PWMU.CO– Orasi kebudayaan diadakan Lembaga Seni Budaya (LSB) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Batu Jawa Timur, Sabtu (3/5/2023) malam.
Acara digelar di pelataran SMP Muhammadiyah 08 Kota Batu dihadiri warga Muhammadiyah, budayawan, seniman, PDM, IMM, dan Ortom Batu lainnya.
Orasi kebudayaan bertajuk Apresiasi Ragam Cahaya Islami dipaparkan oleh Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya PP Muhammadiyah Kusen SAg MA PhD, yang populer dengan julukan Kiai Cepu. Dia dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kiai Cepu menyampaikan, banyak yang salah mengartikan kesenian itu hanya tari-tarian, nyanyian sehingga bermakna sempit. Sesungguhnya kesenian adalah bagian kecil dari budaya.
”Ketika Prof Muhadjir Effendi bershalawat, banyak yang bertanya-tanya, sejak kapan Muhammadiyah ada tradisi bershalawat?” kata Kiai Cepu yang kelahiran Blora ini.
Menurut dia, shalawat dan shalawatan itu beda. Bershalawat itu wajib. Seperti dalam shalat ada bacaan shalawat yang wajib.
”Kalau ditiadakan maka shalatnya batal. Tetapi kalau shalawatan itu ada tambahan berarti budaya,” ujar kiai berambut gondrong tersebut.
Dia menjelaskan ibadah mahdhah aturannya sudah jelas yang hubungannya langsung dengan penyembahan langsung kepada Allah harus dikerjakan sesuai tuntutan Nabi saw.
”Sedangkan ibadah umum yang berkaitan dengan muamalah, sosial, boleh ditambahi, dikurangi, boleh diadakan, boleh tidak diadakan. Maka shalawatan itu boleh, yes!” serunya. Di acara itu Kiai Cepu juga tampil membacakan puisi berisi pesan moral.
Ketua Lembaga Seni Budaya (LSB) PDM Kota Batu Akbar Mahadi mengatakan, tema acara ini berkaitan dengan nilai budaya yang harus dirawat bisa menjadi sarana dakwah Muhammadiyah.
”Tema mengangkat nilai budaya, di mana kita sendiri hidup di tengah kebudaayan yang harus dirawat dan dijaga. Semoga bisa terus berkelanjutan dan bisa menjadi wadah untuk sarana berdakwah bagi warga Muhammadiyah Kota Batu,” ujarnya.
Sementara itu Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Batu Tsalis Rifai ST mengatakan, tujuan digelarnya pentas seni dan ngaji fiqih ini ingin menyampaikan pesan terhadap warga Muhammadiyah bahwa seni dan kebudayaan adalah bagian dari cara berdakwah dalam Muhammadiyah.
”Orasi kebudayaan diadakan agar dakwah Muhammadiyah tidak terkesan kaku, keras bahkan radikal,” ujarnya.
Tsalis menambahkan Muhammadiyah bersifat terbuka dan inklusif serta bisa merangkul semua elemen. ”Muhammadiyah bisa berdakwah dengan kelembutan, merangkul semua elemen dengan sentuhan seni dan tidak bertentangan dengan budaya,” tambahnya.
Penulis Wendy Kiswha Editor Sugeng Purwanto