PWMU.CO – Keren tapi syar’i menjadi tema dalam kegiatan Kajian Muslim Milenial (Kammil) SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik Jawa Timur, Jumat (25/8/2023).
Pemateri Kammil Mohammad Firzan Akbar Fauzi menjelaskan pakaian syar’i adalah pakaian yang berjubah atau tidak membentuk lekukan tubuh dan menutupi aurat.
“Meskipun aurat laki-laki hanya mulai dari pusar sampai ke lutut, tapi sebaiknya memakai pakaian yang menutupi tubuhnya agar terlihat sopan,” katanya di depan siswa putra kelas VII-IX di Masjid Taqwa Spemdalas.
Siswa kelas IX D ini menuturkan, berpakaian yang benar menurut Islam adalah berpakaian yang tidak berlebihan. Kalau lak-laki tidak menyerupai perempuan. “Selain itu, lak-laki juga tidak menggunakan perhiasan yang mengandung emas,” katanya.
Dia menyampaikan, berpakaian untuk kebutuhan dan kebersihan. Ketika kita berpakaian, maka harus menutup aurat. “Darimana sih aurat laki-Laki itu?” tanyanya pada peserta Kammil.
Dia mengungkapkan, aurat laki laki dimulai dari ujung lutut hingga pusar. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirmandalam Surat al-A’raf ayat 26, Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.
Pakaian Syar’i
Mohammad Firzan Akbar Fauzi menjelaskan, bagaimana kita berpakaian keren tapi tetap syar’i? Untuk terlihat keren menggunakan baju syar’i, dapat memvariasikan busana muslim yang cocok untuk digunakan pergi ke mana-mana.
“Selain itu, jangan gunakan celana yang melebihi lutut dan memiliki robek di atas atau di bagian lutut,” katanya.
Sebagai seorang remaja muslim millenial, lanjutnya, kita harus bisa berpakaian sesuai dengan tempatnya. Hal ini, tekannya, harus digunakan dengan tepat. Jangan sampai kita berpakaian yang melanggar syar’I.
“Pakai celana pendek di atas lutut atau pakai celana yang sobek-sobek. Ini yang sering kali dianggap remaja milenial keren dan gaul,” tuturnya. (*)
Dia menegaskan, sebagai kaum milenial kita bisa keren tanpa harus meninggaikan unsur syar’i. “Dengan berpakain syar’i, kita masih bisa keren dan beken tentunya,” ungkapnya. (*)
Penulis/Ichwan Arif.