Anggota DPR Ajak Wisudawan SMA Muhiba Belajar dari Bangsa Jepang; Liputan Hilman Sueb
PWMU.CO – Prof Dr Zainuddin Maliki MSi menghadiri Wisuda Purnasiswa Ke-49 SMA Muhammadiyah 1 Babat (Muhiba), Lamongan, Jawa Timur, Kamis (18/5/2023).
Dia mengatakan, 118 wisudawan sudah mendapatkan modal gemblengan pengetahuan umum dan al-Islam dari sivitas akademika dan pelayanan dari para karyawan. ”Kini kalian dikembalikan kepada orang tua,” ujar mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.
Zainuddin mengingatkan, untuk mencapai sukses harus kerja keras dan kerja cerdas. Karena itulah perlu membiasakan giat bekerja dan berpikir. “Kalian harus menjadi orang yang sukses, bukan sekadar pinter. Sebab banyak orang pinter, tetapi tidak sukses,” tuturnya.
Pada bagian lain dia mengatakan, para guru harus benar-benar menjadi pendidik autentik bukan seolah-seolah mendidik. Sebab jika hanya seolah-olah mendidik, maka akan menjadi pendidik palsu.
“Kalau gurunya palsu tidak autentik, maka pengetahuan siswanya juga palsu. Akhirnya ijazahnya juga palsu,” seloroh, Anggota Komis X DPR ini.
Belajar dari Jepang
Zainuddin juga mengingatkan, saat Kota Hirosima (6 Agustus 1945) dan Nagasaki (9 Agustus 1945)hancur, Jepang menangis. Pada bulan yang sama 17 Agustus 1945 Indonesia tersenyum, karena bebas dari penjajahan.
“Tapi mengapa Jepang lebih sukses, sedangkan kita masih di halaman belakang,” tanya Zainuddin. “Secara retoris, karena mereka bangkit, kerja keras, dan berpikir cerdas.”
Dia menjelaskan Jepang sangat memperhatikan pendidikan. Pendidikan yang benar-benar mendidik, bukan sekadar mendidik, atau pendidikan seolah-olah.
Yang pertama dibangun akhlaknya, yakni manusia yang memiliki integritas. Dia mengingatkan pada para wisudawan, modal yang paling bagus adalah takwa. Sedangkan modal sosialnya adalah trust (dapat dipercaya orang lain).
“Juga harus diketahui modal orang Jepang untuk sukses adalah kerja keras dan budaya malu,” kata dia.
“Mereka pandai mengatur waktu. Juga memiliki budaya malu. Mereka malu melanggar peraturan disepakati bersama. Dan mereka selalu tepat waktu bila menghadiri undangan,” tambahnya.
”Bila antre seperti semut satu per satu. Bukan seperti lebah. Tapi bila mencari nafkah seperti lebah: dari hal yang baik-baik, hasilnya bermanfaat bagi orang lain. Mental integritas dan mental kerja keras, inovatif ,dan mandiri, termasuk modal sukses juga,” jelasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni