Ada Pelatihan Mendongeng di Halalbihalal Keluarga Besar Ini, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Nurkhan
PWMU.CO – Keluarga Besar Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Taman Kanak-kanak Al-Quran (LPPTKA) dan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Gresik mengadakan Halalbihalal yang dikemas dalam pelatihan dongeng, Ahad (14/5/2023).
Pelatihan diberikan untuk kepala dan guru Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) yang bertempat di rumah Bapak Syaifullah Mahdi desa Kebon Agung Pangkah Wetan ini dihadiri Ketua MPD BKPRMI Kabupaten Gresik Zaenul Rofiq, Ketua DPD BKPRMI Kabupaten Gresik Nurkhanif.
Hadir juga Ketua LPPTKA-BKPRMI Kabupaten Gresik H Kayis dan seluruh pimpinan lainnya juga kepala TPA di bawah naungan LPPTKA-BKPRMI Kabupaten Se-kabupaten Gresik.
Selain itu, kegiatan ini juga dihadiri Kak Jihad beserta TIM dari Yatim Mandiri Gresik. Kak Jihad adalah Faunder Samudra Management Inspirasi dari Jakarta. Dia juga seorang pendongeng muda yang inspiratif.
Setelah membuka salam, Kak Jihad menyampaikan ice breaking dengan memberi penjelasan kepada peserta agar jari telunjuk tangan kanannya di letakkan di atas telapak tangan kiri peserta lain yang ada di sebelah kanan.
“Ayo sekarang jari telunjuk tangan kanan silahkan diletakkan di atas telapak tangan kiri temannya yang di sebelah kiri dan orang yang di sebelah kiri membuka telapak tangan kirinya,” katanya.
Kemudian Kak Jihad menguraikan tata caranya, “Setelah Kak Jihad bilang anggur, silahkan dengan cepat menangkap jari telunjuk tersebut, dan teman di sampingnya berusaha menghindar agar tidak tertangkap,” jelanya.
Setelah itu dia menyampaikan untaian kalimat demi kalimat secara apik, ketika sampai pada kata Anggur, masing-masing peserta berusaha menangkap dan menghindar agar bisa menangkap atau tidak tertangkap jarinya masing-masing.
Ger……. ger……ger….. Mereka melakukan kegiatan tersebut dengan riang gembira sambil tertawa, karena ada yang bisa menangkap jari telunjuk temannya dan ada yang bisa menghindar.
Kak Jihad meminta peserta melakukannya lagi secara bergantian. Awalnya menangkap jari telunjuk menjadi menghindar agar jari telunjuknya tidak tertangkap, hal di lakukan setelah Kak Jihad sampai pada kata Bakso. Dia pun menyampaikan untaian kalimat seperti yang dilakukan pertama tadi.
Dia melanjutkan, “Ibu-ibu,” panggil Kak Jihad. “Siap,” jawab peserta yang kebanyakan ustadzah.
Kak Jihad menyampaikan nasihat kepada peserta agar menjadi ustadz/ustadzah (guru) itu harus menyenangkan tidak boleh menjadi guru yang amat galak.
“Sebab guru yang amat galak bisa mengakibatkan anak-anak merasa takut, akhirnya belajar mereka tidak bisa fokus,” ungkapnya.
“Ibu-ibu, kita harus menjadi guru yang menyenangkan dan tidak boleh galak, agar santrinya bisa fokus belajar dan memperhatikan pembelajaran,” katanya.
Para peserta di sini tidak harus menjadi pendongeng paling tidak mengerti basicnya bercerita. “Ibu-ibu dan bapak-bapak tidak harus menjadi pendongeng, minimal bisa mengetahui basic-nya bercerita.”
Ketika bercerita hendaklah melihat kondisi audien, apalagi yang kita hadapi adalah anak-anak. Saat bercerita harus tegak dan kepala agak menunduk sebab tubuh mereka lebih kecil.
“Agar kita lebih dekat dan akrab kepada anak-anak sehingga mereka memperhatikan dengan sepenuhnya apa yang kita ceritakan,” katanya.
Tips Mendongeng
Kak Jihad menjelaskan mendongeng atau bercerita harus memperhatikan 4 hal, yaitu narasi, intonasi, imajinasi, dan kalau bisa memakai alat bantu.
“Narasi itu akan menjadi sempurna bila disatukan dengan intonasi suara,” jelasnya.
Saat mengeluarkan nada suara dalam cerita juga harus memperhatikan tokohnya. Sebab suara yang di keluarkan dengan tokoh yang berbadan kecil dan tokoh yang berbadan besar. Termasuk tokoh yang berperawakan kasar dan kalem.
Seorang ustadz dan ustadzah jika bercerita kepada santri minimal memakai 2 sampai 3 suara yang berbeda agar ceritanya lebih menarik. Sebagai contoh, pendongeng ketika mengeluarkan suara berperan sebagai tikus harus berbeda ketika mengeluarkan suara ketika berperan sebagai singa.
Alat bantu dalam cerita pun bisa di gunakan oleh pendongeng untuk menghipnotis anak-anak agar lebih fokus memperhatikan cerita gurunya. Alat bantu tersebut mempermudah pendongeng menyampaikan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
“Ustadz-ustadzah masa kini ketika waktunya Bernyanyi Cerita dan Menggambar (BCM) harus berbeda dengan ustadz-ustadzah yang terdahulu. Seperti pepatah mengatakan sedikit beda itu lebih baik karena dengan sedikit beda, cerita kita akan menarik bagi anak-anak.” (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Sugeng Purwanto.