PWMU.CO – Berbicara di depan pimpinan amal usaha Muhammadiyah di Gresik, Khoiruddin Basori mengajak untuk merenungkan kembali tujuan pendidikan Muhammadiyah. Menurutnya, keberhasilan pendidikan Muhammadiyah, haruslah diukur dari capaian terhadap tujuan pendidikan yang dirumuskannya bukan pada hal yang lain.
“Ada baiknya kita konsentrasi di sini (tujuan pendidikan Muhammadiyah, red). Apakah pendidikan kita selama ini sudah sampai pada tujuannya? Menurut saya sama sekali belum,” kritiknya dalam kajian Pra-Ramadhan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik yang bertajuk Dirasah Islamiyah Lil Zu’ama dengan tema “Internasionalisasi Pendidikan Muhammadiyah” di Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik, Sabtu (20/5) kemarin.
(Baca: Tak Hanya Kajian Ramadhan, Pra-Ramadhan Pun Ada)
Menurut mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini, tujuan pendidikan Muhammadiyah harus menjadi tolak ukur dalam menilai keberhasilan sekolah. Hal ini dikarenakan di dalam tujuan pendidikan itu sudah terkandung unsur pendidikan karakter dan pendidikan keterampilan.
Doktor Psikologi Pendidikan ini juga menyoroti sejumlah hal, seperti masih banyaknya sekolah Muhammadiyah yang terlalu mengejar aspek kognitif. “Kalau bicara internasionalisasi, sekolah-sekolah internasional itu mereka lebih bersifat pendidikan karakter. Sementara kita selama ini cenderung ke kognitif saja. Sehingga ketika anak mendapatkan masalah dalam hidupnya mereka langsung drop dan down,” ujarnya.
(Baca juga: Guru Besar UIN Ini Ungkap Faktor-Faktor yang Membuat Barat Ingin Kuasai Dunia Islam)
Internasionalisasi pendidikan Muhammadiyah itu sendiri juga bukan hal yang mudah menurutnya. Dibutuhkan keseriusan dan kualitas sumber daya manusia yang memadai untuk bisa mewujudkannya. “Karena sekarang ini banyak yang mengklaim bertaraf internasional, padahal yang internasional itu hanya namanya saja. Internasional itu ada standarnya, misalnya siswa yang bisa dipertukarkan dengan sekolah internasional di luar negeri. Untuk itu harus diakui dan berstandar internasional. Kurikulumnya juga berstandar internasional,” lanjutnya.
Selain soal standar sekolah, aspek lain yang harus dimiliki adalah terkait multikultural siswa. “Apakah sekolah yang (mengaku) internasional itu siswanya sudah ada dari negara lain? Juga terkait penggunaan bahasa-bahasa internasional. Harus multilanguage. Nah kita multilanguage-nya dengan bahasa daerah saja,” sindirnya yang diikuti tawa para hadirin.
Selaian Khoiruddin Bashori, pembicara lainnya adakah Dr Tasman Harmani. Di tempat yang sama, juga dilakukan pelatikan Anggota Badan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba (BP2N) PDM Gresik. (Faizin/Rozak)