Situbondo Muhammad Syamsuri. Lebih dari 2000 jamaah mengikuti shalat Id di stadion ini.
Muhammad Syamsuri dalam khutbahnya menyampaikan, Idul Fitri merupakan hari sukacita. Segala puji milik Allah yang telah menganugerahkan Islam dan menurunkan al-Quran.
“Sungguh nikmat Islam adalah nikmat terbesar yang dianugerahkan oleh Allah kepada siapa yang Dia kehendaki. Bahkan nikmat Islam dan diturunkannya al-Quran adalah nikmat yang tidak bisa dibeli dengan dunia dan segala isinya,” ujarnya.
“Allah berfirman: Katakanlah (Nabi Muhammad), dengan karunia Allah dan rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan,” tambahnya menyitir surat Yunus ayat 58.
Menurutnya, kebahagiaan di saat datangnya Idul Fitri adalah rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang berpuasa.
“Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan. Kebahagiaan ketika berbuka (berakhir masa puasa) dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya,” ujarnya mengutip hadits riwayat Bukhari dan Muslim.
Saat Idul Fitri, lanjutnya, berbagai suka cita bersatu. Suka cita karena hidayah Islam yang melekat di hati kita. Suka cita berakhirnya masa puasa dan suka cita telah bersihnya kita yang berpuasa dari dosa-dosa masa lalu.
“Barangsiapa berpuasa di bulan dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu,” kembali mengutip hadits riwayat Bukhari dan Muslim.
Syukuri Kesuksesan Ibadah Ramadhan
Dia menjelaskan, Allah memerintahkan agar kita bersyukur karena telah melaksanakan ibadah selama bulan ramadhan.
“Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur,” jelasnya mengutip surat al-Baqarah ayat 185.
“Demikianlah perintah Allah kepada orang-orang beriman yang telah melalui ramadhan dengan ibadah dan amal shaleh. Bersyukur dengan memanfaatkan seluruh nikmat yang diberikan untuk beribadah kepada-Nya. Suka cita dan syukur kita setelah dapat melaksanakan ibadah puasa dan qiyamullail ramadhan adalah dengan melanjutkan ketaatan kepada-Nya,” imbuhnya.
Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, hari raya Id tidak diperuntukkan bagi orang yang memakai pakaian baru. Hari raya Id diperuntukkan bagi orang yang semakin bertambah taat. Hari raya Id tidak diperuntukkan bagi orang yang bagus pakaian dan kendaraannya. Hari raya Id diperuntukkan bagi orang yang diampuni dosa-dosanya.
Akhir Ramadhan Bukan Akhir Amal Shaleh.
Dia memaparkan, Allah yang menciptakan bulan ramadhan dan Allah juga yang menciptakan bulan syawwal, dzulqa’dah dan semua bulan dalam satu tahun. Maka tidak pantas bagi manusia hanya beribadah di bulan saja, lalu meninggalkan ibadah atau bahkan kembali kepada kamaksiatan setelah bulan ramadhan.
“Pernah dikatakan kepada rasul, ada orang-orang yang sungguh-sungguh beribadah hanya di bulan ramadhan. Maka dijawab, mereka adalah kaum yang sangat buruk. Mereka tidak mengenal hak Allah kecuali hanya di bulan ramadan saja. Sesungguhnya hamba yang yang shalih adalah orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah sepanjang tahun penuh,” terangnya.
Allah memperingatkan dalam surat Asy-Syura ayat 47. Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya.
“Allah juga berfirman dalam surat Al Hijr ayat 99. Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kepastian (kematian). Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata, amal orang beriman itu tidak memilki batas akhir selain kematian,” paparnya.
Dia berpesan, di antara perbuatan yang paling dicintai oleh Allah adalah mudawamah atau konsisten dalam melakukan kebaikan.
“Wahai orang-orang yang selama bulan ramadhan telah membiasakan diri dengan dzikir siang dan malam, mengisi waktu dengan membaca al-Quran. Berusaha mendatangi masjid-masjid untuk beribadah, mendirikan shalat malam dan berlomba-lomba memperbanyak amal shaleh, tetaplah konsisten dalam melakukan kebaikan,” ajaknya.
“Nabi bersabda, amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara terus menerus (konsisten) meskipun sedikit,” imbuhnya mengutip hadits riwayat Bukhari dan Muslim.
Akhirat Tak Dapat Dibandingkan Dunia
Dia mengajak jamaah bersegera bertaubat dan memantapkan diri untuk tetap beramal shaleh. Orang-orang beriman tidak akan membiarkan waktu berlalu tanpa ibadah. Jiwa-jiwa mereka tidak akan tenang sebelum kaki mereka berjalan melangkah memasuki surga.
“Allah berfirman, berlombalah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga yang lebarnya (luasnya) selebar langit dan bumi, yang telah disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya. Itulah karunia Allah yang dianugerahkan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah adalah pemilik karunia yang agung,” terangnya termaktub dalam surat al-Hadid ayat 21.
Dia menegaskan, kenikmatan dunia ini terlalu kecil jika dibandingkan dengan nikmat akhirat. Demikian pula kesusahan dunia ini terlalu kecil jika dibandingkan dengan kesusahan akhirat.
“Marilah kita isi waktu kita dengan berbagai amal shaleh. Dengan meningkatkan ibadah kita kepada Allah dan ibadah muamalah kita dengan sesama manusia. Saling bersilaturrahim, memupuk rasa kasih sayang dan menghilangkan kesombongan dan kedengkian serta permusuhan,” tutur alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo ini. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.