PWMU.CO – Mufti Negeri Perlis Malaysia, Dato’ Mohd Asri Zainul Abidin (MAZA), berkunjung lagi ke PP Muhammadiyah di Yogyakarta, Ahad (24/9/2023).
Kunjungan pertama dilakukan pada 1 Maret 2023 lalu.
Dato’ Mohd Asri Zainul Abidin dan rombongannya diterima dalam jamuan makan malam di Sekar Kedaton Yogyakarta.
Hadir di jamuan makan malam ini Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua PP Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman, dan rombongan dari Majelis Agama dan Istiadat Melayu Perlis Finance Committee.
Mufti Negeri Perlis Dato’ Mohd Asri Zainul Abidin mengatakan, hubungan persaudaraan antara Muhammadiyah dan Perlis memiliki kedekatan yang mendalam. Ibaratnya seperti hubungan sosok Nabi Musa dan Nabi Harun.
”Nabi Musa dan Nabi Harun dalam Islam adalah dua sosok yang sangat dekat, baik dalam hubungan keluarga maupun dalam misi mereka untuk membimbing umat,” katanya seperti dilaporkan muhammadiyah.or.id.
Demikian pula antara Muhammadiyah dan Perlis dalam bidang keagamaan dan sosial.
MAZA juga menyoroti tokoh terkemuka Muhammadiyah yang telah dikenal oleh masyarakat Malaysia, khususnya di Negeri Perlis. Ia menyebutkan tokoh Buya Hamka dan KH Ahmad Dahlan yang telah memberikan kontribusi besar dalam perjalanan Muhammadiyah.
MAZA menuturkan kehadiran Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) di Perlis memegang peran penting sebagai penghubung dalam menjaga silaturahmi antara Muhammadiyah dan Perlis.
Dia mengungkapkan, Raja Muda Perlis dengan ramah telah mempermudah perizinan pendirian UMAM yang menjadi bukti hubungan yang erat dan harmonis.
MAZA meminta memperkuat hubungan komunitas, khususnya dalam aspek ekonomi. Berharap pertemuan yang konstruktif terus berlanjut.
”Saya terima kasih kepada Muhammadiyah. Semoga tidak jemu bertemu kami. Perlis selalu terbuka untuk Muhammadiyah. Mengundang tokoh Muhammadiyah untuk mengenalkan Persyarikatan di Negeri Perlis,” tutur MAZA.
Balasan Haedar Nashir
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengucapkan rasa terima kasih kepada Negeri Perlis atas peran penting mereka dalam pendirian Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM).
Pendirian kampus ini menjadi langkah baik untuk internasionalisasi gerakan Muhammadiyah. ”Sokongan mereka yang besarlah yang memungkinkan UMAM dapat berdiri dengan kokoh,” ujar Haedar Nashir.
Haedar Nashir menyoroti pentingnya Muhammadiyah dan Negeri Perlis sebagai model pemahaman Islam yang inovatif.
Ia menegaskan bahwa Islam harus diinterpretasikan dengan cara yang terbuka, modern, dan relevan dengan zaman.
”Muhammadiyah dan Negeri Perlis harus menjadi kekuatan Islam yang lahir di Asia Tenggara yang dapat mengenalkan Islam yang mendamaikan. Kita bisa bergandengan tangan mengenalkan Islam yang mencerahkan semesta,” ucap Haedar.
Haedar Nashir juga menyoroti pentingnya mempererat hubungan antara Muhammadiyah dan Negeri Perlis.
Ia menyatakan, penting bagi jajaran elite Muhammadiyah dan Perlis untuk membangun jembatan antara generasi muda keduanya.
”Kita harus membangun hubungan antar generasi muda di antara Muhammadiyah dan Perlis. Kita harus menjadi wasilah atau jembatan agar hubungan ini makin erat di masa depan,” ucap Haedar.
Haedar Nashir menekankan, persoalan khilafiyah tidak harus menjadi titik perpecahan. Muhammadiyah memegang pemahaman kuntum khair ummah, yang menekankan pentingnya menjadi umat terbaik yang menebar manfaat bukan mafsadat.
Dijelaskan, Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi yang adaptif terhadap local wisdom (kearifan lokal), tetapi tetap teguh dalam memegang nilai-nilai agama.
Editor Sugeng Purwanto