KH M Isa Anshary dan Pesan Penting bagi Mujahid Dakwah; Oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku Ulama Kritis Berjejak Manis dan sembilan judul lainnya
PWMU.CO – “Dunia dan manusia jangan dibiarkan hanya mendengarkan kebohongan dan kepalsuan,” kata KH M Isa Anshary. “Juru dakwah,” masih kata dia, “Adalah lisan ketuhanan yang berbicara kepada manusia dengan istilah-istilah manusia itu sendiri”.
Berbicara? Iya, itu penting, terutama di dunia dakwah! Adapun berbicara bisa dengan menggunakan media lisan dan/atau tulisan. Terkait ini, bagi semua juru dakwah, sebaiknya “Lisan dan tulisan berjalan seiring,” pesan Isa Anshary. Pidato dan pena harus bergerak serempak, simpul dia dalam buku karyanya yang berjudul Mujahid Dakwah.
Sungguh lengkap dan sangat bermanfaat jika juru dakwah memiliki dua kecakapan sekaligus, yaitu fasih bicara dan terampil menulis. Sayang, tak banyak pendakwah yang seperti ini. Di antara yang sedikit itu, nama Isa Anshary masuk di dalamnya.
Di masanya, Isa Anshary berjuluk Singa Podium. Hal itu, karena dia punya keahlian berpidato. Dulu, orasi dia, mampu mengobarkan semangat setiap orang yang mendengarnya. Pidato dia bisa mempengaruhi massa.
Kapan pun dia berpidato, hampir dapat dipastikan bahwa acara itu dipenuhi masyarakat yang ingin mendengarkannya. Massa yang hadir pun bukan hanya dari kalangan yang sepaham dengan garis politiknya (yaitu Partai Masyumi), tapi juga dari masyarakat umum.
Isa Anshary dikarunia talenta yang lengkap. Kecuali cakap berpidato, dia juga terampil menulis. Kemampuan dia menulis setara dengan kecakapannya berpidato.
Terkait tulis-menulis, Isa Anshary pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Aliran Muda dan Laskar Islam. Dia juga pernah menjadi pembantu tetap Pelita Andalas Medan dan beberapa penerbitan di Bandung.
Baca sambungan di halaman 2: Buku Karya Isa Anshary
Discussion about this post