Setiap Orang Beriman Itu ‘Rasul’, Liputan kontributor PWMU.CO Naimul Hajar
PWMU.CO – Dr Syamsudin MAg, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim menerangkan sifat manusia rabbani saat mengisi kultum Subuh di acara Capacity Building di Hotel Arayanna Trawas, Mojokerto, Sabtu (17/6/2023) .
Awalnya dosen UINSA Surabaya itu menjelaskan kondisi Islam di masa kenabian. “Pada masa kenabian Islam masih berada di Jazirah Arab, belum terlalu banyak problem dakwah karena berada satu kesatuan,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa Jazirah Arab itu tidak terpisahkan sungai, laut, Bahasa, adat, flora, dan fauna. Sepeninggal masa kenabian Islam semakin luas, tentu persoalan lebih banyak mestinya nabi harus lebih banyak.
Tapi sudah ditetapkan bahwa Muhammad SAW adalah nabi dan rasul akhir zaman, tidak ada lagi nabi setelahnya. Hal ini menjadikan setiap orang beriman sebagai ‘rasul’ (dalam tanda petik).
“Setiap orang harus memiliki kemampuan untuk menempatkan diri sebagai dai Allah SWT,” tutur Syamsuddin. Maksudnya adalah setiap orang harus memilik kemampuan untuk mengajak kepada kebaikan dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Itulah tugas nabi dan rasul.
Sifat rasul pasti menyuruh orang menjadi manusia Rabbani. Makna Rabbani adalah orang yang memiliki sifat sesuai dengan apa yang Allah SWT harapkan yaitu mematuhi aturan dan meninggalkan larangan.
Alim Halim Hakim
Sosok manusia rabbani itu ada tiga sifat yaitu alim, halim, hakim. Alim adalah manusia yang memiliki wawasan luas dan memiliki kemampuan menciptakan kemaslahatan. Seseorang yang berilmu untuk kemaslahatan adalah seseorang berpengetahuan luas dan kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut untuk kepentingan umum dan kemaslahatan orang banyak. Orang semacam ini memiliki pemahaman yang mendalam tentang berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, agama, atau bahkan kombinasi dari beberapa bidang tersebut.
Mereka mungkin memiliki keahlian dalam merancang solusi untuk masalah-masalah yang kompleks, memecahkan konflik, atau meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Mereka juga dapat berperan sebagai pendidik atau pemimpin, berbagi pengetahuan dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan yang bermanfaat secara kolektif.
Sedangkan halim adalah manusia yang berakhlakul karimah. Ciri manusia halim salah satunya semakin luas dan dalam ilmunya ia tidak sombong. Justru semakin luas ilmu akan semakin tawaduk menjunjung tinggi akhlak.
Halim secara umum berarti kesabaran, ketenangan, dan kemurahan hati. Dalam konteks kesantunan, halim merujuk pada kemampuan seseorang untuk menjaga ketenangan batinnya dan menunjukkan kesabaran serta pengampunan dalam menghadapi situasi yang sulit atau orang-orang yang kurang baik perlakuan terhadapnya
Sifat ketiga yaitu hakim yang berarti memiliki kebijaksanaan. Seseorang yang memiliki sifat ini harus tau strategi apa untuk mengajak kepada kebaikan. Hakim adalah sifat atau karakteristik seseorang yang menunjukkan kecerdasan, kebijaksanaan, dan pemahaman yang mendalam dalam berbagai situasi. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni