Cikal Bakal Lembaga Dakwah Komunitas dari Muktamar ke Muktamar, Penulis: Ain Nurwindasari
PWMU.CO – Majelis Pembinaan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (MPK PCM) Rawamangun Pulogadung menyelenggarakan Seminar Dakwah Jamaah di SMP Muhammadiyah 31 Rawamangun, Kamis (18/5/2023).
Hadir sebagai narasumber utama Ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muchamad Arifin SAg MAg. Ia menyampaikan pentingnya Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ) yang merupakan salah satu konsep dakwah Muhammadiyah.
Arifin mengawali kajiannya dengan mengutip an-Nahl ayat 78.
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”
Menurutnya, dakwah merupakan bagian dari cara mensyukuri nikmat Allah berupa pendengaran, penglihatan, dan hati nurani.
“Namun demikian, dakwah tidak bisa dilakukan dengan asal-asalan, melainkan harus dengan cara yang bijaksana agar tepat sasaran,” ungkapnya. Ia lantas mengutip an-Nahl ayat 125.
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
‘Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.’
“Kenapa harus dakwah jamaah? Karena kita diperintahkan oleh Allah untuk berdakwah secara berjamaah, bukan sendiri-sendiri. Karena itu akan lebih efektif,” terangnya.
Ia lantas mengutip Ali Imran ayat 104.
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
‘Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.’
Ia juga mengutip al-Hujurat ayat 13.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
‘Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.’
Dakwah Jamaah
Arifin menjelaskan, Indonesia sebagai negara kepulauan yang kaya dengan keanekaragaman suku, ras dan budaya sangat butuh model dakwah jamaah yang dapat menyesuaikan sesuai karakter masing-masing.
Arifin lantas menjelaskan konsep Gerakan Jamaah Dakwah Jamaah (GJDJ) lahir pada Muktamar Ke-37 Muhammadiyah tahun 1968 di Yogyakarta. Konsep ini selanjutnya diputuskan dalam Muktamar Ke-39 Muhammadiyah tahun 1975.
“Jadi GJDJ itu intinya kita berdakwah bukan hanya pembinaan keagamaan, tapi juga sosial, ekonomi, budaya yang itu tidak hanya dimaksudkan untuk orang Muhammadiyah saja, untuk orang Islam saja, tapi juga untuk masyarakat seluruhnya,” imbuhnya.
Lebih lanjut Arifin menjelaskan keterkaitan GJDJ dengan Lembaga Dakwah Komunitas (LDK), “Dalam Muktamar Ke 48 di Surakarta dibentuklah lembaga yang secara khusus menangani dakwah komunitas, yaitu Lembada Dakwah Komunitas (LDK),” terangnya.
Namun demikian, menurut Arifin dalam perjalanannya GJDJ tidak berjalan maksimal akibat adanya transisi pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru. Sehingga kemudian, konsep ini direproduksi kembali menjadi Gerakan Pencerahan Berbasis Dakwah Komunitas yang diputuskan pada Muktamar Ke-47 tahun 2015.
Arifin lantas menjelaskan sasaran dakwah komunitas, yaitu komunitas dunia nyata dan komunitas dunia maya.
“Munculnya komunitas bagaikan jamur di musim hujan. Mereka terbagi menjadi tiga, yaitu komunitas bawah, komunitas menengah, dan komunitas atas. Ada komunitas punk, anak jalanan, moge, dan seterusnya tidak boleh dibiarkan dengan begitu saja. Maka sebagai penyeimbang harus ada dakwah komunitas yang hadir pada setiap komunitas tersebut” terangnya.
Adapun komunitas dunia maya dakwah yang dapat diberikan adalah dengan strategi digital.
“Perkembangan teknologi digital yang tidak berpijak pada etika membutuhkan kehadiran dai yang kreatif dalam melakukan dakwah di dunia digital,” ucapnya.
Demikian juga menurut Arifin, bahwa munculnya konten-konten negatif harus di lawan dengan konten positif amal makruf nahi mungkar.
“Manfaatkan aplikasi sebagai media dakwah,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni