PWMU.CO – Miskin di dunia tapi kaya di akhirat atau kaya di dunia tapi miskin di akhirat? Kalimat itu menjadi pertanyaan yang dilontarkan oleh Endang Suprapti SPd, guru Spemdalas, saat menyampaikan materi Kalimah (Kajian Muslimah) berjudul ‘Miskin di Dunia Kaya di Akhirat’ di hadapan lebih dari 300 siswi di Andalusia Hall SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas), Gresik, Jawa Timur, Jum’at (3/11/2023)
Pertanyaan itu bukan tanpa alasan. Endang ingin memotivasi siswa bahwa akhirat adalah tempat berlabuh yang paling akhir bagi manusia. Artinya, tak ada lagi tempat persinggahan manusia setelah melalui serangkaian proses panjang dalam hidupnya.
“Setelah akhirat nggak ada tempat lagi. Setelah habis masa di dunia, mampir ke kubur, dan seterusnya, lalu terakhir di akhirat,” ucapnya.
Pertanyaan tersebut juga mengisyaratkan keutamaan bahwa kaya akhirat adalah yang terbaik ketimbang kaya di dunia tapi miskin di akhirat.
“Kaum Muslimin yang kaya di akhirat akan mendapatkan segala yang dia inginkan, tapi kalau kaya di dunia saja, maka ketika manusia itu wafat, kekayaannya akan tertinggal di dunia,” terangnya.
Ia pun mengutip sebuah ayat al-Qur’an: “Sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan.” (ad-Dhuha: 4).
“Sekarang pilih mana, kaya dunia miskin akhirat atau miskin dunia kayak akhirat? Sudah pasti pilih kaya di dunia dan kaya di akhirat,” ucapnya.
Keutamaan Kaya di Dunia
Endang menjelaskan keutamaan umat Islam jika memiliki kekayaan di dunia, yaitu bisa digunakan untuk beribadah dan beramal saleh untuk sesama.
“Biar bisa bayar zakat, bersedekah, membantu anak yatim, membangun masjid. Bisa healingke Tanah Suci ya, umrah bahkan haji. Dan semoga kekayaan itu bisa kita gunakan untuk menabung kekayaan di akhirat,” terangnya.
Ia lantas menjelaskan bagaimana cara agar menjadi orang yang kaya di dunia dan di akhirat. Untuk menggapai kaya dunia ialah dengan belajar untuk menggapai cita-cita, kemudian bekerja keras dengan cara yang dihalalkan.
“Agar kaya di akhirat caranya dengan menabung amal kebaikan salah satunya memanfaatkan kekayaannya untuk diifaqkan dijalan Allah. Kuncinya kaya di akhirat adalah dengan menjadikan akhirat sebagai tujuan utama,” tandasnya. (*)
Penulis Ain Nurwindasari Editor Mohammad Nurfatoni