PWMU.CO – Penggembira Musycab PCM Tandes Surabaya ini paling ekstrem. Lainnya naik mobil menuju Trawas, Mojokerto, Samsul Hadi memilih naik sepeda. Umurnya sudah 59 tahun.
”Saya gowes start dari rumah di Manukan Kasman ke Trawas berangkat Sabtu (1/7/2023) pukul 06.00 sampai sini jam 12.30 menempuh jarak 58 Km,” cerita Samsul dengan semangat ditemui usai penutupa Musycab, Ahad (2/7/2023).
Musycab ke-11 Muhammadiyah Tandes berlangsung di Hotel Arayanna Hotel Trawas pada Sabtu-Ahad (1-2/7/2023).
Bagi Samsul, partisipasinya menjadi penggembira di event Muhammadiyah naik sepeda sudah dilakukan sebanyak lima kali. Dari Muktamar di Solo, Musywil di Ponorogo, Musyda di UM Surabaya, Gebyar Musycab di Tuban hingga Musycab PCM Tandes di Trawas.
”Bersepeda dari Surabaya hingga Solo untuk Muktamar selama 11 hari, karena mampir ke Yogya. Bersepeda ke Ponorogo untuk Musywil selama 4 hari. Kalau di Musyda di UM Surabaya perjalanan ditempuh 1 jam. Ke Palang, Tuban, untuk Gebyar Musycab lama perjalanan 10 jam,” kata Samsul.
”Ada info Musycab Tandes di Trawas, begitu diberitahu lokasinya dan boleh ikut, saya langsung meluncur berangkat pukul 06.00. Sempat nuntun di tanjakan Royal Hotel Trawas,” tutur Samsul.
Dia mengatakan, ikut grup WA Gowes Muhammadiyah Indonesia, sehingga kalau ada acara gowes dan kegiatan besar Muhammadiyah dia langsung tahu dan siap meluncur.
Samsul Hadi mengatakan, menggeluti hobi bersepeda sejak era 90-an, terlebih setelah bisa beli sepeda MTB onroad pada tahun 1994. ”Awalnya bersepeda dekat-dekat aja, lama kelamaan mampu bersepeda antar kota menempuh jarak puluhan kilometer,” jelas Samsul.
Hobi gowes jarak jauh tidak banyak orang yang mampu dan mau. Namun demi kecintaan dan konsistensinya membuat Samsul Hadi harus bersepeda sendirian alias solo.
”Dari kelima event Muhammadiyah, saya ada barengan saat menuju Muktamar di Solo, ditemani tujuh pesepeda dari Pangkaraya Kalimantan. Kedua, saat Musyda di UM Surabaya ditemani satu orang. Selebihnya saya tempuh sendiri, bersepeda solo,” terang kakek yang kini menjabat wakil ketua Komunitas Sepeda Tua Indonesia (Kosti) Kota Surabaya.
Bendera Merah-Putih dan Muhammadiyah
Ada bendera kecil merah-putih dan Muhammadiyah ditaruh belakang sepeda MTB onroad ternyata membawa berkah dalam perjalanan. Samsul Hadi kerap mendapat prioritas khusus dari semua pengguna jalan.
”Dulu sebelum pasang bendara saya pernah diprepet motor. Setelah pasang bendera, saya selalu diberi jalan sama oleh pengendara motor dan mobil. Bahkan saya kerap mendapat ucapan merdeka dan hidup Muhammadiyah,” paparnya.
Di antara perjalanan bersepeda sebagai penggembira event Muhammadiyah yang paling berkesan bagi Samsul ketika dalam perjalanan menuju Muktamar di Solo dia disambut ratusan siswa sekolah Muhammadiyah dari TK hingga SMA berjajar di sepanjang jalan.
”Saat di Nganjuk saya dan rombongan disambut ratusan siswa TK, SD, SMP, SMA yang berjajar di kanan-kiri jalan. Kami sangat terharu. Saya sampai meneteskan air mata,” ungkap Samsul Hadi.
Pengalaman teristimewa saat mampir di satu sekolah Muhammadiyah kecil di Kertosono yang memiliki siswa hanya 12 anak. Samsul Hadi mendapat info, kini murid sekolah itu bertambah jadi 30 siswa.
”Saat perjalanan menuju muktamar saya mampir ke sekolah itu. Alhamdulillah, sedikit perhatian kami bisa membawa pengaruh besar bagi sekolah mereka,” katanya.
Penulis M. Syaifudin Zuhri Editor Sugeng Purwanto