PWMU.CO – Muhammadiyah Climate Center (MCC) dan Dana Abadi Pendidikan akan menandai Milad Ke-111 Muhammadiyah. Hal itu disampaikan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dalam konferensi pers di Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Kamis (16/11/2023) siang.
Abdul Mu’ti mengatakan meskipun MCC baru terbentuk sekarang, Muhammadiyah sebenarnya telah lama memperhatikan isu perubahan iklim sejak Muktamar Ke-47 di Makassar tahun 2015.
“Yang di situ Muhammadiyah menyampaikan kegelisahan yang sangat serius terkait dengan kerusakan alam, khususnya perubahan iklim yang memang telah sangat terasa dampaknya dalam berbagai aspek kehidupan,” jelasnya.
Di muktamar tersebut Muhammadiyah juga menyoroti pentingnya sumber energi terbarukan, terutama energi matahari, yang sesuai dengan simbol ‘Matahari’ sebagai representasi Muhammadiyah.
Abdul Mu’ti menegaskan Muhammadiyah juga mendorong perubahan budaya dan perilaku ke arah yang lebih ramah lingkungan. Banyak gerakan pelestarian lingkungan berbasis komunitas telah dikembangkan, seperti gerakan sedekah sampah, penanaman pohon, dan kolaborasi lintas iman seperti gerakan eco-bineka, serta dengan komunitas Budha INEB (International Network of Engaged Buddhists).
“Selain juga dalam bentuk gerakan misalnya, sekolah hijau dan juga eco-pesantren yang sebenarnya sudah banyak dikembangkan dan Alhamdulillah juga berkontribusi mencegah percepatan dampak kerusakan lingkungan dari global warming dan climate change itu,” imbuhnya.
Ia menjelaskan pendirian MCC menjadi penguatan dari gerakan-gerakan tersebut dengan fokus pada tiga hal, yaitu memperkuat gerakan yang telah ada, mengembangkan riset terkait pelestarian lingkungan, dan melakukan advokasi kebijakan pro-lingkungan.
Dana Abadi Pendidikan
Poin lain yang disoroti adalah pembentukan Dana Abadi Pendidikan. Abdul Mu’ti menjelaskan meskipun pendidikan di Muhammadiyah lebih banyak bersifat komunitas, masih ada banyak masyarakat yang belum mendapatkan hak pendidikan yang layak.
“Sehingga Muhammadiyah berusaha untuk secara mandiri memperkuat gerakan pendidikan itu, khususnya memang di daerah-daerah yang masuk kategori 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) dan juga untuk peningkatan kesejahteraan pendidik dan tenaga pendidikan,” tandas dia.
Hal ini, imbuhnya, dilakukan karena masih banyak guru kita yang secara nominal gajinya masih di bawah UMR (upah minimum regional), “Karena itu melalui Dana Abadi Pendidikan ini kami berharap untuk dapat meningkatkan kesejahteraan para pendidik dan tenaga kependidikan.”
Abdul Mu’ti juga menekankan perlunya penguatan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan, terutama karena kebijakan pemerintah yang dapat menyebabkan banyak guru Muhammadiyah beralih ke sekolah Negeri setelah lulus dari P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Muhammadiyah berupaya memberikan solusi konstruktif dengan menggunakan Dana Abadi Pendidikan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
“Padahal idealnya menurut kami, mereka yang lulus P3K itu, dikembalikan saja ke sekolah asal sebagai bagian dari kemitraan pemerintah dengan masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan,” jelas Sekretaris Umum PP Muhammadiyah itu.
Pengumuman tersebut merupakan langkah strategis dalam rangka meningkatkan peran Muhammadiyah dalam pelestarian lingkungan dan penguatan sektor pendidikan di tengah dinamika perkembangan zaman. (*)
Penulis Muchammad Jiddan Azhar Editor Mohammad Nurfatoni