PWMU.CO – Tiga Pesan untuk tiga Musycab Muhammadiyah Lamongan disampaikan Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Prof Dr Biyanto.
Tiga Musycab bersamaan itu dilaksanakan oleh PCM, PCA, Nasyiatul Aisyiyah Lamongan bertempat di SD Muhammadiyah Sidoharjo, Sabtu (29/7/2023).
Dalam pidato pembukaan Prof Biyanto memberikan tiga pesan agar Muhammadiyah tetap maju dan bergerak.
Pertama, di Muhammadiyah jangan pernah minta jabatan. Namun kalau saat Musycab kemudian dipilih oleh anggota pimpinan, maka bismillah sami’na waatho’na.
”Yang tidak masuk di jajaran pimpinan, tidak usah kecewa, karena berjuang di Muhammadiyah, Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah itu adalah bagian dari pilihan-pilihan yang ada di depan kita masing,” tutur guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya.
Maka dari itu, dia berpesan menjaga kehormatan musyawarah-musyawarah yang ada di Muhammadiyah, Aisyiyah, dan di Nasyiatul Aisyiyah. Musyawarah yang selalu terhormat dan bermartabat.
Menurut dia, tidak ada ceritanya kalau musyawarah di Muhammadiyah itu kursinya pindah tempat, apalagi bertentangan. Musyawarah di Muhammadiyah itu dilakukan dengan penuh kesantunan, terhormat dan bermartabat.
Maka dia menekankan, mari kita nikmati musyawarah ini, sebagai bagian dari permusyawaratan tertinggi di lingkungan Cabang Muhammadiyah, Aisyiyah dan Nasyiataul Aisyiyah.
Kolektif Kolegial
Kedua, kepemimpinan di Muhammadiyah itu dikenal dengan kolektif kolegial. Maknanya yang jalan di Muhammadiyah itu bukan apa-apa. Tetapi yang jalan adalah sistem yang telah kita bangun. Jadi siapapun yang memimpin dan yang datang dan pergi itu tidak ada masalah.
”Muhammadiyah, Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah itu besar. Yang jalan adalah sistem yang tertib, rapi dan itu sudah menjadi budaya, sejak Muhammadiyah lahir hingga sekarang,” ujarnya.
Karena itu, guru besar bidang ilmu filsafat ini menegaskan, siapapun yang terpilih nanti harus berjalan di atas sistem yang telah disepakati. Sebutannya kepemimpinan yang bersifat kolektif kolegial. Siapapun bisa maju di Muhammadiyah asalkan syarat-syaratnya sudah terpenuhi.
Sifat kolektif kolegial itu mnghindari personifikasi lembaga dan orang-orang tertentu. Jadi masing-masing diminta untuk memberikan kontribusinya.
”Jadi nanti saya tidak ingin kalau yang dipilih 9 orang anggota itu, kemudian di rapat-rapat menjadi 5 lawan 4. Kalau itu yang terjadi, maka organisasi kita tidak akan kompak,” tegas pria kelahiran Desa Gampang Sejati, Kecamatan Laren, Lamongan ini.
Organisasi Banyak Wajah
Ketiga, Muhammadiyah itu dikenal sebagai gerakan. Yaitu gerakan dakwah, gerakan Islam, gerakan nasional, bahkan sekarang ada gerakan ekonomi yang dikenal dengan jihad ekonomi.
Muhammadiyah juga dikenal dengan jihad politiknya, konstitusinya. Jadi Muhammadiyah itu bisa dikenal dengan organisasi yang banyak wajah.
”Ada wajah ekonomi, wajah pendidikan, wajah politik, wajah ulama, wajah rumah sakit, dan banyak lainya. Karena itu penting Muhammadiyah terus bergerak,” katanya.
Dia lantas mengutip ayat Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali dia mengubah nasibnya sendiri. ”Jadi Muhammadiyah itu tidak akan berubah kalau kita tidak bergerak dan berubah. Kalau kita ingin Muhammadiyah kita hebat, maka semangat beramal harus selalu digelorakan,” tuturnya.
Kemudian dia memberikan contoh konkret. PWM Jawa Timur akan membangun pondok pesantren dan rumah sakit internasional di Malang. Dengan langkah-langkah progresif seperti ini, diharapkan Muhammadiyah Lamongan akan terus tumbuh dan berkembang dengan baik.
Di akhir pidatonya, Prof Biyanto menyampaikan ucapan selamat dan sukses untuk Musycab ke-17 Muhammadiyah, ke-11 Aisyiyah, dan ke-7 Nasyiatul Aisyiyah Lamongan.
Musycab ini dihadiri anggota DPR Prof Dr Zainuddin Maliki MSi, Ketua PW Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur Desi Ratna Sari, Sekretaris PDM Lamongan Dr Piet Hizbullah Khaidir MA, beserta jajaran wakil ketua PDM Lamongan dan ketua Ortom.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Sugeng Purwanto