Tiga Manifestasi Manusia yang Punya Potensi Ketuhanan; Liputan Mohammad Nurfatoni
PWMU.CO -Bacaan basmalah yakni bismillahirrahmanirrahim mempunyai makna yang mendalam. Seperti yang disampaikan oleh Drs Muhammad Choiruz Zimam MSi—Anggota Majelis Dikdasmen dan Pendidikan Non Formal (PNF) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik.
Zimam menyampaikan hal itu di Kajian Iftitah dalam Rapat Kerja Bersama Majelis Dikdasmen PNF dengan Lembaga Pengembangan Pesantren PDM Gresik, di Ruang Sinergi SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik, Sabtu (27/5/2023).
Menurut dia, terjemahan bismillahirrahmanirrahim yang tepat adalah atas nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dia menekankan kata ‘bi’ dengan arti ‘atas’, bukan ‘dengan’.
Pemaknaan seperti itu, pernah dia dengarkan dari Ustadz Abdurrahim Nur—Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur tahun 1987-2000—saat mengisi pengajian di Masjid Taqwa Kompleks Perguruan Muhammadiyah Jalan KH Kholil No 90 Gresik, di tahun 1990-an.
Terjemahan ‘bi’ dengan ‘atas’ ini sejalan dengan Surat al-A’raf 172. Setelah ditiupkan roh Allah, manusia mengucapkan janji akan menyembah Allah dalam hidupnya. “Alastu birabbikum, qālụ balā syahidnā (‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi’).”
Zimam mengatakan, ayat ini menjelaskan bahwa di dalam diri manusia ada potensi ilahiah atau ketuhanan. “Pada diri manusia ada roh Allah dan manusia berjanji akan menyembah Allah dalam hidupnya. Maka jika tidak menyembah Allah itu sebagai kebohongan yang besar,” katanya.
“Lalu apa manifestasinya,” tanyanya retoris.
Tiga Manifestasi
Zimam menjelaskan ada tiga manifestasi atau perwujudan adanya potensi ketuhanan dalam diri manusia. Pertama, ta’alluq yakni meningkatkan kesadaran hati dan pikiran hanya kepada Allah.
Dalam berbagai ibadah, seperti shalat dan haji, ta’alluq dicapai dengan mengosongkan hati dan pikiran (Jawa: suwung) seraya menyadari hanya ada Allah Yang Maha Besar.
Kedua, takhalluq, meneladani akhlak Allah. Yakni menginternalisasi sifat-sifat Allah ke dalam diri manusia lalu mengeksternalisasi dalam wujud kehidupan.
Zimam memberi beberapa contoh sifat atau asma (nama) Allah yang perlu diteladani manusia dalam kehidupannya. Pertama, Allah Yang Maha Pengasih (Al-Rahman). Kasih sayang Allah lebih besar dari murka-Nya.
Menurut Zimam, sebagai wujud takhalluq, maka manusia harus lebih mengedepankan kasih sayang karena itulah sifat Allah yang harus diteladani.
Demikian juga, manusia dalam meneladani Allah Yang Maha Penyayang (Ar-Rahim), Maha Penyabar (As-Shabur), dan Maha Lembut (Al-Lathif).
Ketiga, tahaqquq, menjadi mitra Allah di bumi. Menurut Zimam hal ini sesuai dengan makna khalifatullah fil ard, wakil Allah di bumi. Bahwa manusia di bumi ini bertugas melanjutkan atau memakmurkan apa-apa yang telah diciptakan oleh Allah.
Zimam menjelaskan makna tahaqquq dengan mengutip syair Muhammad Iqbal dari Pakistan. “Engkau yang menciptakan gurun dan aku yang menanam anggur.” (*)