PWMU.CO – Tak ada pensiun dan pengangguran di Aisyiyah. Demikian kata Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur Dra Rukmini Amar MAP saat berpidato di resepsi Milad Ke-106 Aisyiyah dan Launching Aisyiyah Training Center (ATC) Nyai Walidah di Desa Kertosari Kecamatan Purwosari, Kabupatenn Pasuruan, Jawa Timur, Ahad (23/7/2023).
Di awal pemaparannya, Rukmini menyatakan, Aisyiyah saat ini telah memasuki abad kedua. “Permasalahan dan tantangan yang dihadapi semakin kompleks. Yakni terkait permasalahan kehormatan, kebangsaan, kemanusiaan, maupun globallisasi yang memerlukan perhatian dan komitmen Aisyiyah,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, masalah yang masih tinggi ialah kemiskinan dan kesenjangan sosial. “Korupsi di tengah penegakan hukum yang belum optimal, kekerasan dan konflik sosial di masyarakat, masalah kesehatan, permasalahan dalam keluarga, media sosial yang tidak mendidik,” imbuh Ketua Majelis Tabligh PWA dua periode (2005-2015) itu.
Menurut Rukmini, yang sangat memprihatinkan ialah penurunan nilai spiritual dan moral. “Hal ini ditunjukkan dengan sendi-sendi kehidupan keluarga. Maka seluruh program di Aisyiyah serta majelis dan lembaga muaranya adalah terwujudnya keluarga yang sakinah,” ungkapnya.
Dari keluarga yang sakinah itu menurutnya bisa mewujudkan perbaikan generasi. “Di samping itu, permasalahan perempuan dan anak juga semakin mengkhawatirkan. Di antaranya, tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak, baik kekerasan fisik dan seksual,” sambungnya.
Rukmini juga mengungkap, saat ini masih tinggi angka perkawinan anak dan permintaan dispensasi nikah di Jawa Timur. Sementara angka perceraian juga semakin meningkat dan masih banyak persoalan perempuan dan anak yang belum terselesaikan hingga saat ini.
Selain itu, kata Rukmini, Aisyiyah juga dihadapkan pada permasalahan perubahan iklim yang berdampak pada perempuan dan anak. Harapannya, Aisyiyah ikut ambil bagian bersama pemerintah menyelesaikan berbagai macam permasalahan itu.
“Untuk dapat berperan menyelesaikan berbagai permasalahan ini dibutuhkan para pemimpin yang kuat, semangat penuh, dengan komitmen, tanggung jawab, dan amanah. Juga berintegritas dan mempunyai solidaritas yang tinggi,” tuturnya.
“Dibutuhkan para pemimpin Aisyiyah yang paham akan prinsip ideologi, visi misi, dan cita-cita Muhammadiyah dan Aisyah! Juga dibutuhkan pemimpin Aisyiyah yang memiliki cukup pengetahuan dalam menyelesaikan setiap permasalahan tersebut,” tegasnya.
Wanita kelahiran Sumenep, 18 Desember 1959 ini berharap, Aisyiyah terbebas dari pemimpin yang hanya rajin rapat saja tanpa ada tindakan konkret, kurang berinisiatif, atau kurang maksimal dalam berkhidmat.
Baca sambungan di halaman 2: RPB dan Pendidikan Politik