PWMU.CO – Teknologi ferosemen dikenalkan Tim Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jember untuk rumah tahan gempa di Desa Sukogidri, Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember.
Sosialisasi bersama Direktorat Riset Teknologi dan Pengabdian Masyarakat (DRTPM) Kemendikbud Ristek dalam kegiatan Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM). Pengabdian selama delapan bulan mulai bulan Juni.
Tim PKM Unmuh Jember dipimpin oleh Amri Gunasti ST MT. Dia menjelaskan, teknologi ferosemen merupakan metode penguatan bangunan rumah dengan memasang anyaman kawat (wiremesh) di dinding bata.
”Rumah sederhana di desa yang rawan gempa kadang tidak memiliki tulangan. Ini menyebabkan dinding rumah sangat rentan retak hingga roboh ketika ada gempa,” kata Amri Gunasti.
Masalah itu, kata dia, dapat diatasi dengan ferosemen. Caranya tancapkan beberapa paku payung ke tembok sisakan ujungnya 1 cm. Kemudian lembaran wiremesh, bisa memakai kawat ayakan pasir, dipasang diikatkan pada paku payung tadi dengan bendrat.
”Setelah wiremesh terpasang baru dinding di-lepoh dengan adonan semen pasir,” kata dia.
Amri Gunasti menerangkan, hasil penelitian menunjukkan penambahan ferosemen pada pasangan dinding bata merah dapat meningkatkan kemampuan struktur dalam menerima beban sebesar 220,928%, meningkatkan simpangan failure sebesar 29,295%, meningkatkan kekakuan elastic equivalent sebesar 57,338%.
”Juga meningkatkan maximum shear strength sebesar 113,49 %, meningkatkan besarnya energi hysteretic dan energi potensial struktur pada setiap siklus,” terangnya lagi.
Tim PKM Unmuh Jember beranggotakan Dr Abadi Sanosra SH SE MM MSi dan Dr Ir Muhtar ST MT IPM.
Keduanya menambahkan, Indonesia negara yang rentan terjadi gempa bumi. Sebab keberadaan Indonesia berada pada lingkaran cincin api (ring of fire).
”Oleh karena itu rumah sederhana harus dipersiapkan kekuatannya terutama pada bagian dinding, sehingga ketika terjadi gempa tidak roboh,” kata Abadi Sanosra.
Penguatan struktur rumah dengan ferosemen, sambung dia, bisa mengurangi korban jiwa akibat tertimpah reruntuhan dinding rumah jika terjadi gempa.
”Gempa bumi tidak mungkin kita hindari, tetapi yang perlu dilakukan meminimalkan keruntuhan rumah yang diakibatkan oleh gempa. Mengingat rumah sederhana jumlahnya dominan di Indonesia, maka program penguatan dinding dengan teknologi ferosemen ini harus masif dilakukan,” tuturnya.
Menurut dia, program ini berjalan dengan baik, kalau tukang bangunan di desa dibekali keahlian menerapkan teknologi ferosemen.
Kegiatan pengabdian ini berjudul Peningkatan Keahlian Tukang Bangunan Menerapkan Teknologi Ferosemen Meretrofit Rumah Sederhana di Lokasi Rawan Gempa.
Sosialisasi dihadiri oleh Tim Pengabdian kepada Masyarakat, perangkat desa, tukang bangunan, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jember dan UIN KHAS serta masyarakat Desa Sukogidri.
Peserta diberikan materi melalui ceramah, pemutaran video serta tanya jawab. Kegiatan inti adalah praktik membedah rumah warga yang retak akibat gempa.
”Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami,” kata Samin, perangkat desa. ”Selama ini banyak rumah di desa tidak memiliki tulangan.”
Dengan teknologi ferosemen ini, kata dia, diharapkan warga menjadi nyaman dan aman tinggal di rumah.
Penulis Amri Gunasti Editor Sugeng Purwanto