Tantangan Tapak Suci di Era Sekarang Abdullah Sidiq Notonegoro, Kader Madya Tapak Suci Putera Muhammadiyah
PWMU.CO – Senin (31/07/2023), Perguruan Pencak Silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah merayakan milad ke-60. Tema yang diangkat kali ini adalah “Dari Indonesia untuk Dunia”. Secara tersirat tema singkat itu memberikan pesan bahwa Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM) tidak sekedar menjadi pencak silatnya Muhammadiyah, namun merupakan pencak silatnya bangsa Indonesia. Dan kini, muhibah Tapak Suci Putera Muhammadiyah tidak cukup puas menjadi bagian dari Indonesia saja, namun berupaya melangkah lebih maju lagi untuk menjadi bagian dari dunia.
Asa besar TSPM melangkah “dari Indonesia untuk Dunia” harus menjadi komitmen bersama, baik yang masih tingkat siswa, maupun kader dan lebih-lebih yang sudah pada label pendekar itu sendiri. Tekad internasionalisasi TSPM jangan boleh berhenti hanya sebagai slogan kosong tanpa upaya serius mewujudkannya menjadi kenyataan yang sesungguhnya. Meski saat ini TSPM sejatinya sudah tumbuh dan berkembang di sejumlah negara dari Asia hingga Eropa, namun rasanya masih membutuhkan masifikasi yang dinamis.
Hanya saja, upaya untuk menginternasionalisasi TSPM bukan hal yang sederhana dan mudah. Ada sejumlah pekerjaan berat bagi TSPM untuk mewujudkan impian besar tersebut, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.
Bukan Bekal Berkelahi
Pencak silat telah ditetapkan UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) sebagai warisan budaya non benda khas bangsa Indonesia. Pencak silat merupakan seni bela diri tradisional yang memiliki karakter khas ketimuran yang sarat dengan nilai-nilai etis. Hal ini berbeda dengan olahraga bela diri lainnya yang lebih menonjolkan aksi-aksi kekerasannya.
Sebagai warisan budaya yang penuh dengan nilai-nilai luhur, dan terlebih lagi telah diakui oleh Unesco sebagai produk budaya lokal non benda, keberadaan dan eksistensi pencak silat perlu terus dirawat dan dikembangkan agar tidak mengalami kepunahan. Tidak dapat dibayangkan jika warisan kekayaan bangsa ini hilang dan selanjutnya digantikan oleh kekayaan bangsa lain yang tidak selaras dengan nilai-nilai etika luhur sendiri.
Tetapi jika kita cermati secara mendalam, kualitas pendidikan pencak silat semakin hari semakin mengalami penurunan yang cukup drastis. Daya minat generasi kekinian untuk secara serius mendalami pencak silat sebagai sarana ‘olah raga’ dan ‘olah jiwa’ semakin menipis. Andai pun mereka tertarik dengan olah raga bela diri, pada umumnya semata-mata ingin memiliki kemampuan ‘ilmu berkelahi’, bukan sebaliknya ilmu pengendalian diri.
“Substansi dari pencak silat bukan untuk membekali diri agar mahir berkelahi, tetapi justru untuk membekali diri agar mampu mengolahragakan raga, jiwa dan rasa”
Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini adalah maraknya aksi tawuran antar geng atau kelompok dengan mengatasnamakan perguruan pencak silat tertentu. Fenomena ini selain memberikan citra negatif terhadap nama perguruan pencak silat, juga merusak substansi dari pendidikan pencak silat itu sendiri.
Padahal substansi dari pencak silat bukan untuk membekali diri agar mahir berkelahi, tetapi justru untuk membekali diri agar mampu mengolahragakan raga, jiwa dan rasa. Harapannya, semakin tinggi ilmu bela diri seseorang, maka semakin bijaksana dan semakin bisa mengendalikan diri agar tidak terlibat, apalagi, dalam perkelahian yang tiada manfaatnya.
Di tengah arus memudarnya citra pencak silat di tengah-tengah masyarakat akibat dari cukup seringnya terjadi aksi-aksi yang kurang simpatik dan melanggar hukum, TSPM memiliki peran penting untuk mengembalikan pencak silat ke fungsi yang sebenarnya.
TSPM perlu merajut strategi untuk mengembalikan kepercayaan publik bahwa pencak silat bukanlah sarana provokasi hasrat berkelahi, tapi sebaliknya menjadikan pencak silat sebagai wadah generasi muda dalam mengembangkan potensi di bidang seni bela diri. Melalui pencak silat, diharapkan lahir generasi-generasi yang memiliki mental pemberani, ksatria, berakhlak mulia serta menjadi pembela kebenaran.
Jadi, minimal ada 2 tantangan yang dihadapi TSPM untuk menjaga seni bela diri tradisional pencak silat tersebut, yaitu menghapus citra olah raga pencak silat sebagai olah raga yang dekat dengan perilaku perkelahian massal atau tawuran, dan menghidupkan daya minat “generasi rebahan” terhadap pencak silat sebagai warisan budaya yang luhur.
Baca sambungan di halaman 2: Misi Dakwah Tapak Suci