PWMU.CO – Bakso break menjadi istilah baru saat waktu jeda istirahat Musycab ke-3 Muhammadiyah Lakarsantri setelah sidang pleno kedua ditutup pukul 10.00, Ahad (9/7/2023).
Musycab berlangsung di Aula MI Muhammadiyah 28 Jl. Raya Bangkingan Surabaya dihadiri jajaran PCM dan PCA Lakarsantri, PRM Lidah Kulon, Lidah Wetan, Lakarsantri, Jeruk, Sumurwelut, Takmir Masjid al-Qohhar, Mushala Bahrul Ulum, kepala dan guru MI Muhammadiyah 28, kepala dan guru TK Aisyiyah 59.
Dalam jadwal acara waktu jeda itu tertulis Coffee Break. Musyawirin pun menuju tempat dispenser untuk menyeduh kopi atau teh. Tak lama kemudian disajikan seratus mangkok bakso. Peserta Musycab pun berteriak,”Mantap…”
Segera saja mereka menikmati bakso panas ditemani kopi. Satu mangkok berisi lima pentol bakso sebesar bola pingpong. Pentol bakso terasa benar dagingnya. Kuahnya lezat dan segar.
”Ini bukan coffee break tapi bakso break namanya,” kata Syaiful Anang, Sekretaris PRM Lakarsantri sambil tertawa yang dibenarkan teman-temannya.
Rupanya kelezatan bakso itu membuat beberapa musyawirin ketagihan mau tambah lagi. Mereka pun turun menuju kantin disambut oleh Rusmindarti, Sekretaris PCA Lakarsantri yang bertanggungjawab bagian konsumsi.
”Nambah bakso, Pak?” tanya Rusmindarti seperti tahu maksud hati musyawirin turun ke kantin. Pemilik Farid Catering inipun langsung menyodorkan semangkok bakso dan menuangkan kuahnya. Bakso kedua dinikmati di kantin makin terasa mantap saja.
”Bakso ini buatan sendiri. Dagingnya kiriman dari PDM sebanyak 6 Kg ditambah kiriman Masjid al-Huda Sambikerep dua kantong, ditambah lagi sebagian daging kurban PCM” kata Bu Nurvin, sapaan Rusmindarti.
Kiriman daging itu tiba petang hari sehingga langsung masuk freezer dan diputuskan PCM untuk konsumsi Musycab ke-3 Muhammadiyah Lakarsantri Ahad, 9 Juli ini. ”Daging digiling di Pasar Sepanjang,” jelasnya.
Kare Kambing
Hidangan lezat lagi saat makan siang usai penutupan Musycab. Menunya kare kambing. ”Menu ini pesanan bapak-bapak yang sering disajikan sate dan gule di acara PCM. Kali ini minta kare kambing cita rasa Pasar Turi,” ujar Bu Nurvin.
Dia menjelaskan, banyak orang mengira kare kambing Pasar Turi itu masakan Madura padahal penjualnya orang Gresik.
”Itu masakan Gresik. Cita rasanya beda dengan kare jawa yang bersantan. Kare Gresik tak bersantan. Bumbunya mirip gule tapi tanpa rempah sehingga menjadi ringan rasanya,” tutur Rusmindarti yang berasal dari Dukun Gresik ini.
Musyawirin mengambil sendiri karena kambing sesukanya yang ditempatkan dalam satu panci besar. Berisi iga, daging tulang punggung, dan paha. ”Wis mantep pokoke,” ujar Arifin Fatazis, Wakil Ketua PCM.
Musyawirin pun bergembira mengikuti Musycab ke-3 Muhammadiyah Lakarsantri yang berjalan lancar dan sukses. Musycab menghasil sembilan formatur PCM diketuai Sugeng Purwanto.
Penulis Ichsan Mahyuddin Editor Sugeng Purwanto