Rasulullah Teladan dalam Mendidik oleh Ridwan Manan, Pengajar Pondok Pesantren Al-Fattah Sidoarjo, anggota Lembaga Pengembangan Pesantren PDM Sidoarjo.
PWMU.CO – Rasulullah dilahirkan 15 abad yang lalu. Diutus menjadi nabi dan rasul terakhir. Tugas Rasulullah diutus Allah tidak lain untuk menyempurnakan akhlak manusia. Maka dalam setiap sisi kehidupan hendaklah mengikuti pola dan tingkah laku sebagamana yang diajarkan dan dicontohkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (al-Ahzab: 21)
Dalam mendidik anak dalam lingkup keluarga, sekolah dan masyarakat hendaknya mencontoh Rasulullah sang guru terbaik sepanjang zaman. Beliau sangat sayang dan cinta pada anak.
Abu Hurairah berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium al-Hasan bin Ali, dan di sisi Nabi ada al-Aqro’ bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka al-Aqro’ berkata,”Aku punya 10 anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah kucium”. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun melihat kepada al-‘Aqro’ lalu berkata,”Barangsiapa yang tidak merahmati/menyayangi maka ia tidak akan dirahmati Allah.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hal shalat beliau tegas dalam mendidik, orang tua diperintahkan memukul untuk mendidik anaknya apabila sudah berumur 10 tahun mengabaikan shalat, walaupun Rasulullah sendiri tidak pernah sekalipun memukul anak.
Konsep pendidikan ini diterapkan Ali radiyallahuanhu, perlakukan anakmu ketika berusia balita seperti raja. Psikolog kekinian Sigmund Freud menemukan istilah golden age, usia emas, usia 0-5 tahun rawan pembentukan kepribadian.
Orangtua dianjurkan mengajarkan akhlak mulia, agama dan dan bersosialisasi dan empati dengan orang-orang di sekitarnya.
Memasuki praremaja (usia 7-14 tahun) perlakukan seperti tawanan. Diawasi dan dibimbing dalam pergaulan, ajarkan disiplin dan tanggung jawab. Berikan hukuman yang mendidik jika mereka salah.
Ketika pada usia remaja perlakukan sebagaimana sahabat. Menjauhi kekerasan dan arogansi dalam mendidik. Berikan kelembutan, contoh yang terbaik dan santun karena di usia pubertas kecenderungan memberontak jika ada yang tidak sesuai dengan jiwanya.
Mendidik dengan Keteladanan
Salah satu metode pengajaran yang paling agung dan istimewa adalah keteladanan dengan tingkah laku yang baik. Nabi ketika memerintahkan sesuatu, sudah mempraktikkan terlebih dahulu. Baru kemudian para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mempraktikkan sebagaimana yang mereka lihat dari Rasulullah shallahu alaihi wa sallam.
Keteladan yang diajarkan Rasulullah, mendidik dengan kelembutan dan kasih sayang. Contoh kongkret yang ditunjukkan Rasulullah ketika bersama anaknya.
Ketika Fatimah datang mengunjungi ayahnya, Rasulullah SAW bangkit berdiri menyambut dan memberikan ciuman kepada putrinya itu, lalu dipersilakan duduk di sebelahnya.
Begitupun kalau Nabi saw datang mengunjunginya, Fatimah bangkit menyambut ayahnya, diciuminya dengan penuh kasih sayang, seraya dipersilakan ayahnya duduk di sebelahnya.
Begitu pula mendidik orang lain yang belum mengerti.
Anas radiyallahu anhu bertutur, “Aku berjalan bersama Rasulullah, ketika itu beliau memakai kain selimut Najran yang kasar pinggirnya. Kemudian beliau dikejar orang Arab Badui. Si Badui ini menarik selendangnya dengan tarikan yang sangat keras. Aku melihat samping leher beliau terdapat bekas goresan ujung selimut itu karena kerasnya tarikan tadi. Badui berkata,”Hai Muhammad, berikan padaku harta Allah yang ada padamu. Beliaupun menoleh kepada orang Badui itu sambil tertawa. Lalu beliau memerintahkan supaya memberikannya.” (HR Bukhori, Muslim)
Betapa mulia akhlak dan sabarnya Rasulullah menghadapi orang yang belum terdidik dengan baik, tidak memaki dan tidak membalas keburukan dengan keburukan, tindakan kasar, justru sebaliknya membalas keburukan dengan kebaikan.
Editor Sugeng Purwanto