PWMU.CO – Rektor UMY Prof Dr Ir Gunawan Budiyanto MP IPM ASEAN Eng mengatakan, Muhammadiyah itu tidak netral, tapi punya sikap dan identitas yang didasari oleh nilai-nilai independensi dalam menentukan sikap tersebut.
Hal itu ia sampaikan pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang digelar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jumat (29/9/2023).
Mengawali sambutan, Gunawan mengatakan, menurutnya, tugas mulia manusia di dunia ini hanya ada tiga, dan itu ada pada Quran Surat al-Maun, al-Ashr, Ali Imran 104 dan 110.
“Jadi tugas manusia mampir di dunia itu cuma tiga ternyata. Lalu dua surat dan dua ayat di dalam al-Quran ini ingin menunjukkan bahwa kita ini siapa? dan apa yang bisa kita lakukan?” katanya.
Menurutnya, tugas pertama manusia adalah deskripsi atau mendeskripsikan. “Kalau Bapak-Ibu melihat banyak deskripsi tentang adil dan ketidakadilan itu gagal, berarti kita bukan bagian dari manusia seperti apa yang diklasifikasikan oleh dua surat dan dua ayat tadi,” katanya.
Kedua adalah eksplanasi atau harus dijelaskan. “Saya pikir, seluruh konsep kehidupan itu perlu kita jelaskan karena itu tugas manusia. Apapun. Termasuk konsep-konsep adil dan tidak adil,” tegasnya.
Gunawan mengatakan, beberapa pakar selalu mengatakan bahwa sila kelima itu sila yang paling kasihan. Karena memuat keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia tapi deskripsinya jadi berbeda, eksplanasinya juga jadi berbeda.
“Jadi kalau istilah Galang dan Rempang itu sudah pada abad 17, dan kemudian dideskripsikan bahwa itu merupakan bagian dari penyimpangan antara hak dan kewajiban, maka semua orang akan melihat, pada akhirnya toh (keputusan) itu (dibuat oleh) lulusan SD, dosen, guru besar ataupun bahkan dia tidak sekolah sama sekali,” ucapnya.
“Ternyata gak ada bedanya, maka itu bentuk dari kegagalan manusia di dalam mendeskripsikan fenomena ketika keadilan,” imbuhnya.
Ketiga komparasi. “Ketidakmampuan kita melakukan komparasi terhadap hal-hal yang sifatnya antagonis, akhirnya akan membawa Muhammadiyah pada mainstream yang tidak jelas,” paparnya.
Baca sambungan di halaman 2: Diaspora Politik dan Peran Muhammadiyah