PWMU.CO – Mahasiswa UI, Muhammad Nauval Zidan (19), yang tewas terbunuh oleh kakak kelasnya adalah alumnus TK Aisyiyah 2 Pendil, Probolinggo.
Berita kematian Zidan, mahasiswa semester 3 Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Rusia Universitas Indonesia viral di media massa dan medsos dalam beberapa hari ini.
Mahasiswa UI Zidan meninggal dunia Rabu (2/8/2023) dibunuh oleh kakak tingkatnya, Altafasalya Ardnika Basya (23).
Kasus UI ini berawal Altafasalya gelap mata menghabisi Zidan karena ingin menguasai harta bendanya akibat terjerat pinjaman online (pinjol).
Muhammad Nauval Zidan adalah putra pasangan guru. Shohibi Arif, guru SD Negeri Pakistaji, Kota Probolinggo dan Elfira Rustina, guru SMA Negeri 1 Gending, Probolinggo.
Pasangan guru dari Lumajang ini tinggal di Desa Alasapi, Kecamatan Banyuanyar, Probolinggo.
Kecerdasan Zidan sudah terlihat sejak kecil. Saat duduk di bangku TK Aisyiyah Bustanul Athfal 2 Pendil, mampu memenangi lomba mewarnai memakai media komputer se Probolinggo Raya merayakan Milad Muhammadiyah ke-95 oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Probolinggo.
”Zidan itu sosok yang sangat disiplin. Makanan yang dimakan pun selalu sehat. Dia tidak mau makanan yang mengandung zat kimia. Dia juga mandiri. Tidak pernah diantar orang tua. Ke sekolah naik becak pergi dan pulang,” kata Ustadzah Fadhila, guru TK Aisyiyah Bustanul Athfal 2 Pendil memberi kesaksian.
Kepala TK Aisyiyah Bustanul Athfal 2 Pendil, Nanik Herawati SPd. menambahkan, Zidan termasuk anak yang luar biasa. ”Saya bangga dengan dia. Cuma saja Allah swt terlalu sayang padanya sehingga dia dipanggil duluan,” ujarnya
Hilang Kontak
Ibunda Zidan, Elfira Rustina, kepada Kepala TK Aisyiyah Nanik Herawati saat takziah ke rumah duka di Lumajang, bercerita, Zidan baru saja lulus ujian beasiswa Rusia.
Dia jadi mahasiswa UI jurusan Sastra Rusia angkatan 2022. Tahun ini masuk semester 3. Saat liburan 25 hari pulang ke rumah di Alasapi, Kecamatan Banyuanyar, Probolinggo minta naik pesawat dari Jakarta.
Selama di rumah, dia tidak ke mana-mana. Biasa di depan komputernya. ”Kebiasaannya di rumah bila ibunya pulang kerja, memijati kaki saya,” tuturnya.
Ahad (30/7/2023), dia balik ke kampus UI di Depok Bogor. Diantar seluruh keluarga. Ibu, ayah, dan adiknya. ”Menurut saya agak aneh, Zidan yang biasanya tidak mau diajak foto bareng ibunya, kali ini malah minta foto bareng. Mau masuk bandara pun mbulet seperti berat mau berpisah. Malah, security sampai mendekat dan menanyakan ada apa,” cerita ibunya.
Selasa (1/8/2023), sore ibunya telepon tidak diangkat. Jam 9 malam, Zidan telepon. Wajahnya tampak capai, Ibunya tidak tega mengajak ngobrol. Disuruh istirahat.
Rabu (2/8/2023), Zidan kirim WA ke adiknya Gathfan yang sekolah di SMPN 4 Kota Probolinggo kelas 8. Isinya mau beli komputer. Katanya pada adiknya,”Nanti kakak isi banyak game. Kamu pasti senang.”
Malamnya, Zidan ditelepon ayahnya. Tidak nyambung. Kamis (3/8/2023) pagi ibunya menelepon. Juga tidak diangkat. Padahal Zidan tidak pernah mematikan HP. ”Saat isi baterai pun gak pernah dimatikan. Jadi aneh. Ada apa ini?” kata ibunya.
Di-WA pun tidak dibuka. Hanya centang 1. Ibunya makin gelisah. Ayah Zidan yang selama ini cuek pada anaknya memintanya telepon penjaga kos untuk cek kamar kos Zidan.
Penjaga kos memberitahu kamarnya tertutup rapat. Diintip di celah jendela tidak kelihatan ada orang di dalam.
Mayat Dibungkus Plastik
Kamis malam mau telepon paman Zidan, Faiz Rafsanjani, di Jakarta supaya mengecek kondisi keponakannya tapi niat itu diurungkan karena sudah malam. Rumah pamannya dengan kampus sekitar 2 jam perjalanan.
Baru Jumat (4/8/2023) pukul 04.00 pamannya ditelepon. Pagi itu pamannya berangkat ke Depok. Ibunya mencari nomor kontak teman-temannya. Satu nomor ditemukan di brosur kegiatan.
Ketika temannya dihubungi, ternyata temannya juga bingung karena Zidan sebagai narasumber acara tidak muncul dan tidak bisa dihubungi.
Paman Zidan video call. Perlihatkan kondisi kamar kos setelah dibuka pintunya oleh pemilik kos. Kamarnya berantakan. Melihat kamar berantakan ibunya punya firasat buruk. Sebab anaknya itu rapi.
”Ada yang tidak beres, Mbak. Aku mau lapor polisi dulu,” kata Paman Faiz.
Setelah diteliti ternyata jasad Zidan ditemukan di bawah dipan. Dibungkus plastik hitam. Ibu dan ayah Zidan segera ke Jakarta. Ayahnya baru diberitahu nasib anaknya setelah turun dari pesawat. Paman Faiz mengabari langsung menuju ke rumah sakit.
”Astaghfirullah, Zidan,” teriak ayahnya.
Perasaan mereka campur aduk. Perjalanan dari Bandara Cengkareng ke RSU Cipto Mangunkusumo terasa benar-benar lama.
Di rumah sakit sudah ada pimpinan UI. Meminta ayah ibu Zidan tabah. Ibunya menangis dengan hati hancur. Dikabari anaknya dihabisi kakak tingkatnya.
Jenazah diurus pihak kampus. Diantar ke rumah neneknya di Lumajang. Dekan Fakultas Ilmu Budaya ikut mengantarkan.
Zidan anak cerdas. TK sudah menguasai komputer. Sewaktu SMP Negeri 4 Kota Probolinggo menjadi siswa teladan. Masuk SMA Negeri 1 Kota Probolinggo melalui jalur prestasi.
SMA hanya ditempuh 2 tahun. Dia ikut program akselerasi. Dari seluruh lulusan seangkatan yang ikut program akselerasi ini, Zidan nilainya paling tinggi. Karena itu, Zidan percaya diri untuk mendaftar di Universitas Indonesia.
”Insyaallah Zidan ditempatkan di tempat terindah di surga Allah, Bunda,” ujar Kepala TK Aisyiyah Nanik menghibur ibunya Zidan.
Penulis Ahmad Ridho Pambudi Editor Sugeng Purwanto