Panti Asuhan Impian KH Abdurrahman Syamsuri Itu Kini Berkembang Pesat; Penulis Hidayatul Ma’rifa Kelas XI Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Karangasem, Paciran, Lamongan, Jawa Timur.
PWMU.CO – Persoalan mati itu berada di tangan Allah SWT. Insyaallah saya ridha jika meninggalkan dunia apabila telah berhaji tujuh kali dan membangun panti asuhan.
Demikian yang diungkapkan KH Abdurrahman Syamsuri kepada KH Anwar Murob. Yi Man, sapaan akrabnya, merupakan sang pendiri Pondok Karangasem dan Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah (PAYM) Karangasem Paciran.
Sepupu Yi Man, Kiai Anwar Murob yang biasa disapa Yi War, menceritakannya. Saat itu dia menemui Yi Man karena terdorong dari kekhawatiran para kiai yang membantu memajukan Pondok Karangasem. Mereka takut kehilangan sosok yang dihormati akan keilmuannya.
“Saya merasa berbunga hati pada saat itu, karena tidak boleh mendahului kehendak Allah. Insyaallah umur beliau masih panjang karena hajinya belum sampai tujuh kali,” cerita Yi War.
Saat itu, lanjut Yi War, Pondok Karangasem sudah semakin berkembang. Lembaga pendidikan pun tidak tertinggal. Balai pengobatan sudah ada. Hanya yang belum ada, tapi dia harapkan keberadaannya, ialah panti asuhan. Karena menurut Yi Man, panti asuhan merupakan tempat pengabdian murni untuk anak-anak yatim yang harus diwujudkan.
Hal tersebut membuat Yi Man berupaya mewujudkan impiannya. Sehingga Yi Man menyampaikan niat baiknya itu kepada para kiai lainnya. Namun pada saat itu ditolak. Para pengurus bertekad menghalangi niat baik tersebut. Alasan mereka sederhana, kalau Yi Man berhasil membangun panti asuhan maka tentu tugas beliau sebagai pengasuh umat pun selesai.
Padahal, semakin lama dan bertambah usia Yi Man, kehadirannya semakin bermanfaat bagi umat. “Akan tetapi pada tahun 1992, tanah yang akan dibuat panti asuhan telah dibeli sehingga Yi Man saat itu sangat senang dan mengajak santri-santri ke Brabuan, tempat akan dibangunnya panti asuhan,” kata Yi War.
Para santri semangat dan penuh rasa penasaran. Sesampainya di lokasi yang dimaksud, Yi Man meminta para santri mengumpulkan batu-batu. Para santri bekerja dengan penuh semangat, seriang wajah Yi Man. Setelah hari semakin larut dan tampak keringat kelelahan pada santrinya, Yi Man menjelaskan tujuannya.
”Orang yang paling sakti di kehidupan ini adalah mereka yang peduli pada yatim piatu. Dan kalian yang pertama kali meletakkan batu untuk pembangunan Panti Asuhan Karangasem. Kalian yang mendirikan panti asuhan ini. Semoga kalian terus-menerus menjadi orang sakti di masyarakat. Yaitu kalian yang mau membantu atau mendirikan rumah-rumah untuk yatim piatu,” jelas Yi Man kepada santrinya.
Panti asuhan pun mulai dibangun melengkapi perkembangan Pondok Pesantren Karangasem yang sudah berubah menjadi lembaga pendidikan besar. Namun pada saat semangatnya membangun panti, Yi Man sakit sehingga menghambat aktivitas fisik Yi Man. “Tahun 1996 Yi Man sakit diabetes sehingga daya tahan tubuh beliau melemah, tapi tidak kemudian patah semangat. Masih tetap semangat!” tandas Yi War.
Hingga pada saat memasuki tahun 1997, penyakit diabet Yi Man benar-benar menghambat aktivitas dakwahnya. Dia pun harus dirujuk ke Rumah Sakit Darmo Surabaya. Pada pukul 01:00 WIB, tepat pada hari Kamis, 27 Maret 1997, Allah SWT telah memanggil Yi Man kembali kepada-Nya di Rumah Sakit Darmo Surabaya.
Jenazah tiba di rumah duka pada pukul 09:00 WIB dengan disambut isak tangis kehilangan masyarakat. Serta tampak duka yang mendalam dari sejumlah ulama yang hadir. Shalat jenazah dilaksanakan di Masjid Al-Manar seusai shalat Dhuhur. Lalu, sekitar pukul 12:30 WIB, keluarga, santri, alumni dan ribuan orang mengantar Yi Man ke tempat peristirahatan terakhirnya di TPU Sluwuk, Desa Paciran.
Baca sambungan di halaman 2: Anak Asuh Meningkat