PWMU.CO – Filosofi sapu lidi dibahas dalam Kajian Muharram di SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya Jawa Timur yang bertajuk Merajut Ukhuwah Meraih Berkah, Rabu (26/7/223).
Pemateri Irwan Hasan MPdI menjelaskan ukhuwah itu seperti filosofi sapu lidi. Lidi yang belum diikat tidak akan bisa digunakan untuk membersihkan.
“Tapi ketika sudah diikat baru akan berfungsi. Begitu pula manusia harus bersatu. Allah cinta orang-orang yang suka dan berjuang di jalan Allah. Sabar, shalat, mengaji, termasuk seperti ini yang suka mengikuti Majelis Taklim,” jelasnya Anggota Divisi Pembinaan dan Pengembangan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur ini.
Dalam kegiatan yang diadakan di Masjid Nurul Ilmi Smamda ini, dia menuturkan, ukhuwah adalah keadaan yang mengikat hati dan jiwa dengan ikatan akidah. Ikatan inilah yang mendefinisikan ukhuwah sebagai saudaran keimanan. Ukhuwah terdiri dari beberapa jenis yakni ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah Insaniyah.
“Ukhuwah Islamiyah Itu persaudaraan yang bersifat keislaman atau persaudaraan antarsesama pemeluk Islam. Sebagai umat muslim harus menganggap setiap muslim merupakan saudara tanpa membedakan latar belakang keturunan, kebangsaan, dan lain sebagainya,” katanya.
Adapun Ukhuwah Wathaniyah adalah persaudaraan ini dilandasai dengan cinta tanah air, tempat kelahiran, tanah tumpah darah, atau kampung halaman. “Manusia menganggap seseorang sebagai saudara sebangsa tanpa memandang perbedaan agama dan suku,” ungkapnya.
Ukhuwah insaniyah yakni persaudaraan yang cakupannya lebih luas, yaitu antar sesama umat manusia di segala penjuru dunia. “Kita tak boleh terbatas hanya pada lingkup kecil saja, karena Allah sudah menciptakan dunia itu begitu luar biasa maka jangkauan kita juga harus semakin meluas,” tegasnya.
Sabar dan Shalat
Irwan Hasan mengingatkan, jika orang shalat insyaAllah selamat. “Pertolongan orang beriman ya dengan sabar dan shalat,” tegasnya.
Dia menuturkan, poin penting yang ingin disampaikan di sini adalah semua kebaikan yang dikakukan itu pasti akan membawa keberkahan. Perbuatan baik yang semakin bertambah, maka tentu saja semakin berkah.
“Ambilah filosofi air hujan. Iir itu jatuh dari langit menghidupkan, menumbuhkan tumbuhan yang sudah mati. Bisa tumbuh dan berbuah. Itulah hidup yang berkah. Hidup ini jadilah sebagai hujan, yang semangat memberi dan membawa berkah,” tandasnya. (*)
Penulis Fibrina Aquatika. Editor Ichwan Arif.