PWMU.CO – Agenda mendesak Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dibahas dalam pertemuan secara virtual Selasa (19/9/2023) tentang rencana tindak lanjut (RTL) dari hasil Rakornas yang telah diselenggarakan pada Agustus lalu.
Dalam arahannya, Ketua LDK PP Muhammadiyah Muchamad Arifin SAg MAg mengajak agar seluruh pengurus LDK mencintai lembaganya tersebut dengan cara membawa nama LDK di forum-forum lain. Menurutnya hal itu dalam rangka penguatan kelembagaan.
“Kalau LDK ini kita cintai maka LDK akan kita bawa ke mana-mana, tanpa merasa malu,” tuturnya.
Arifin juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pengurus atas kesuksesan Rakornas.
“Terima kasih untuk seluruh pengurus atas kerja kerasnya menyukseskan rakornas kemarin. Dan jangan lupa yang terpenting adalah RTL yang sudah kita sepakati bersama harus berjalan,” imbuhnya.
Ia juga menyampaikan bahwa pada hari itu (Selasa, 19/9) LDK telah mengikuti rapat koordinasi UPP (unsur pembantu pimpinan) yang dihadiri oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah dan ketua serta sekretaris majelis maupun lembaga.
“Jadi hari ini tadi mulai jam 10.00 rakor UPP sampai jam 16.30, semua pimpinan hadir. Inti agendanya adalah melaporkan kegiatan yang sudah terlaksana dan yang akan dilaksanakan ke depannya,” ucapnya.
Agenda Mendesak
Dari hasil rakor tersebut Arifin menekankan pentingnya pelaporan kegiatan LDK. Hal itu karena menjadi penilaian keaktifan lembaga. Ia juga menghimbau agar setiap divisi rutin melaksanakan rapat.
Arifin juga mengingatkan agar beberapa amanah Rakornas segera dilaksanakan, di antaranya adalah training of trainer (ToT) dan memorandum of understanding (MoU) dengan UMS terkait pengiriman dai ke daerah 3T.
“Amanah Rakornas, di antaranya adalah ToT, kedua MoU dengan UMS terkait pengiriman dai ke daerah 3T. Ini harus betul-betul kita tindak lanjuti,” ucapnya.
Ia menekankan agar dalam pelaksanaannya ToT lebih banyak kepada praktik, bukan sebatas teori.
“Di ToT nanti bagaimana kita membentuk trainer yang terkait dengan dakwah komunitas. Di antaranya, kelas bawah kelas menengah dan kelas atas, termasuk dakwah digital. Jadi tidak perlu banyak teori,” imbuhnya.
Ia mencontohkan materi terkait teknik dakwah di komunitas dakwah marginal seperti anak jalanan, anak punk, bahkan mantan PSK.
“Misalnya bagaimana kita mengenali karakter mereka. Termasuk bagaimana menggunakan aplikasi untuk dakwah digital. Jadi kita teori dan praktik. Kita lain dengan program pengaderan. Tapi kita mencetak tenaga ahli yang bergerak di dakwah komunitas,” tandasnya. (*)
Penulis Ain Nurwindasari Editor Mohammad Nurfatoni