PWMU.CO – Cara Spemdalas dalam merawat jiiwa nasionalisme ditunjukkan dalam peringatan Hari Pahlawan saat guru, karyawan, dan siswa menggunakan dresscode pahlawan, Jumat (10/11/2023).
Dalam memperingati Hari Pahlawan 10 November, SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik Jawa Timur, selain mengikuti 13 lomba tradisonal, guru, karyawan, dan siswa diwajibkan mengenakan dresscode pahlawan.
Dalam rapat koordinasi sebelum pelaksanaan kegiaatan, Kamis (9/11/2023) Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan Wirda Ulyana SPd mengatakan guru karyawan dan siswa mengenakan dresscode pahlawan.
“Boleh pakai baju doreng, noni-noni, pejuang, bahkan tokoh pahlawan,” katanya.
Dia menuturkan, penggunakan dresscode ini salah satunya bagaimana Spemdalas ingin merawat jiwa nasionalisme pada diri guru karyawan, bahkan siswa.
Suasana Spemdalas, sejak pagi dipenuhi siswa guru dan karyawan yang memakai pakaian nuansa pahlawan. Ada yang memakai baju doreng ala tentara, noni-noni yang membawa payung, pejuangan dengan ikatan merah putih di kepala, ada siswa yang memakai nuansa setelan warna krem lengkap dengan senjata dan peci, bahkan ada yang menggunakan baju ala petani.
Tak terkecuali guru bahasa Inggris Fitriyatus Sa’adah MPd. Koordinator International Class Program (ICP) ini menggunakan dresscode petani yang lengkap dengan caping dan bakul yang di dalamnya ada ceretnya.
“Ini butuh persiapan 3 hari, mulai dari pinjam baju sampai harus membeli caping dan properti lainnya,” katanya.
Hal serupa juga ditunjukkan Bambang Hermanto SSn. Guru pelajaran Seni Budaya ini menggunakan drescode pahlawan lokal suatu daerah.
“Ini kostum milik sendiri. Untuk lebih menarik lagi saya slempangkan keris sebagai senjata utk menghalau musuh dan pemberi semangat,” kata pembina Teater Akar Spemdalas ini sambil tersenyum.
Dia menceritakan, menggunakan dresscode ini juga menggambarkan pahlawan. “Ini adalah pahlawan lokal saat berjuang mempertahankan kemerdekaan dulu,” tambahnya.
Suasana sekolah semakin seru, manakala semua guru berjalan melintasi barisan siswa dengan menggunakan asesoris atau properti yang dikenakan. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan menggelar 13 lomba kearifan lokal.
Mulai dari dakon, bola bekel, lompat tali, patek lele, engkle, cublak-cublak suweng, karambol, kolas karet, balap ban, kelereng, gobak sodor, ular tangga, dan yel-yel. (*)s
Penulis/Editor Ichwan Arif.