PWMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Saad Ibrahim mengatakan bahwa ideologi Muhammadiyah harus diaktualisasikan dalam aksi nyata. Saad menyampaikan itu ketika menjadi Keynote Speaker pada acara Latihan Instruktur Baitul Arqam Tingkat Wilayah Zona 2, yang diadakan Majelis Pendidikan Kader (MPK) PWM Jatim, di Rusunawa P2KK UMM, Malang (28/4).
Saad mengatakan, sejak awal Islam didesain ya’lu wa laa yu’la alaihi (Islam itu tinggi dan tak ada yang mengunggulinya). “Dan itu (baru) bersifat potensial. Zaman kejayaan Islam dimulai sejak abad 3 hingga abad 8. Pada masa itu Islam dioptimalkan dalam aktualisasi,” paparnya.
(Baca: Keinginan Saad Ibrahim Mendirikan Muhammadiyah di RRC dan Muhammadiyah yang Mengglobal, Tantangan Baru bagi Kader Persyarikatan)
Nah pada abad 8 itu, yang menjadi superpower adalah negara Islam. “Maka Muhammadiyah kini harus ambil bagian untuk mewujudkan proses aktualisasi itu Islam yang pernah berjaya itu,” kata Saad. Menurutnya, Muhammadiyah mempunyai potensi untuk menjadi bangunan ideologi dalam al harakah islamiyah. “Tentu dikembalikan pada Alquran dan Assunah dalam keberagaman kehidupan, yang kemudian menjadikan Muhammadiyah sebagai organisasi modern,” ungkap dia.
Saad mengatakan, bahwa saat ini telah terjadi percepatan pembangunan dengan dipermudah adanya kemajuan teknologi dan IT. “Karena itu Muhammadiyah tidak hanya berbasis lokal. Hal yang sama juga dilakukan oleh NU, yang mendirikan cabang di Australia dan Afghanistan,” kata saat yang rencananya pada 15 Mei mendatang akan menghadiri undangan NU Afganistan, mewakili Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Menurut Saad, Muhammadiyah adalah gerakan yang mempunyai kekayaan terbesar. “Untuk itu kalau ideologi bisa diekspor, maka kita lebih bisa dengan memperkaya kader,” tuturnya. Dosen UIN Maulana Malalik Ibrahim Malang ini prihatin karena setelah masa Khulafaurrasidin, lahirlah bani-bani. “Dan sejak itu tidak ada satu komando lagi. OKI pun tidak bisa besar.” (Uzlifah)
PWMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Saad Ibrahim mengatakan bahwa ideologi Muhammadiyah harus diaktualisasikan dalam aksi nyata. Saad menyampaikan itu ketika menjadi Keynote Speaker pada acara Latihan Instruktur Baitul Arqam Tingkat Wilayah Zona 2, yang diadakan Majelis Pendidikan Kader (MPK) PWM Jatim, di Rusunawa P2KK UMM, Malang (28/4).
Saad mengatakan, sejak awal Islam didesain ya’lu wa laa yu’la alaihi (Islam itu tinggi dan tak ada yang mengunggulinya). “Dan itu (baru) bersifat potensial. Zaman kejayaan Islam dimulai sejak abad 3 hingga abad 8. Pada masa itu Islam dioptimalkan dalam aktualisasi,” paparnya.
(Baca: Keinginan Saad Ibrahim Mendirikan Muhammadiyah di RRC dan Muhammadiyah yang Mengglobal, Tantangan Baru bagi Kader Persyarikatan)
Nah pada abad 8 itu, yang menjadi superpower adalah negara Islam. “Maka Muhammadiyah kini harus ambil bagian untuk mewujudkan proses aktualisasi itu Islam yang pernah berjaya itu,” kata Saad. Menurutnya, Muhammadiyah mempunyai potensi untuk menjadi bangunan ideologi dalam al harakah islamiyah. “Tentu dikembalikan pada Alquran dan Assunah dalam keberagaman kehidupan, yang kemudian menjadikan Muhammadiyah sebagai organisasi modern,” ungkap dia.
Saad mengatakan, bahwa saat ini telah terjadi percepatan pembangunan dengan dipermudah adanya kemajuan teknologi dan IT. “Karena itu Muhammadiyah tidak hanya berbasis lokal. Hal yang sama juga dilakukan oleh NU, yang mendirikan cabang di Australia dan Afghanistan,” kata saat yang rencananya pada 15 Mei mendatang akan menghadiri undangan NU Afganistan, mewakili Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Menurut Saad, Muhammadiyah adalah gerakan yang mempunyai kekayaan terbesar. “Untuk itu kalau ideologi bisa diekspor, maka kita lebih bisa dengan memperkaya kader,” tuturnya. Dosen UIN Maulana Malalik Ibrahim Malang ini prihatin karena setelah masa Khulafaurrasidin, lahirlah bani-bani. “Dan sejak itu tidak ada satu komando lagi. OKI pun tidak bisa besar.” (Uzlifah)