PWMU.CO – Kemarau berkepanjangan, Santri Pondok Pesantren Al Ishlah Sendangagung Paciran Lamongan Jawa Timur mengadakan shalat istisqa atau shalat minta hujan di Lapangan Sepak Bola Kopen Barat Daya Wisma Guru Al Ishlah, Jumat (20/10/2023).
Tepat pukul 06.00, seluruh Santri Ponpes Al Ishlah yang berjumlah 2200 ini berbondong-bondong berjalan menuju Lapangan Kopen (Lapangan Desa Sendangagung) guna shalat minta hujan atau shalat istisqa.
Imam dan khatib shalat istisqa Dr Piet Hizbullah Haidir SAg MA, Ketua STIQSI, dan Sekretaris PDM Lamongan. Dalam khutbahnya Ustadz Piet dipanggil mengajak jamaah banyak-banyak beristighfar dan meneguhkan iman bahwa Allah SWT kuasa atas segala sesuatu, termasuk menurunkan hujan atau memperpanjang kemarau tahun ini.
“Musim kemarau tahun ini, mestinya menyadarkan kita semua, bahwa manusia sangatlah lemah. Manusia hanya mampu memprediksi atau meramalkan turunnya hujan tetapi Allah SWT yang berkuasa menentukannya,” jelas pria lulusan tahun 2009, The University of Leeds, Leeds, West Yorkshire, England ini.
Nampak santri Ponpes Al Ishlah penuh khidmat mengikuti kegiatan ini. Lantunan merdu Surat an-Nahl 1-16 yang dibacakan ustadz Piet sangat relevan dengan suasana istisqa’pagi itu, mereka angkat tangan mengamini setiap doa yang dipimpin oleh sang khatib.
Dalam kegiatan ini, diadakan juga pengumpulan donasi untuk warga Palestina yang sedang menghadapi perang melawan kekejaman tentara Zionis-Israel. Dewan Pengurus Pondok Al Ishlah (DPPI) Bidang Sosial Yusuf Abidin SQ menjelaskan hasil donasi ini akan dikirim lewat Lazismu.
“Dalam kegiatan shalat istisqa ini, Alhamdulillah terkumpul donasi 11 juta lebih dan donasi ini akan terus kita buka sepekan ke depan mengingat santri putri baru minggu ini ada kunjungan wali santri, in sya Allah terus bertambah,” ucap Ketua Majelis Tabligh PCM Paciran ini.
Dampak Kemarau
Sementara itu, Ketua PRM Sendangagung Ahmad Muhtar MPd menuturkan dalam musim kemarau kali ini sangat berdampak pada pemenuhan kebutuhan air warga Desa Sendangagung umumnya. Banyak warga secara tidak langsung bergilir dalam penggunaan air yang disebabkan menurunnya debet air.
“Bahkan Untuk air dari salah satu pengusaha sumber air juga sudah mengalami penurunan debet airnya, sehingga sering mati. Demikian juga yang terjadi di Dusun Mejero, dampaknya lebih parah, karena warga dusun setempat juga harus memenuhi kebutuhan minum hewan ternak kambing atau sapi,” katanya.
Kepala Desa Sendangagung Panut Supodo saat dikonfirmasi PWMU.CO membenarkan dampak kekeringan tahun ini.
“Sudah berdampak hanya saja tidak separah daerah Lamongan Selatan. Untuk Desa kita terasa berkurangnya sumber air di Sendangagung bagian selatan dan timur, di Gerdusarang dan Mejero,” tandas suami ibu Indarwati Sapuan ini. (*)
Penulis Gondo Waloyo. Editor Ichwan Arif.