Drama Telaga Warna Menghibur Peserta Musyda Nasyiah Gresik, laporan Kontributor Gresik Kusmiani
PWMU.CO – Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Gresik menggelar Musyawarah Daerah XIV, Ahad (23/7/23).
Bertempat di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Gresik peserta dihibur oleh Tim Seni dan Drama Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG).
Sebanyak delapan personal yang berperan sebagai Raja, Ratu, Penasihat Kerajaan, Rakyat, Ahli Perhiasan, Putri Rukmini, dan pembaca prolog cerita.
Berlatar belakang kerajaan, drama yang berjudul Telaga Warna menceritakan kisah sepasang Raja dan Ratu yang lama tidak dikaruniai keturunan. PenasIhat kerajaan memberi usul supaya raja mengambil anak angkat. Tetapi usulnya tidak diterima sang Raja dan Ratu. Ratu hanya bisa terus menangis.
“Baiklah, jika kamu menangis terus, Kanda akan pergi ke hutan untuk bertapa dan berdoa supaya diberikan keturunan,” jelas RTaja.
Setelah beberapa bulan permohonan raja terkabul ratu berhasil hamil dan melahirkan putri yang sangat cantik bernama Rukmini. Kelahiran putri raja, disambut gembira seluruh rakyat dengan mengucapkan selamat dan memberi hadiah.
PenasIhat Kerajaan minta izin kepada raja bahwa ada seorang rakyat yang bertemu untuk memberi hadiah dan ucapan selamat. “Baiklah penasihat, silakan rakyatku masuk ke kerajaan,” ujar sang Ratu.
Putri kecil raja kini beranjak remaja. Tetapi sangat disayangkan, tidak sesuai harapan sang raja dan ratu. Rukmini sangat sombong, jika diberi nasihat ibunda selalu marah.
Suatu hari ratu menginginkan Rukmini memakai baju kerajaan, dengan nada marah Ia menolaknya. Begitu pula pensIhat kerajaan juga menasIhati, tetapi sang putri tak bergeming.
Beberapa hari lagi putri beranjak usia 17 tahun. Baginda raja berencana mengadakan pesta ulang tahun. Akhirnya hari yang ditunggu tiba, pesta ulang tahun putri, rakyat pun menyambutnya dengan gembira.
Raja mengucapkan terima kasih kepada rakyat atas ucapan dan hadiah yang diberikannya kepada sang Putri.
Rakyat memberikan hadiah berupa perhiasan kalung berlapis emas permata dan mutiara asli buatan dari ahli perhiasan. “Rukmini coba dipakai kalung istimewa dan indah ini Nak!” Pinta sang raja.
Setelah dipegang, Rulmini pun melempar kalung sembari marah. “Ayah! Saya tidak suka kalung yang jelek ini,” teriak Rukmini.
Melihat tingkah sang putri dan kalung yang berceceran di lantai membuat ratu menangis. “Rukmini kamu membuat hari syah dan ibu sedih dan malu kepada rakyat,” tegas raja.
Ratu pun menangis tak henti-hentinya, air mata terus keluar dan akhirnya membuat seisi ruangan penuh air. Tidak hanya di ruangan, air mata sang ratu meluber ke luar kerajaan. “Ayo! Semua lari dari sini, kerajaan ini akan menjadi Telaga Warna,” perintah raja. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni