PWMU.CO – Masyarakat pada umumnya menandai Hari Raya Idul Fitri dengan memasak dan menyajikan Kupat (Ketupat). Jika diistilahkan, Kupat bisa bermakna dengan laku papat atau empat yang harus dijalankan.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Drs Nur Cholis MSi dalam Halal bi Halal di Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) menjelaskan empat yang harus dijalankan itu adalah lebar, lebur, luber dan labur.
Lebar, kata Pak Nur bisa dimaknai dengan melapangkan hati dengan cara memaafkan kesalahan orang lain. ”Hati harus ikhlas untuk menerima dan meminta maaf pada orang lain,” ujarnya, Rabu (5/7) kemarin.
(Baca: Cerita tentang Pimpinan yang Gadaikan Sertifikat Tanahnya untuk Dirikan Sekolah Muhammadiyah)
Lebur itu sendiri, lanjut Pak Nur, memaknainya dengan melebur kesalahan. Baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Sedangkan luber adalah kebaikan dan amal soleh yang berlimpah setelah berakhirnya bulan Ramadhan. ”Apakah amalan ibadah kita setelah bulan Ramadhan ini sama atau melebihi saat bulan Ramadhan,’’ tanyanya kepada peserta acara silaturrahim ini.
Sementara untuk labur, Pak Nur mengibaratkan dengan melabur atau mengecat tembok rumah. Sehingga tembok menjadi bersih dan indah kembali.
Lebih lanjut penulis buku berjudul Jalan Terpendek Menuju Tuhan ini mengajak segenap civitas UMG untuk menjalankan dan menghindari 3-An. Pertama, seorang muslim harus menjalankan nyukwan atau mudah bergaul dan ceria dalam menghadapi orang.
(Baca juga:Ketika ‘Kasih Ilahi Tak Bertepi’ Membuat Air Mata Bercucuran)
”Al-Quran melarang orang mlengos atau tidak perhatian dan berjalan di muka bumi dengan sombong. Dan Ciri orang sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain,” paparnya. Kedua adalah entengan atau suka menolong. ”Ini didukung dengan hal ketiga yakni loman atau dermawan,” tegasnya.
Selanjutnya, yang perlu dihindari adalah njalukan atau suka meminta, ngamukan atau suka marah dan mbujukan atau suka berbohong. ”3 ini yang harus kita dihindari,” pesannya Pak Nur.(ars/aan)