Saatnya Perempuan Mengambil Peran Strategis dalam Keumatan, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Waviq Amiqoh
PWMU.CO – Banyaknya kasus yang menimpa perempuan, mengharapkan kader Nasyiatul Aisyiyah (NA) mengambil peran keumatan dengan mendampingi korban dan pemberdayaan perempuan.
Hal ini disampaikan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Dra Sri Rahayu dalam Seminar Perempuan dalam Membangun Peradaban Bangsa dan Indonesia yang diselenggarakan saat Musyawarah Wilayah (Musywil) XII Nasyiatul Aisyiyah (NA) Jawa Timur, Ahad (7/5/23).
Dia mengawali dengan menyampaikan, “Salah satu inspirator gerakan perempuan adalah RA Kartini,” ujarnya di Hall Sang Pencerah lantai 8 gedung I Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG).
Sri, sapaan akrabnya, menyatakan, potret kaum perempuan saat ini telah banyak yang berprofesi atau bekerja, berpendidikan tinggi, bahkan berperpolitik dan mampu berkontribusi dalam pengambilan keputusan secara kritis dan konstruktif.
Perempuan mampu menjadi aktor strategis di dalam pembangunan yang dapat mengubah kehidupan masyarakat Indonesia menjadi lebih baik dan sejahtera.
Beberapa permasalahan yang banyak dihadapi oleh perempuan. Pertama, adanya hambatan budaya dan konstruksi sosial yang besifat patriarki dan ketidakadilan gender yang berakibat mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), memiliki beban ganda sebagai pencari nafkah sekaligus pengatur rumah tangga, pendidik anak, dan lain lain serta stereotype.
Kedua, adanya marginalisasi perempuan di ranah ekonomi yang mengakibatkan adanya ketidak adilan terhadap perempuan misalnya marginalisasi sebagai PRT, TKW, buruh perempuan dan mengalami kekerasan phisik, kekerasan seksual, ekonomi, dan sosial.
Ketiga, kebijakan-kebijakan politik yang belum berpihak pada perempuan.
“Saat ini peran perempuan salah satunya sebagai peran domestik dengan menjadi ibu, anak dan istri, peran Keumatan dengan menjadi Nyai, ustadzah, guru atau dosen, dan perempuan dapat menjadi aktor strategis dalam pembangunan yang dapat mengubah kehidupan masyarakat Indonesia menjadi lebih baik,” ujarnya.
Peran Kebangsaan
Sri menjelaskan, salah satu peran kebangsaan bagi kaum perempuan yaitu perempuan harus bisa menjadi agen perubahan dan menghadirkan solusi bersama kaum lak-laki untuk semua persoalan bangsa.
“Perempuan adalah tiang negara sehingga baik dan rusaknya negara tergantung dari sikap perempuan, dan perempuan berkewajiban mendidik generasi penerus dan mampu mengambil bagian dalam pengingkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.”
Dia menyoroti banyaknya kasus-kasus yang menimpa perempuan dan mengharapkan kader NA mengambil peran.
Saat menutup materi, dia menyebutkan beberapa kader NA dalam posisi publik.
Pertama, Dr Ulfah Mawardi merupakan salah satu kader perempuan PDI Perjuangan yang sekaramg sebagai staf ahli menteri pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
Kedua, Diyah Puspitarini SPd MPd dan Rita Pranawati sebagai Komisioner Komisi Perlindungan Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Periode 2022-2027.
Ketiga, Fatmawati dan Soekarno merupakan kader idiologis Muhammadiyah, karena pernah menjadi pengurus di Bengkulu sehingga secara genetik PDI Perjuangan ada ikatan kuat dengan Muhammadiyah. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.