PWMU.CO – Mati lampu di tengah guyuran hujan deras mewarnai Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) gabungan empat sekolah madrasah Gresik-Lamongan, Sabtu (4/11/2023).
Aula MI Muhammadiyah 4 (Mudipat) Brangsi seketika gelap gulita pada pukul 21.00 WIB. Begitu pula seluruh area sekolah, bahkan sedesa Brangsi di Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur petang itu.
Meski demikian, dalam kegelapan itu agenda pentas seni (Pensi)–di rangkaian LDKS Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Junior–tetap berjalan. Tanpa sound system maupun kipas angin. Gelap-gelapan di antara peserta, panggung aula itu tetap menyala berkat penerangan senter.
Saat mati lampu itu baru tampil satu kelompok. Masih ada sembilan kelompok yang mengantre. Padahal Kader IPM dari MI Muhammadiyah 4 (MI Mudipat) Brangsi, SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik, Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 1 Menganti dan SD Muhammadiyah 1 Driyorejo (SD Mudri) sudah memadati aula sejak pukul 20.00 WIB. Semangat mereka membara dengan berbagai unjuk yel-yel dan jargon.
“Panitia sempat hampir membatalkan, tapi mengingat anak-anak sudah latihan dan terlihat semangat, jadi tetap lanjut saja. Apalagi beberapa kelompok menyiapkan properti baik yang sudah siap seperti meja kursi dan ada juga yang membuat properti sendiri dari kertas bufallo yang dikreasi menjadi topeng hewan. Kita jadikan moment mati lampu sebagai tantangan belajar pantang menyerah. Dan Anak-anak Insyaallah mampu tampil versi terbaiknya di kondisi apapun,” terang Mochammad Nor Qomari SSi, salah satu panitia sekaligus Kepala SD Mugeb.
Anak-anak memang fokus menyiapkan diri untuk tampil di Pentas Seni (Pensi) bersama kelompok masing-masing sejak pukul 15.30 WIB sepulang menyimak tiga materi di Migit Tirto Asri (MTA). Saat Maghrib pukul 17.30 WIB, proses persiapan selesai. Mereka lanjut ishama.
Seperti Konser
Tepat pukul 20.00 WIB, kader IPM ini kembali berkumpul di Aula MI Mudipat Brangsi untuk mengikuti agenda Pensi. Di Pensi ini, mereka tampil bersama kelompok masing-masing yang isinya campuran kader IPM empat sekolah.
Masbahah SPd–salah satu panitia sekaligus Kepala MI Mudipat Brangsi–mengungkap, pihaknya sengaja mendesain demikian dengan harapan, “Supaya kenal dan bisa berkolaborasi dengan masing-masing anggota kelompok dari sekolah yang berbeda. Mereka senang, di kelompok itu bisa saling melengkapi dengan keunggulan masing-masing.”
Alhasil, satu per satu kelompok maju ke panggung. Ada yang menampilkan drama, ada pula yang menyanyi berkelompok. Di antaranya membawakan lagu dengan nuansa persahabatan yang kental. Seperti Laskar Pelangi yang dipopulerkan Nidji, Kepompong yang dipopulerkan Sindentosca, dan Sampai Jumpa yang dipopulerkan Endank Soekamti.
Adapula yang membawakan lagu pop hits Jiwa yang Bersedih dari Ghea Indrawari. Tak ketinggalan, paduan suara Mars IPM juga memeriahkan panggung pensi.
Suasana meriah di aula yang gelap itu benar-benar pecah ketika penampilan menyanyi Laskar Pelangi. Semua peserta berdiri. Mereka melambaikan tangan sambil melambaikan tangannya memegang senter. Bak sedang nonton konser, mereka menyanyi bersama-sama dengan semangat.
Aneka tampilan seni itu berlangsung selama 45 menit dalam gelap sampai akhir penampilan. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni