Muhadjir Effendy: Dana Abadi Guru Bantu yang Honornya Belum Layak, liputan kontributor PWMU.CO Situbondo Sugiran.
PWMU.CO – Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim menyerahkan Dana Bakti Guru Muhammadiyah sebesar 1 miliar rupiah kepada Majelis Dikdasmen PWM Jatim, Ahad (21/5/2023).
Penyerahan secara simbolis dilakukan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Muhadjir Effendy MAP kepada Ketua Majelis Dikdasmen PWM Jatim Dr Khozin MSi.
Proses penyerahan Dana Bakti Guru Muhammadiyah dilaksanakan saat Halalbihalal PWM Jatim di Auditorium Ahmad Dahlan Lantai 6 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).
Tampak mendampingi proses penyerahan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti, Ketua PWM Jatim Dr dr Sukadiono, Wakil Ketua PWM Jatim Dr Hidayatullah, Sekretaris PWM Jatim Prof Biyanto, dan Ketua Lazismu Jatim Imam Hambali.
Muhadjir Effendy dalam amanatnya menyampaikan,
PP Muhammadiyah sekarang sedang menginisiasi untuk adanya dana abadi guru.
“Dana Abadi Guru ini dimaksudkan nanti manfaat dan keuntungannya, kalau dana itu diputar atau dikelola, nanti itu digunakan untuk membantu guru-guru sekolah Muhammadiyah yang pendapatan atau honornya dari tempatnya mengajar belum layak. Ini sedang kita upayakan,” ujarnya.
Oleh karena itu Muhadjir sangat mendukung inisiatif dari PWM Jatim. Memang salah satu pendukung ide dana abadi guru itu dari PWM Jatim. “Dan untuk di tingkat nasional, dana abadi guru sekarang terkumpul dana sekitar 10 miliar rupiah,” ungkapnya disambut tepuk tangan hadirin.
Target Setengah Triliun
Menurutnya kalau masing-masing PWM sudah punya inisiasi seperti ini dan sudah terkumpul, sehingga nanti kalau kita bisa mempunyai dana misalnya dalam satu periode ini bisa 0,5 triliun rupiah dan itu kita putar, maka paling tidak bisa untuk santunan guru-guru Muhammadiyah, yang saya kira selain Jatim masih sangat membutuhkan.
“Di Indonesia ini masih ada guru sekolah Muhammadiyah yang mendapatkan honor 200 ribu rupiah per bulan. Dan itu tidak mungkin dia bisa sejahtera, sementara kita ingin sekolahnya maju,” ujarnya.
“Jadi sangat lucu kalau kita ingin sekolah maju, tetapi gurunya maunya ikhlas. Kalau diberi gaji tinggi maka diberi fatwa KH Ahmad Dahlan jangan cari kehidupan di Muhammadiyah. Ini sangat tidak fair,” tambahnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.