PWMU.CO – Silaturahmi ke Gubernur Jatim Khofifah Indar Prawansa, Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur menyampaikan sinergi programnya.
Silaturahmi ke gubernur dipimpin Ketua PWA Jatim Dra Rukmini MAP bersama tujuh Pimpinan Harian (PH) PWA Jatim. Silaturahmi Lebaran diterima di Grahadi Surabaya, Kamis (11/5/2023).
Tujuh PH yang ikut ialah Wakil Ketua Dra Faridah Muwafiq, Dra Siti Asmah MPd, Sekretaris Dr Nur Mukarromah SKM MKes, Wakil Sekretaris Asmawatie Rosyidah SH MPd, Bendahara Dra Noer Haidah, Ketua Majelis Tabligh dan Ketarjihan Dr Istikomah MAg, serta Ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana Sumiati SAg.
Gubernur Khofifah didampingi Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur (DP3AK) Jawa Timur Restu Novi Widiani. “Alhamdulillah Bu Gubernur juga didampingi organisasi perangkat daerah (OPD) yang memang berhubungan dengan program-program kerja Aisyiyah, seperti DP3AK,” ujar Nurma, sapaan akrab Sekretaris PWA Jatim Nur Mukarromah kepada PWMU.CO, Sabtu (13/5/2023).
Pada silaturahmi siang itu, mereka juga mengenalkan jajaran personalia baru PWA Jatim periode 2022-2027. Mengingat selama ini Gubernur Jatim sangat mendukung program-program PWA Jatim yang dikerjakan bersama. Rukmini mengucap terima kasih atas segala dukungan sebelumnya.
Izin Ikuti Program
Rukmini lantas memohon arahan dan dukungan program-program yang akan datang. Beberapa program prioritas yang menjadi fokus di PWA Jatim periode ini pun mereka paparkan. Baik program di bawah naungan Majelis Kesejahteraan Sosial, Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan, Majelis Tabligh dan Ketarjihan; serta Majelis Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah.
Kata Rukmini, Aisyiyah sudah lama menjalankan program-program strategis. Misal pencegahan pernikahan dini dan stunting. “Sejak 2005 sudah ada di beberapa daerah yang mengadakan bimbingan pranikah bagi pasangan karena Pimpinan Pusat Aisyiyah sudah MoU dengan Kementerian Agama,” ungkapnya.
Program ini bahkan sudah berjalan sejak Rukmini menjabat Ketua Majelis Tabligh di PWA Jatim dua periode 2005-2015. “Namun ini belum direspon sebagian besar masyarakat, maka perlu dukungan pemerintah,” ujarnya.
Dia mencontohkan, ketika Aisyiyah menyelenggarakan pelatihan dan bimbingan pranikah, setidaknya pemerintah daerah memberi izin kepada karyawan yang perlu mengikuti pelatihan itu. “Ini yang sering jadi kendala di masyarakat. Kalau tidak dikuatkan pemerintah, ada yang harusnya ikut jadi tidak ikut,” imbuhnya.
Kenalkan Program Strategis Aisyiyah
Rukmini juga mengungkap, Aisyiyah punya solusi untuk mencerdaskan perempuan. Dulu namanya Madrasah Perempuan. Ada kelas putri, ada kelas ibu. Sekarang namanya mereka ganti menjadi Tarbiyatul Mar’ah Aisyiyah (TMA), menyesuaikan imbauan PP. Materinya meliputi kesehatan reproduksi perempuan sampai upaya tidak melahirkan anak yang stunting.
Aisyiyah Jatim satu-satunya yang mengadakan Maghribi School—kursus bagi perempuan yang mempelajari kebutuhan perempuan, dilakukan dari Maghrib sampai Isya seperti di masa Nyai Walidah dulu. Pihaknya berharap, pemerintah ikut mengenalkan program Aisyiyah tersebut ke masyarakat luas.
Seperti yang pihaknya lakukan ketika di RS Aisyiyah di Malang. Mereka hanya meminta data pasien yang drop out minum obat. “Untuk kami datangi, kenapa nggak mau rutin minum obat? Akhirnya cari solusi,” contohnya.
Rukmini menegaskan kembali, harapannya pemerintah mendukung bukan sekadar memberi bantuan dana tapi juga ikut mengenalkan program dan layanan Aisyiyah. Sehingga masyarakat memahami program Aisyiyah yang mana pemerintah belum tentu menyediakan program-program itu.
“Kalau mempercayakan bantuan dana ya sudah. Sering saya bilang, kita jangan hanya bawa proposal minta bantuan dana. Tolong, program kami sudah ada tapi perlu penguatan supaya direspon masyarakat luas,” imbuh ibu dua anak ini.
PDA Ikuti Jejak Silaturahmi
Rukmini berharap, Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) mengikuti langkah silaturahmi dengan pemerintah. “Setelah pergantian pengurus baru, silaturahmi ke pemerintah setempat, kota/kabupaten, sampai ke tingkat cabang, ke camat dan lurah. Agar dibantu menyampaikan program-program Aisyiyah, (mengingat) Aisyiyah lahir lebih dulu daripada negara ini,” ungkapnya.
Program dan layanan Aisyiyah menyasar masyarakat luas, tidak untuk Aisyiyah saja. “Bukan hanya terbatas untuk perempuan dan muslimah, tapi semua perempuan di negeri ini,” tutur ibu kelahiran Sumenep, 18 Desember 1959 itu.
Walaupun memang ada prioritas ketika bicara kemiskinan dan kesehatan. “Karena kalau masyarakat sudah sehat dan tertata ekonominya, maka tentu negara juga ikut merasakan dampaknya. Konsep berkemajuan di situ!” tegasnya usai silaturahmi ke gubernur. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Sugeng Purwanto