PWMU.CO – Kajian Ahad Pagi PCM Tulangan bahas Kunci Keluarga Bahagia dengan mendatangkan pembicara Suhadi Fadjaray, Ahad (10/9/23).
Pengajian Ahad pagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tulangan mengusung tema Parenting. Digelar di Sport Center SMP Muhammadiyah 5 (Mulia), Tulangan, Sidoarjo, kegiatan diawali dengan pembacaan ayat suci al-Quran yang dilantunkan Cindi Aulya, siswi kelas 8 SMP Mulia.
Dalam sambutannya, ketua PCM Tulangan Abdillah Adhi mengajak jamaah untuk terus semangat mengaji. “Kalau bisa ajak anak dan istri kita juga bapak-bapak, karena itu adalah bentuk usaha kita untuk mendidik anak dan istri kita,” ujarnya.
Abdillah Adhi kemudian menukil salah satu ayat dalam surat at-Tahrim,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Usai sambutan, pada kajian parenting, Suhadi Fadjaray mengawali materinya dengan menceritakan kisah yang dialami seorang ayah, yang telah menghabiskan waktunya untuk bekerja keras demi dapat menyekolahkan anaknya di sekolah terbaik.
Berawal dari Keluarga
Namun ketika sang anak dewasa malah tidak bertegur sapa dengan sang ayah bahkan menelantarkan ayahnya. “Jangan sampai kita sibuk bekerja, peras keringat banting tulang, berangkat pagi pulang petang, tapi kita tidak pernah mendidik keluarga kita,” tegas konsultan keluarga sakinah ini di hadapan sekitar seribu jamaah yang hadir.
Dia menyampaikan, orangtua perlu memiliki ilmu dalam menjalani biduk keluarga. “Sudah banyak terjadi anak yang bermasalah ternyata ketika dirunut lebih jauh bermasalah dari keluarga yang bermasalah,” ungkapnya.
Dalam keluarga, paparnya, kita harus memahami pasangan masing-masing untuk bisa meredam marah. Marah atau persoalan itu sumbernya dari tidak paham dunia pasangan. Untuk itu, pasangan harus bisa mengerem marah. “Suami harus memahami karakteristik istri, begitu juga sebaliknya. Contohnya adalah mengerti pola pikir,” jelas dia.
Menurut Suhadi, suami istri itu harus menggunakan model obat nyamuk bakar dalam berpikir. “Suami itu pola pikirnya dari luar selanjutnya ke tengah yang artinya adalah fokus. Sebaliknya, pola pikir istri dimulai dari dalam berjalan ke luar yang artinya menyebar,” katanya.
Suhadi menguraikan, kalau suami tidak bisa memahami istri atau istri tidak bisa mengerti suami, bibit pertikaian bisa muncul dari situ. “Maka, keduanya harus bisa saling memahami dan menahan marah. Keduanya harus saling mengerti sehingga emosi bisa diredam,” tuturnya.
Wanita Masuk Surga
Suhadi Fadjaray menjelaskan, Rasulullah mengatakan jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya, dan menaati suaminya, niscaya akan dikatakan padanya, “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau.” (HR Ahmad)
Dari hadist tersebut dapat diambil kesimpulan, wanita sangat mudah masuk surga karena dia hanya diminta melakukan ibadah yang wajib. Namun tentu ada syarat yang relatif tidak mudah yaitu berlaku taat kepada suami.
“Ibu-ibu ingin masuk surga, kan?” tanyanya pada peserta ibu-ibu.
“Nah, ibu-ibu diharapkan memperhatikan syarat yang terakhir, ya,” tambahnya yang diiringi tepuk tangan peserta pengajian.
Suhadi kemudian mengutip surat Luqman ayat 12 yang berbunyi, “Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.”
Jagngan Banyak Mengeluh
Dari surat ini, tegasnya, dapat kita ambil hikmah tentang bahan baku utama bahagianya sebuah keluarga, yaitu bersyukur. “Punya apapun jika bersyukur akan merasakan bahagia. Surat Luqman ini juga berisi perintah untuk berhikmah. Berhikmah dalam keluarga berarti punya pemahaman, punya ilmu, serta bertutur kata yang baik,” katanya.
Menurut Suhadi, tidak setiap laki-laki bisa menjadi suami atau ayah. Begitu pula sebaliknya tidak setiap wanita bisa menjadi istri atau ibu. “Oleh karena itu jika sudah menjadi suami, ayah maka bersyukurlah. Jangan sampai jomblo mengeluh, punya pasangan mengeluh, punya anak mengeluh,” sambungnya.
Ayah dan ibu harus bersyukur mempunyai anak, sebaliknya anak juga bersyukur memiliki ayah dan ibu. Dengan bersyukur, ungkapnya, ketika menghadapi masalah akan dibicarakan dengan kepala dingin sehingga menemukan jalan keluar terbaik.
Di akhir materinya Suhadi mengajak seluruh jamaah Kajian Ahad Pagi untuk menghafal doa Nabi I rahim dalam surat Asy-Syu’ara ayat 83 :
رَبِّ هَبْ لِى حُكْمًا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّٰلِحِينَ
(Ibrahim berdoa), “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku ilmu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang shalih.” (*)
Penulis Ahmad Alfarizi. Editor Darul Setiawan.