Tiga Golongan yang Celaka oleh Ridwan Manan, Pengajar Pondok Pesantren Al-Fattah Sidoarjo.
PWMU.CO– Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah bercerita tiga golongan yang celaka
أنَّ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم رقِي المنبرَ ، فلمَّا رقِي الدَّرجةَ الأولَى ، قال : آمين ، ثمَّ رقِي الثَّانيةَ ، فقال : آمين ، ثمَّ رقِي الثَّالثةَ فقال : آمين ، فقالوا : يا رسولَ اللهِ ! سمِعناك تقولُ آمين ثلاثَ مرَّاتٍ ، قال : لمَّا رقِيتُ الدَّرجةَ الأولَى جاءني جبريلُ فقال : شَقِي عبدٌ أدرك رمضانَ فانسلخ منه ولم يُغفرْ له فقلتُ : آمين ، ثمَّ قال : شَقِي عبدٌ أدرك والدَيْه أو أحدَهما فلم يُدخِلاه الجنَّةَ فقلتُ آمين ، ثمَّ قال : شَقِي عبدٌ ذُكِرتَ عنده فلم يُصلِّ عليك فقلتُ : آمين
Nabi saw naik ke mimbar. Ketika naik ke anak tangga pertama, kedua, dan ketiga mengucapkan, ”Aamiin.” Lalu para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, kami semua mendengar engkau berkata, Aamiin, aamiin, aamiin.
Beliau menjawab,”Ketika aku menaiki tangga pertama, Jibril datang kepadaku dan berkata: Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadan namun dosanya tidak diampuni. Maka aku pun berkata: Aamiin.
Kemudian dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika mendapati kedua atau salah satu orang tuanya masih hidup, namun keberadaan orangtuanya tidak membuatnya masuk ke dalam surga. Aku pun berkata: Aamiin.
Kemudian dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika namamu disebutkan di hadapannya tapi dia tidak bershalawat untukmu. Maka aku pun berkata: Aamiin.
(HR Ibnu Khuzaimah dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam shahih al-Tirmidzi)
Kandungan Hadits
Hadits ini menjelaskan tiga golongan yang celaka. Pertama, orang menjumpai Ramadhan tetapi tidak mendapatkan ampunan Allah.
Dalam beberapa hadits, Rasulullah saw menjelaskan keistimewaan bulan Ramadhan yang tidak dimiliki bulan-bulan selainnya. Salah satunya hadits dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda:
”Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu bentuk kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah Azza wa Jalla berfirman: ”Kecuali puasa, karena puasa itu adalah bagiKu dan Akulah yang akan memberinya pahala. Sebab ia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karenaKu.” Orang berpuasa mendapatkan dua kebahagiaan, (yaitu) kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wanginya kasturi.” (HR Muslim).
Ramadhan membuka pintu ampunan dosa seluas-luasnya. Ibadah puasa dan ibadah di malam hari yang dilakukan dengan penuh keimanan menjadi faktor utama pengampunan dosa.
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni. (HR Bukhari dan Muslim)
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat malam) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Hudzaifah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ
Keluarga, harta, dan anak dapat menjerumuskan seseorang dalam maksiat (fitnah). Namun fitnah itu akan terhapus dengan shalat, shaum, shadaqah, amar ma’ruf (mengajak pada kebaikan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran). (HR Bukhari dan Muslim)
Kedua, celaka orang yang menjumpai kedua orang tua atau salah satu di antara kedua orang tuanya, tetapi tidak menyebabkan dia masuk ke surga.
Birrul walidain menjadi kata kunci penyebab masuknya seseorang ke dalam surga. Berbuat ihsan kepada orang tua tidak mengenal batas waktu, sepanjang kehidupan kita wajib berbuat baik pada orang tua bahkan ketika orang tua sudah meninggal dunia diperintahkan mendoakan dan menyambung silaturrahmi dengan sahabat orang tua.
Dalam al-Quran dengan gamblang dua perintah dirangkaikan Allah, perintah menyembah hanya pada Allah dan berbuat baik kepada kedua orangtua
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ
Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapakmu (Al-Isra’: 23)
Ayat yang lain perintah birrul walidain tercantum di al-Baqarah: 83, an-Nisa: 36, al-An’am: 151, Maryam: 13 dan 32, al-Ankabut: 8, Luqman: 14-15, al-Ahqaf: 15.
Perintah Rasulullah ketika ditanya oleh sahabat Abdullah bin Mas’ud
أيُّ العَمَلِ أحَبُّ إلى اللَّهِ؟ قالَ: الصَّلاةُ علَى وقْتِها، قالَ: ثُمَّ أيٌّ؟ قالَ: ثُمَّ برُّ الوالِدَيْنِ قالَ: ثُمَّ أيٌّ؟ قالَ: الجِهادُ في سَبيلِ اللَّهِ قالَ: حدَّثَني بهِنَّ، ولَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزادَنِي
Amal apa yang paling dicintai Allah Azza wa Jalla? Nabi bersabda: Shalat pada waktunya. Ibnu Mas’ud bertanya lagi: Lalu apa lagi? Nabi menjawab: birrul walidain. Ibnu Mas’ud bertanya lagi: Lalu apa lagi? Nabi menjawab: Jihad fi sabilillah. Demikian yang beliau katakan, andai aku bertanya lagi, tampaknya akan menambahkan lagi. (HR Bukhari dan Muslim)
Birrul walidain bukan sekadar anjuran, tetapi perintah dari Allah dan Rasul-Nya. Dalam kaidah ushul fiqh hukum asal dari perintah adalah wajib.
Ketiga, celaka bagi orang yang ketika nama Rasulullah disebut di hadapannya dia tidak bershalawat untuk Rasulullah.
Allah memerintahkan kepada malaikat bershalawat
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya. (Al-Ahzab: 56)
Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini, Allah memberitahukan kepada hamba-hambaNya tentang kedudukan Nabi Muhammad saw di kalangan para malaikat. Dia memujinya dan para malaikatpun bershalawat untuk Nabi saw.
Bershalawat adalah ungkapan cinta pada Rasulullah, pengakuan terhadap perjuangan, dan harapan syafaatnya di hari akhir.
Rasulullah mengecam orang yang enggan bershalawat sebagai orang yang pelit
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata, Rasulullah bersabda,”Orang yang sangat pelit adalah orang yang ketika namaku disebut di sampingnya, ia tidak mau membaca shalawat kepadaku.” (HR Tirmidzi)
Rasulullah juga menunjukkan fadilah bershalawat
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ، وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat (mencurahkan rahmat) kepadanya sepuluh kali, menghapuskan darinya sepuluh kesalahan, dan diangkat baginya sepuluh derajat. (HR An-Nasa’i)
Editor Sugeng Purwanto