Guest Lecture Umla bersama Universitas Al Aqsa Palestina. Liputan Alfain Jalaluddin Ramadlan Kontributor PWMU.CO Lamongan.
PWMU.CO – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) bekerja sama dengan Kantor Usaha Internasional (KUI) Umla, mengadakan Guest Lecture dengan tema “Faculty of Economic and Business” pada, Selasa (27/6/2023).
Acara ini dilaksanakan di Auditorium Budi Utomo Umla dan melalui Zoom meeting untuk peserta dari mahasiswa Universitas Al Aqsa Palestina.
Kegiatan yang dihadiri seluruh Dosen FEB Umla ini turut menghadirkan dua pembicara. Pembicara pertama dari Al Aqsa University Palestina, Dr Monther Yehya El Daia, yang membahas tentang Finance in Conflict/War Situations.
Pembicara kedua, dari Dosen Umla, Faricha Maf’ula MIFP, yang membahas tentang Sustainable Finance Through Islamic Finance.
Dalam penyampaian materinya, Faricha Maf’ula menjelaskan konsep keuangan keberlanjutan yang menggabungkan tiga pilar atau 3P’s yaitu, People, Planet, Profit.
“Nilai 3P’s ini sejalan dengan maqashid syariah. Maqashid Syariah merupakan tujuan dari hukum Islam yakni dalah (kemenangan di dunia dan akhirat),” jelasnya.
Maqasid Syariah ini, kata Dosen Program Studi Ekonomi Syariah Umla tersebut, merangkum lima hal penting, yaitu memelihara agama (hifzhu al-din), memelihara jiwa (hifzhu al-nafs), memelihara akal (hifzhu al-aql), memelihara keturunan (hifzhu al-nasl), dan memelihara harta (hifzhu al-mal).
Mendukung Sustainable Finance
Kemudian, dia memberikan tiga hal yang telah dilakukan oleh industri keuangan syariah dalam rangka mendukung sustainable finance melalui beragam instrumen keuangan syariah.
Pertama, kata bu Faricha -sapaan akrabnya- ESG (Environment, social, and good governance) Sukuk.
“Indonesia merupakan negara pertama yang mengeluarkan green sukuk, dari tahun 2017 sampai setengah tahun pertama 2022 merupakan negara penerbit green and sustainability terbesar di dunia atau nilainya mencapai USD 5,8miliar,” tuturnya di hadapan ratusan mahasiswa FEB Umla.
Beberapa aset pemerintah Indonesia yang didanai dari ESG sukuk adalah proyek rel kereta api double track di lintas utara Jawa atau solar power plant di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kedua, Produk pendanaan dan Pembiayaan bank syariah. “Di antaranya instrumen Qard Hasan, yakni pinjaman murah hati dari bank syariah tanpa adanya tambahan dana atas pokok.
“Selain itu, studi kasus di Indonesia mengenai BTPN (Bank Tabungan Pensiunan Nasional) Syariah yang telah menyalurkan 99,3% pembiayaannya dalam bentuk sustainable financing (berdasarkan laporan keberlanjutan tahun 2022),” jelas Faricha.
Menurutnya, BTPN syariah memiliki segmen yang unik yakni menyediakan jasa untuk pemberdayaan masyarakat dan mengembangkan keuangan inklusif.
Selain itu, Commerce International Merchant Bankers (CIMB) Niaga Syariah juga menyediakan tabungan iB Mapan berhadiah Wakaf. “Program ini adalah produk simpanan sekaligus dan kontributor waqf pada mitra nazhir CIMB Niaga,” jelasnya.
Ketiga, Instrumen filantropi keuangan sosial syariah. Contohnya zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF). “Beberapa penelitian menyebutkan bahwa instrumen ZISWAF berperan dalam pembangunan masyarakat,” pungkasnya. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni